Lima abad setelah hilangnya Pendekar Kaisar, dunia persilatan terbelah. Pengguna tombak diburu dan dianggap hina, sementara sekte-sekte pedang berkuasa dengan tangan besi.
Zilong, pewaris terakhir Tombak Naga Langit, turun gunung untuk menyatukan kembali persaudaraan yang hancur. Ditemani Xiao Bai, gadis siluman rubah, dan Jian Chen, si jenius pedang, Zilong mengembara membawa Panji Pengembara yang kini didukung oleh dua sekte pedang terbesar.
Di tengah kebangkitan Kaisar Iblis dan intrik berdarah, mampukah satu tombak menantang dunia demi kedamaian, ataukah sejarah akan kembali tertulis dalam genangan darah?
"Satu Tombak menantang dunia, satu Pedang menjaga jiwa, dan satu Panji menyatukan semua."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Panji Penyatuaan Dua Belahan
Setelah badai pengkhianatan mereda, Zilong dan Xiao Bai menghabiskan waktu selama satu pekan di kediaman utama Sekte Pedang Langit. Di sana, Zilong tidak hanya memulihkan tenaganya, tetapi juga bertukar pikiran dengan para tetua yang kini telah sadar akan kekeliruan mereka di masa lalu.
Hari ini, di bawah langit pagi yang cerah, Zilong berdiri di depan gerbang utama aula sekte, siap untuk kembali menapakkan kakinya di jalanan berdebu.
"Terima kasih atas keramah tamahan dan kebaikan Anda, Master Jian." ucap Zilong tulus, membungkukkan badan bersama Xiao Bai di sisinya.
Master Jian, didampingi oleh Jian Chen, membalas dengan senyuman hangat. "Tidak perlu berterima kasih, Anak Muda. Justru aku yang harus bersyukur karena di masa tuaku, aku masih bisa melihat kebangkitan seorang pendekar tombak yang sejati."
Raut wajah Master Jian tiba-tiba berubah serius. "Zilong, ingatlah satu hal. Berdasarkan gulungan kuno yang kami simpan, tombak dan pedang sebenarnya berasal dari satu leluhur yang sama—Pendekar Kaisar yang legendaris. Beliaulah yang menyatukan dunia ini dengan kedua senjata tersebut. Namun, lima ratus tahun yang lalu, sang Kaisar tiba-tiba menghilang tanpa jejak, meninggalkan perpecahan yang tidak pernah usai yang kita rasakan hingga hari ini."
Master Jian kemudian berjalan mendekat sambil membawa sebuah tongkat kayu cendana yang mengikat sebuah kain putih bersih. "Ambillah ini. Aku ingin menjadi jembatan bagimu untuk merajut kembali benang yang putus antara pedang dan tombak."
Zilong menerima benda itu dengan kedua tangan. Saat kain itu terurai, tampaklah sebuah Bendera Pengembara.
"Ini adalah tradisi kuno yang sudah ratusan tahun ditinggalkan karena perpecahan kita," jelas Master Jian. "Bendera ini adalah simbol kehormatan bagi seorang pendekar pilihan yang diutus untuk mengelilingi dunia; membawa keadilan bagi yang tertindas, membantu yang lemah, dan membasmi iblis yang merajalela."
Master Jian kemudian mengeluarkan sebuah lambang logam berbentuk pedang yang bersilang dengan awan—simbol tertinggi Sekte Pedang Langit—dan memasangnya dengan kuat di sudut bendera putih tersebut.
"Mulai detik ini, aku menunjukmu sebagai Pendekar Tombak Pengembara! Dengan lambang ini, kau mendapatkan dukungan penuh dan perlindungan dari Sekte Pedang Langit di mana pun kau berada!"
Zilong merasakan beban tanggung jawab yang mulia di tangannya. Ia kembali memberi hormat dengan sangat dalam. "Saya merasa sangat tersanjung atas kehormatan besar ini. Saya berjanji, bendera ini tidak akan pernah menyentuh tanah dalam kehinaan. Saya akan membawa kembali persatuan itu."
Zilong kemudian mengikatkan bendera itu di punggungnya, tepat di samping Tombak Naga Langit. Saat ia dan Xiao Bai mulai melangkah keluar gerbang, Jian Chen melambaikan tangannya dengan bangga.
"Semoga kau selamat selalu, Saudaraku! Kita pasti akan bertemu lagi di puncak dunia!" seru Jian Chen penuh semangat.
Namun, kegembiraan Jian Chen terhenti seketika saat ia merasakan aura dingin dari arah belakang. Ia menoleh perlahan dan mendapati kakeknya, Master Jian, menatapnya dengan pandangan yang sangat tajam dan tidak bersahabat.
"A-ada apa, Kek? Kenapa menatapku seperti aku habis mencuri ayam?" tanya Jian Chen berkeringat dingin.
"Kenapa kau masih berdiri diam di sini seperti patung, Cucuku yang bodoh?!" Master Jian tiba-tiba mengangkat kakinya dan...
PLAK!
Sebuah tendangan mendarat telak di pantat Jian Chen, mengirim pemuda malang itu terbang keluar dari ruangan utama seperti kucing yang diusir majikannya.
Jian Chen terjatuh tersungkur tepat di depan kaki Zilong yang baru melangkah beberapa meter. Ia melongo, membersihkan debu dari wajahnya, lalu menatap kakeknya dengan bingung. "A-aku diperintahkan ikut?"
"Iya! Cepat ikuti mereka!" teriak Master Jian dari kejauhan, tangannya masih mengepal. "Kau harus menjadi simbol Pedang dan dia menjadi simbol Tombak. Pergilah, jadilah legenda baru bagi benua ini, dan cari tahu misteri lima ratus tahun lalu yang tidak diketahui siapa pun!"
Jian Chen terdiam sejenak, lalu perlahan sebuah seringai lebar muncul di wajahnya. Ia bangkit berdiri, menghunus pedang hitamnya sejenak ke langit sebelum memasukkannya kembali.
"Yah, sepertinya kakekku sudah bosan melihat wajahku di rumah," gerutu Jian Chen, namun matanya berbinar senang. Ia berlari kecil menyusul Zilong dan Xiao Bai. "Hei, tunggu! Jangan tinggalkan aku!"
Zilong tersenyum tipis melihat tingkah kawan barunya itu, sementara Xiao Bai hanya bisa menghela napas panjang. "Hebat, sekarang 'beban' kita bertambah satu lagi." gumam Xiao Bai, meski di dalam hati ia merasa senang perjalanan mereka kini semakin ramai.
Maka, berangkatlah mereka bertiga. Seorang pendekar tombak dengan panji putih di punggungnya, seorang pendekar pedang jenius, dan seekor rubah siluman. Petualangan sesungguhnya baru saja dimulai.