Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.
Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIMPANAN KAPTEN 20
Namun, Ia puas hanya dengan menatap pria yang sudah menikahinya itu secara siri dari jauh. Rasa cintanya semakin besar, sebab sekali lagi, regan yang ada disana, untuk mengulurkan tangan untuknya, saat dirinya bergelantungan di tepi jurang dalam dan berbatu.
Sosok regan adalah seperti super hero, dimata azura saat ini. azura bahkan tidak keberatan jika pria itu sudah tidak menginginkannya lagi. Asalkan azura bisa terus dekat dan hanya menatapnya dalam diam, baginya sudah cukup.
Kini azura hanya menatap keluar jendela dengan perasaan hati yang tak menentu. Ada begitu banyak hal yang bercokol dalam benaknya.
Drrrtt...drrrttt...
Handphone azura bergetar di atas nakas, menarik azura kembali dari lamunannya. Ia segera berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah nakas.
"Ibu," mata azura seketika berbinar-binar. Saking tenggelam dalam pikiran kalutnya, azura jadi lupa untuk menanyakan kabar ibunya.
Ia segera menggeser fitur berwarna hijau di benda pipih berukuran 7 inci itu.
"Hallo, Bu!"
"Alhamdulillah ya Allah, kak... Kamu baik-baik saja?"
Ada getaran dalam suara ibunya, menandakan rasa khawatirnya sebagai wanita yang telah melahirkan dan membesarkan putrinya itu dengan penuh cinta.
Azura terdiam sejenak, berusaha menahan tangisannya. Andai saja, ibunya itu, berada dalam kondisi baik seperti dahulu. azura juga ingin seperti anak-anak lainnya, yang memiliki tempat curhat.
Curhat tentang, musibah kemarin yang menimpanya. Hingga dirinya yang dikirim pulang sebelum waktu yang ditentukan, yang betul-betul membuatnya tertekan.
Saat dahulu, mungkin azura akan langsung mengeluhkan segala hal pada ibunya. Namun sekarang, Ia harus sangat berhati-hati, dalam memperkatakan segala hal.
Agar kondisi psikis ibunya tetap terjaga, demi menghindari hal-hal buruk, yang dapat mempengaruhi usaha mereka untuk kesembuhan ibunya.
"Kakak baik, Bu. Ibu gimana kabarnya?"
"Ibu baik, Kak! Kamu beneran baik-baik saja?" Kejar wanita paruh baya itu.
"Iya Bu, kakak beneran baik-baik saja," balas azura mulai cemas dengan pertanyaan ibunya. Apakah ibunya sudah mengetahui tentang apa yang terjadi kemarin.
"Tuh kan, aku bilang juga apa. Kakak tuh emang lupa sama ibu, bukan karena ada apa-apa. Ibu ajah yang kelewat khawatir." Ketus Nazira, yang ternyata sedang menguping pembicaraan azura dan ibunya.
"Kak, lagian kamu pikir aku ini apa? Petugas jagain ibu? Aku juga butuh ke sekolah kak, aku gak bisa terus-terusan ngurusin ibu. Kamu mah enak disana. Lah aku, setiap hari harus ngurus makan, nyuci baju dan kadang telat ke sekolah kalau ibu lagi drop." ujar adiknya itu, menghitung semua yang Ia lakukan.
"Kamu mah enak, tinggal ngirim duit, trus udah! Percuma jadi dokter. Ibu sendiri sakit, gak bisa ngurusin."
Nazira terus saja mengata-ngatai azura. azura hanya terdiam. Bukan Ia lemah untuk menghadapi tempramen adiknya itu. Namun, Ia begitu, karena tidak ingin menambah keributan. Dan lebih dari itu, agar nazira tidak semakin marah dan meninggalkan ibu mereka.
"Zira... Kamu kok seperti itu ngomongnya? Kasian kakakmu. Dia harus ada jaringan, baru bisa nelpon kita. Jadi kalau gak ada kabar, itu bukan karena dia gak mau ngasih kabar, atau nanya kabar kita. Jadi jaga sikapmu!"
Ibu dua anak itu terlihat sangat marah pada putri bungsunya itu.
"Halah... Terus ajah di bela!" kesal nazira. azura hanya terdiam diseberang telepon mendengar perdebatan diantara ibu dan adiknya itu.
"Zira kamu...,"
"Bu... udah, gak papa! Maaf, kakak gak bisa sering-sering nanya kabar ibu! Maaf, kakak gak tinggal disana untuk ngerawat ibu. Maafin kakak, Bu!" potong azura.
"Ya Allah anak ibu sayang! Ibu itu beberapa hari ini terus kepikiran sama kamu, Kak. Seperti ada rasa cemas berlebihan yang buat ibu gelisah. Tapi tidak tahu mau nanya-nya gimana! Ibu suruh zira telepon ke pos, tapi gak bisa juga. Makanya ibu terus coba telepon ke handphone kamu, kali ajah kamu sedang ke kota. Ibu ingin tahu kabar kamu!" ibu azura terus saja memperkatakan kekhawatirannya selama beberapa hari ini.
Diseberang telepon, airmata azura menetes. Lehernya tercekat dengan rasa sesak yang terasa begitu menyakitkan hati.
Perasaan wanita yang telah mengandung dan melahirkan kita ke dunia ini, tidak akan pernah salah.
Namun, dalam kondisi seperti ini, azura tidak ingin menambah beban pikirannya, dengan memberitahukan yang sebenarnya. Ibunya sudah cukup menderita, Ia tidak ingin membuat ibunya semakin menderita.
Intinya, saat ini Ia dalam kondisi baik, tidak masalah kalau harus berbohong. Toh, untuk kebaikan juga, pikirnya.
"Kak, haloo!" ibu memanggil azura karena dirinya hanya terdiam diseberang sana.
"Iyah, Bu! Kakak beneran baik-baik saja. Ibu jangan khawatir yah!"
Ibu terdiam. Hatinya belum puas dengan jawaban azura. Namun, Ia sadar, putrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Dan dia tahu, itu karena kondisinya, yang sedang sakit, sehingga putrinya itu harus mengalah dan menyembunyikan rasa sakitnya.
"Zura... Anak Ibu cantik, anak ibu sayang! Ibu masih sama seperti ibu kamu yang dulu. Ibu tahu, kamu nyembunyiin sesuatu dari ibu. Ibu juga tahu, itu karena kondisi ibu yang seperti ini. Dan ibu sangat sedih, maafin ibu, Nak! Ibu sudah buat hidupmu susah," wanita itu, akhirnya tidak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya.
"Bu, ibu jangan ngomong seperti itu. Hati zura sakit dengernya!" Gadis itu akhirnya menangis tersedu-sedu.
"Ibu tidak usah khawatirkan azura yah? azura akan lakuin apa saja, supaya ibu kembali pulih seperti dulu. azura sayang sama ibu. Tolong, jangan terlalu banyak pikiran. Nanti ibu drop lagi. Yah!?"
Akhirnya ibu mengalah, dan tidak ingin memperpanjang pembicaraan yang menguras emosi keduanya.
Setelah saling berkabar, mereka segera mengakhiri percakapan mereka. Dengan hati keduanya yang tidak benar-benar plong, namun tetap saling memahami.
Kini azura membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan pikiran melayang jauh. Ia teringat akan ucapan nazira tadi. Bahwa, sebagai seorang dokter, harusnya azura berada disisi ibunya, dan merawatnya.
Serta keluhan nazira tentang dirinya yang tidak berada disana untuk mengurus segala kebutuhan ibunya, seperti yang nazira lakukan. Bahkan dengan terang-terangan adiknya itu, menyampaikan keluhannya tentang mengurus sang Ibu.
Kini azura menjadi dilema. Disisi lain, dirinya tidak ingin kembali ke sana, sebab akan terpisah jauh dari regan. Namun kini, ada ibunya yang membutuhkan dirinya disana.
Perasaan kalut dan bingung, membuat azura terus saja menangis dan pada akhirnya jatuh tertidur tanpa memakan sesuatu.
Karena kelelahan, azura tidak menyadari regan yang sudah datang dan memanggilnya serta mengetuk-ngetuk pintu kamar. Namun, gadis itu terlelap dalam mimpinya, hingga tidak menyadari kedatangan regan.
Regan yang khawatir, segera menghubungi manager hotel, agar tolong dibukakan pintunya. Dia takut, sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu.
Saat pintu berhasil dibuka. regan bersama Bima dan manager hotel itu segera masuk ke dalam untuk memastikan kondisi gadis itu.
Ternyata, azura sedang terlelap di atas ranjang dengan tubuh ditekuk seperti bayi dalam kandungan ibu. Celana pendek yang azura kenakan, membuat pahanya yang mulus terpampang jelas di netra ke tiga orang itu.
Bima buru-buru memalingkan wajahnya. Namun, sang manager, tidak demikian. Dia terus menatap azura hingga regan menjadi kesal.
Namun saat regan ingin menegur pria itu, pria itu segera bersuara.
"Sepertinya, dia menangis sampai tertidur. Lihatlah tubuhnya sesekali bergetar, karena isakannya."
Regan segera mendekati azura dan benar saja. Wanita itu terisak dalam tidurnya.
"Kalian keluarlah! Terimakasih atas bantuannya. Dan maaf saya sudah sangat merepotkan." ujar regan pada sang manager.
"Oh tidak masalah! Saya permisi dulu!" Ia segera berlalu dari sana, sedangkan Bima, sudah lebih dulu meninggalkan tempat itu.
Regan menatap azura dengan tatapan sedih. "Raa... Maafin saya, tidak bisa mengubah keputusan itu." gumamnya sembari mengusap lembut, pucuk kepala azura.
Azura yang merasa sentuhan tangan seseorang langsung tersadar dan bangkit dari tidurnya dengan wajah bingung.
"Raaa...," Ujar regan. Gadis itu menatapnya dengan tatapan bingung.
"Maaf saya terpaksa masuk karena takut sesuatu terjadi sama kamu. Kamu tidak membukakan pintu, tidak menjawab panggilan saya, jadi saya sangat khawatir!"
Azura masih menatap pria itu dalam diam. Namun, beberapa detik kemudian, azura segera menghambur ke dalam pelukan besar regan.
"Mas... Ini kamu datang?!"
Regan hanya memeluk gadis itu dengan perasaan sayang dan sedih karena melihat kelopak mata azura yang membengkak dan merah, karena kulitnya yang putih.
"Iya dong, aku kan harus nagih hutang!" ujar regan sembari terkekeh geli.
.
.
.
.
.
HAYYYOOO TEBAKKK REGAN MAU NAGIH HUTANG APAAA KE AZURA???? 🤣🤣🤣
tambah seru nih