Cerita ini lanjutan dari Terjebak cinta CEO Dingin.
Bagaimana jadinya seorang Kafka Arsalan Iskandar yang merupakan pimpinan Black Serpent yang terkenal kejam dan tidak pernah jatuh cinta dalam hidupnya begitu terobsesi pada seorang gadis yatim piatu yang bernama Mahira Salim yang di buang oleh keluarganya setelah kematian Ayahnya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya.Yuk simak!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan Arsa
Arsa memasuki kediaman orangtuanya setelah turun dari mobilnya. Tampak di disebelah mobilnya terparkir sebuah mobil mewah dan ia yakin itu adalah tamu Mommynya. Kedatangannya disambut langsung oleh kepala pelayan dan menggiring nya menuju meja makan dimana semua orang sudah menunggu.
"Apakah adikku ikut malam malam Serena?," tanya Arsa pada kepala pelayan.
"Tidak Tuan muda," jawab Serena.
Arsa tidak lagi bertanya, ia menatap lurus ke depan. Rumah kediaman orangtuanya sangat luas, bisa dikatakan Mansion. Tapi hanya di tempat oleh kedua orangtuanya dan juga adik nya. Ia sendiri memilih tinggal sendiri demi keamanan keluarganya.
"Arsa...kamu sudah datang Nak?," sapa Kinar tersenyum lebar melihat kedatangan putra sulungnya.
Arsa hanya mengangguk kecil lalu duduk di sebelah Mommynya. Ia tahu didepannya adalah tamu kedua orangtuanya yang tidak lain sahabatnya Daddy nya bersama istri dan putri angkatnya.
"Apa kabar Arsa?," tanya David berbasa-basi.
"Baik Uncle," jawab Arsa dengan ekspresi dingin serta datarnya.
"Mom, mana Queen?," tanya Arsa.
Kinar tampak menggeleng kecil."Dia pergi bersama teman-temannya," jawab Kinar. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya itu. Niatnya untuk mengenalkan Queen pada Arkana namun sayang keduanya sama-sama menolak terlebih Arkan yang katanya sudah memiliki kekasih.
Arsa mengangguk mengerti. Ia kenal betul siapa adiknya itu. Sudah dipastikan adiknya itu menolak untuk dikenalkan dengan putra sahabat Daddynya. Dan begitu juga dengan Arkana, tadi saat meeting Arkana ditemani kekasihnya yang tidak lain adalah sekertaris nya sendiri.
Makan malam berjalan lancar, Arsa melirik jam tangannya. Ia tidak sabar untuk segara pulang bertemu Mahira. Hampir seharian ia tidak mendapatkan kabar dari wanitanya itu.
"Arsa...kamu sudah kenal Resi bukan?. Dia putri angkatnya Uncle David. Menurutmu Resi ini bagaimana?," tanya Kinar.
Arsa menoleh pada Mommynya, sesuai dugaannya Mommy nya pasti merencanakan sesuatu."Biasa saja," jawab Arsa.
Resi yang sejak tadi tersenyum malu-malu menatap tidak percaya pada Arsa. Kurang apa dirinya, cantik, tinggi, langsing, berprestasi. Ia juga Runner up Miss universe. Dan seorang Arsa mengatakannya biasa saja sementara begitu banyak pria yang memujanya.
"Arsa...kamu kalau ngomong itu di saring," bisik Kinar yang merasa tidak enak dengan David serta isterinya.
Arsa tidak lagi membantah. Memang menurutnya Resi itu biasa saja. Kalau pun cantik itu karena makeup saja. Lagian ia tiga tertarik pada wanita selain Mahira.
"Arsa... Mommy ingin kamu dekat dulu sama Resi, bukan menjodohkan. Tapi hanya ingin kenal dekat saja. Siapa tahu kalian cocok," ucap Kinar. Ia memang tidak berniat menjodohkan anak-anaknya tapi sebagai seorang itu tentu saja ia cemas diusia tiga puluh tahun putranya belum kunjung menikah.
"Aku--Arsha tidak melanjutkan ucapannya saat melihat keberadaan Mahira berdiri tidak jauh darinya memegang nampan. Untuk apa Mahira disini, apakah Mommynya juga meminta Mahira datang ke sini untuk membantu?.
Tatapan Arsa tidak lepas dari Mahira yang menghidangkan hidangan penutup. Ia yakin sekali Mahira mendengar perkataan Mommynya.
"Mahira...kamu kapan datang?," tanya Kinar.
Arsa menatap dingin Mommy nya, jadi Mahira datang kesini bukan karena permintaan Mommy nya. Lalu kenapa Mahira kesini, apakah wanitanya itu menguntitnya kesini?.
"Baru saja Nyonya. Saya mau bertemu Bibi, tapi tadi Bibi sakit perut makanya saya menggantikannya," jawab Mahira dengan sopan. Bahkan sedikitpun ia tidak menoleh pada Arsa yang terus mempertanyakannya.
"Oh begitu," angguk Kinar.
"Saya permisi dulu Nyonya," ucap Mahira membungkukkan sedikit badannya. Ia segara melangkah pergi dari ruang makan diiringi tatapan Arsa.
"Ayo di makan hidangan penutupnya!," ucap Kinar pada David dan istrinya.
"Mom...aku pulang dulu," ucap Arsa segara berdiri dari duduknya.
"Tapi Nak, bagaimana keputusanmu?," tanya Kinar menahan tangan Arsa.
"Maaf Mom, aku tidak bisa," jawab Arsa lalu melepaskan tangan Mommynya dengan lembut dan segara pergi dari ruang makan. Ia langsung menuju area dapur untuk mencari keberadaan Mahira. Namun ia tidak menemukan wanita itu, Bibinya mengatakan kalau Mahira baru saja pergi.
Arsa segara berlari keluar dan masuk kedalam mobilnya. Ia menghubungi Mahira namun wanita itu tidak kunjung mengangkat panggilannya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Sial," umpat Arsa mengusap wajahnya dengan kasar.
Sesampainya di Markas, Arsa langsung menuju kamarnya. Namun ia tidak menemukan keberadaan Mahira. Kemana perginya wanita itu sekarang, ia kembali menghubungi Mahira namun tidak kunjung diangkat oleh Mahira.
"Ayo angkat Mahira!," gumam Arsa.
Arsa menghubungi Fara namun Fara mengatakan kalau ia sedang tidak bersama Mahira. Mahira memintanya untuk pulang setelah mengantarkannya ke kediaman Iskandar.
Arsa menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka, tampak Mahira memasuki kamar dengan ekspresi dinginnya. Ia langsung menghampiri Mahira namun ucapan wanita itu membuatnya tertegun.
"Ayo kita pisah!," ucap Mahira dengan ekspresi datarnya.
"Mahira...
"Dia lebih baik dariku. Mantan Runner-up Miss universe bukan. Siapa yang tidak mengenalnya Tuan, dia cantik, tinggi, cerdas. Dia pilihan yang baik dari kedua orangtuamu Tuan," ucap Mahira. Ia sudah memikirkan keputusannya ini secara matang-matang.
"Apakah kamu sedang cemburu?," tanya Arsa merengkuh pinggang Mahira.
"Tidak, aku hanya bicara realita," jawab Mahira mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Dia sexy dan memiliki tubuh yang body goals," sambung Mahira yang enggan menatap Arsa.
"Tapi di mataku kamu lebih dari nya," bisik Arsa. Resi memang memiliki tubuh yang ideal sebagai seorang wanita dan ia juga Runner up dari sebuah kontes kecantikan. Namun Mahira, berbeda. Memang Mahira tidak terlalu tinggi namun keindahan tubuhnya melebihi pemenang kontes kecantikan. Satu lagi, Mahira tidak suka mempertontonkan bentuk tubuhnya.
"Jangan membual Tuan," jawab Mahira.
"Aku berbicara jujur. Kita tetap sesuai kesepakatan, satu tahun bukan?," ucap Arsa melepaskan rengkuhan tangannya pada pinggang Mahira.
"Dan jangan coba-coba untuk membatalkan kesepakatan kita," sambung Arsa lalu melangkah menuju ruang ganti meninggalkan Mahira yang masih berdiam diri di tempatnya.
***
Mahira menatap pintu ruang kerja Arsa yang tertutup rapat. Hampir dua jam Arsa mengurung diri disana yang katanya menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Sementara jam sudah menunjukkan pukul 00:30 dini hari. Apakah Arsa marah padanya karena permintaan pisah darinya tadi?.
Mahira menghela nafas beratnya, matanya tidak kunjung terpejam. Ia kesulitan untuk tidur, tidak biasanya ia seperti ini sebelumnya. Mahira berpura-pura memejamkan kedua matanya saat melihat handle pintu bergerak. Ia yakin Arsa keluar dari ruangan itu.
"Kenapa belum tidur?," tanya Arsa menaiki tempat tidur lalu ikut berbaring di sebelah Mahira. Ia menarik pinggang Mahira yang tidur dengan posisi membelakangi nya hingga merapat ke tubuhnya.
"Aku tahu kamu belum tidur," bisik Arsa tepat ditelinga Mahira. Tentu saja ia tahu Mahira belum tidur di kamar ini ia meletakkan cctv rahasia begitu juga diruang ganti tanpa sepengetahuan Mahira.
"Bangun atau aku tiduri sekarang juga!," ucap Arsa. Membuka Mahira membuka kedua matanya dengan cepat.
Mahira mendelik tajam pada Arsa. Pria itu suka sekali berbuat seenaknya padanya. Mentang-mentang sudah membantunya, Arsa malah bersikap seenaknya saja.
"Kenapa belum tidur, sengaja menungguku?," tanya Arsa memeluk pinggang Mahira dibalik selimut.
"Tidak, mataku tidak mau tertidur," jawab Mahira dengan jujur.
"Mau aku bantu untuk bisa tidur dengan lelap?," tanya Arsa menaiki turunkan alisnya menggoda Mahira.
"Tidak," jawab Mahira dengan cepat dikuti dengan gelengan.
"Hahaha...ayo tidur. Besok pagi kita ke suatu tempat," kekeh Arsa mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu tidur.
...****************...
klau Ibra aku tau anknya Teo , klau si kembar anaknya daveena sama Adi