NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:873
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berpisah

"Apa kalian yakin ingin berpisah?"

Kedua pasangan itu saling menoleh satu sama lain, lalu mengangguk kepada seorang pria paruh baya yang tadinya bertanya kepada mereka. Dua keluarga tengah duduk bersama di salah satu rumah mereka dengan keadaan tegang. Semua pasang mata menuju pada sosok pasangan yang ingin mengakhiri pernikahan mereka.

Tentu dua keluarga itu terkejut bukan main, setelah tadi pagi merayakan satu tahun pernikahan mereka. Sorenya, pasangan itu mengabarkan ingin berpisah satu sama lain. Hingga mereka kembali berkumpul untuk membicarakan masalah besar tersebut.

"Apa yang membuat kalian berpikir ingin berpisah?" balas pria tadi sambil mendesah pelan.

Sebelum menjawab, Delan mengembuskan napas untuk menenangkan perasaannya yang mendadak tidak menentu. Padahal, sbelumnya dirinya sangat yakin dengan keputusan besar ini yang mungkin mengecewakan dua keluarga.

"Kami benar-benar tidak cocok satu sama lain, Pa," jawab Delan yang memang menjadi alasan mereka memutuskan untuk berpisah.

Dua pasang orangtua itu menghela napas sesak, terutama dua wanita yang sudah saling berpegangan tangan. Berita mengejutkan juga mengecewakan untuk didengar, membuat dada mereka terasa sesak. Menatap sekali lagi anak-anak mereka yang hanya menundukkan pandangan sedari tadi.

Delan dan Radella, menikah tepat satu tahun yang lalu karena perjodohan. Kedua orangtuanya yang berteman baik juga menjadi kolega bisnis memutuskan untuk menjodohkan putra dan putri mereka. Meski awalnya, mereka memang berat untuk menerima tapi selama satu tahun berjalan terlihat hubungan mereka yang semakin membaik.

Tidak jarang, mereka mendapati putra putrinya saling melempar perhatian yang membuat dua pasang orangtua itu sudah berasumsi kalau hubungan keduanya sudah berjalan mulus. Sudah ada cinta di antara mereka, saling merasa memiliki dan akhirnya pernikahan itu dijalani dengan ketulusan hati mereka.

Namun siapa sangka, saat ini keduanya mengabari hal mengecewakan itu setelah pagi tadi merayakan satu tahun pernikahan mereka. Berasalan mereka tetap tidak cocok satu sama lain seperti yang dikatakan oleh Delan barusan.

"Padahal, Bunda lihat kalian makin hari makin lengket," sahut ibunda Radella, bunda Suci.

"Mama juga merasakannya. Apa kalian benar-benar tidak bisa merasakan perasaan kalian sendiri?" Mamanya Delan juga ikut menimpali, mama Marisa. Dua wanita itu tidak ingin kehilangan Delan dan Radella sebagai menantu. Pasangan itu sudah dianggap anak sendiri oleh dua wanita yang seumuran tersebut.

"Maafkan kami, Ma, Bun. Kami sudah memikirkan dan memutuskan ini. Sekali lagi, maafkan kami," jawab Delan dengan rendah.

Sedangkan, Radella sedari tadi masih bungkam. Tidak tega melihat dua wanita itu yang sudah meneteskan air mata. Dirinya merasa sangat bersalah, tapi juga tidak bisa memaksakan perasaannya kepada Delan, begitu juga sebaliknya.

Mereka berpikir dingin sebelum memutuskan ini dan memberitahu kepada orangtua mereka. Perpisahan ini bukan hanya keinginan satu pihak saja, tapi Delan dan Radella memang menginginkan setelah satu tahun mencoba bertahan dalam satu atap.

Radella membenarkan ucapan bundanya dan mamanya Delan, bahwa hubungan dirinya bersama Delan memang semakin hari semakin hangat. Namun, untuk perasaan mereka tetap belum bisa menerima. Hubungan mereka terjalin karena mereka tinggal satu atap saja, selebihnya tidak ada hal spesial lainnya, begitulah pikir Radella.

"Della, padahal Mama sudah menganggap kamu anak Mama sendiri," Isak mama Marisa semakin tidak rela.

Mata Radella juga mulai berkaca-kaca, perlahan kepalanya mendongak menatap dua wanita yang sudah saling merangkul untuk menguatkan. Radella tahu, bunda dan mamanya kecewa dengan keputusan mereka. Karena, Radella beberapa kali sering mendengar dua wanita itu sudah membayangkan bagaimana kehidupan dirinya bersama Delan dengan anak-anak di tengah mereka.

"Maafkan kami. Bunda sama Mama gak perlu khawatir, yang berpisah hanya hubungan pernikahan Radella dan Delan, hubungan kita tetap sama sedari awal. Radella tetap anak Mama, Delan juga tetap anak Bunda," terang Radella mencoba menenangkan dua wanita yang dia sayangi.

"Kalian yakin dengan keputusan itu?" Papa Adam kembali memastikan. Pria paruh baya itu juga memiliki harapan kalau anak menantunya bisa menjalani pernikahan mereka sampai maut memisahkan.

"Kami yakin, Pa!" tegas Delan setelah beberapa saat terdiam.

Pria itu memang sempat terdiam beberapa detik sebelum menjawab, entah kenapa perasaannya semakin tidak nyaman. Dia berpikir, karena tidak tega melihat orangtua dan mertuanya terisak. Makanya, perasaannya semakin tidak nyaman dan ingin segera menyudahi semuanya.

Adam menoleh ke arah besan prianya, Fatoni. Mereka saling menatap dengan helaan napas berat. Pertemanan sedari kecil mereka jalin, berharap menjadi keluarga dengan ikatan sah, hanya bisa bertahan selama satu tahun. Anak-anak mereka tidak bisa lagi bersama, mereka juga tidak bisa memaksakan karena mereka sudah dewasa untuk memahami hidupnya masing-masing.

"Mau bagaimana lagi, ini keputusan kalian. Papa berharap kalian bisa kembali berpikir lagi sebelum benar-benar berpisah nantinya. Kami sebagai orangtua hanya ingin kalian berdua bahagia, meski ada harapan kalau bahagia kalian saling bersama," jawab Adam tersenyum nanar.

"Pa, hubungan kita tidak akan putus. Papa, Ayah, Mama, Bunda, tidak perlu takut saling kehilangan. Yang berbeda hanya hubungan pernikahan Radella dan Delan saja, kita juga bisa tetap menjalin hubungan pertemanan. Delan dan Radella lebih cocok sebagai teman saja," terang Radella dengan cepat. Sekali menerangkan kalau mereka tetap keluarga, ada atau tidaknya pernikahan dirinya dan Delan tidak akan mengubah apapun.

Setelah berkata demikian, tiba-tiba saja perasaan Radella sedikit terusik. Apalagi kalimat terakhirnya yang membuat dadanya merasa sesak tanpa sebab. Begitupun dengan Delan, tidak nyaman saat mendengar istrinya mengatakan hubungan mereka lebih cocok sebagai teman ketimbang pasangan.

***

"Kemarilah!" Delan meminta istrinya, yang mungkin tinggal menghitung beberapa hari sebelum mereka menjadi mantan, untuk mendekat.

Delan berdiri di batas balkon kamar mereka, mungkin sebentar lagi juga akan menjadi kamarnya secara penuh setelah Radella pergi. Pria itu menatap jalanan berganti dengan langit yang amat tolak belakang. Jalanan yang begitu padat tidak mengenal waktu, juga langit yang selalu memenangkan.

Radella bergerak mendekat, ikut berdiri sejajar dengan Delan. Beberapa bulan terakhir, mereka sering menghabiskan malam dengan menikmati seperti sekarang hingga kantuk menyerang. Momen manis yang mungkin nanti Radella bakal ingat sesekali.

"Lega rasanya setelah berujar dengan orangtua tentang keinginan kita," ujar Delan tetap memandang lurus.

Harusnya Radella juga demikian, tapi perempuan itu malah merasa sendu. Padahal, berpisah adalah keinginan mereka berdua sedari lama. Saat waktunya datang, perasaannya semakin tidak nyaman untuk membicarakannya.

"Apa kamu lega?" Alih-alih menyetujui, Radella malah bertanya. Entah kenapa, dirinya ingin mengetahui perasaan Delan padahal suaminya sudah berujar barusan.

Delan menoleh, sedikit terkejut mendapati Radella menatapnya lekat dari samping seakan menunggu jawaban darinya. Mendadak, bibirnya kelu untuk berkata. Menatap wajah Radella yang malam ini terlihat lebih memesona. Apalagi, dari jarak sedekat ini.

"Apa aku boleh menciummu, untuk pertama dan terakhirnya?" Delan tidak menjawab pertanyaan Radella, pria itu malah fokus pada wajah cantik istrinya yang sebentar lagi menjadi mantan istrinya.

Radella tersentak, kisah rumah tangga mereka terlalu lucu. Selama satu tahun, mereka tidak pernah benar-benar bersentuhan fisik secara sengaja. Sekarang, Delan meminta izin dengan suara seraknya. Bukan serak karena nafsu, tapi gusar akan perasaannya yang terus berkecamuk.

"Pertama dan terakhir?" bisik Radella tersenyum kecut.

Perempuan itu tidak menjawab, memilih memejamkan mata sambil mendekatkan kepalanya pertanda menyetujui permintaan Delan. Pria itu juga segera menyambutnya, untuk pertama dan terakhir sebelum semuanya berakhir.

"Terimakasih, biarkan malam ini kita sedekat mungkin sebelum kita berjalan sesuai keinginan kita nantinya," bisik Delan sambil menempelkan kedua dahi mereka.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!