NovelToon NovelToon
The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos
Popularitas:589
Nilai: 5
Nama Author: Irma pratama

Gimana jadinya gadis bebas masuk ke pesantren?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyerangan Pesantren & Terluka

...BAB 11...

...PENYERANGAN PESANTREN & TERLUKA...

Setelah sesi tangkap ikan yang berakhir dengan perang air, Ustad Izzan kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri. Dia berdiri di depan cermin, mengusap rambutnya yang masih sedikit basah. Saat melihat bayangannya sendiri, tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat.

...Ilustrasi...

Yupz... Senyum... Dia ingat bagaimana Arabella dengan tanpa dosa mencipratkan air ke arahnya, bagaimana akhirnya dia sendiri yang membalasnya. Ya... Gadis itu benar-benar... berbeda.

Namun, momen refleksi itu terganggu ketika sebuah suara berat tiba-tiba terdengar di belakangnya.

“Izzan... Kamu senyum-senyum sendiri, Nak?!”

Izzan tersentak dan segera mengembalikan ekspresinya menjadi datar. Dia menoleh dan melihat Kiyai Hasyim, Ayahnya... berdiri di ambang pintu dengan tatapan penuh selidik.

Izzan berdehem, berusaha bersikap tenang. “Nggak apa-apa, Abi...”

Kiyai Hasyim menyipitkan mata, lalu melangkah masuk sambil menyilangkan tangan di dadanya. “Abi sudah hidup lebih lama dari kamu, Izzan. Kalau seorang lelaki senyum-senyum sendiri saat tidak ada orang, itu biasanya karena ada seseorang yang mengganggu pikirannya.”

Izzan hanya diam.

Kiyai Hasyim menepuk pundaknya pelan. “Siapa gerangan gadis yang berhasil membuat putra sulungku yang dingin ini sering tersenyum?”

Izzan mendesah pelan, mengalihkan pandangannya. “Bukan siapa-siapa, Abi. Hanya seorang santri baru.”

Kiyai Hasyim mengangguk, tetapi senyumnya menunjukkan bahwa dia tidak begitu percaya.

“Hati-hati ya Nak. Kadang, seseorang yang awalnya hanya ‘bukan siapa-siapa’ bisa menjadi ‘seseorang’ tanpa kamu sadari.”

Izzan tidak menjawab, hanya menunduk sedikit sebelum kembali fokus pada bayangannya di cermin. Dan kali ini, dia memastikan tidak ada senyum yang terlihat.

*****

Malam itu, seluruh santri berkumpul di aula untuk mengikuti pengajian yang di pimpin oleh Ustad Hamzah. Mereka duduk rapih dengan kitab Safinah di tangan, sementara Ustad Hamzah mulai menjelaskan tentang bab bersuci dan pentingnya niat dalam ibadah.

Diantara para santri yang duduk dengan penuh perhatian, Arabella duduk di barisan belakang. Matanya sudah setengah tertutup, kepalanya sesekali mengangguk turun seperti hampir tertidur.

Balwa, Balwi dan Devan yang duduk di dekatnya saling menyikut, mencoba menahan tawa melihat kondisi Arabella yang jelas sedang berjuang antara mendengarkan atau menyerah pada kantuk. Tiba-tiba, Ustad Hamzah melontarkan pertanyaan.

“Baik, siapa yang bisa menjelaskan apa yang terjadi jika seseorang lupa niat sebelum berwudhu?”

Hening sejenak.

Lalu tanpa diduga, Ustad Hamzah menatap kearah belakang. “Arabella, kamu bisa jawab?”

Semua santri langsung menoleh. Arabella yang masih setengah sadar terperanjat kaget. Dia buru-buru mengangkat kepala, mengucek matanya, lalu tanpa berfikir panjang menjawab.

“Kalo lupa niat sebelum berwudhu... Ya secara otomatis Wudhunya auto cancel, Ustad!”

Suasana aula yang tadinya hening langsung pecah dengan tawa para santri. Bahkan Ustad Hamzah sendiri tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Astagfirullah, Arabella. Ini bukan aplikasi pesan tiket yang bisa auto cancel. Maksudnya tidak sah, karena niat itu bagian dari rukun.”

Arabellla mengangguk-angguk cepat, masih berusaha menahan kantuk. “Siap, Ustad! Niat itu penting, pokoknya jangan lupa. Kayak kunci kos, kalau ketinggalan, bisa berabe.”

Tawa kembali pecah. Ustad Hamzah, yang duduk di depan, hanya bisa menutup kitabnya pelan sambil menghela napas panjang. Gadis ini benar-benar...

Sementara itu, Balwa, Balwi dan Devan sibuk menyikut Arabella yang sekarang sudah benar-benar segar setelah jadi pusat perhatian. Pengajian malam itu tidak akan terlupakan, bukan karena materi kitabnya, tapi karena satu santri bar-bar yang membuat suasana belajat jadi penuh gelak tawa.

*****

Pengajian baru saja selesai, para santri mulai beranjak ke asrama masing-masing ketika tiba-tiba suara deru motor memecah keheningan malam.

BRUUUUUMMM... BRUUUUUMMM... BRUUUUMMM...

Belasan motor motor memasuki pekarangan pesantren dengan kasar. Beberapa santri berhamburan ke pinggir, menatap penuh waspada.

Ilustrasi

Dari atas motor, para pria bertampang kasar turun dengan wajah penuh amarah. Seorang pria bertubuh besar yang tampaknya pemimpin mereka maju ke depan.

“Mana Arabella?! Belaaaa Keluar Lo!” suaranya menggema di seluruh area pesantren. Para santri saling pandang, bingung dan waspada. Di barisan belakang, Arabela yang sedang menguap setelah ngantuk di pengajian langsung berhenti.

“Hah? Gue?” Arabella menunjuk dirinya sendiri.

Balwa, Balwi dan Devan menoleh ke arahnya dengan mata membulat. “Heh... Bell... mereka nyariin lo tuh.”

Arabella menghela napas panjang sebelum melangkah maju dengan santai. “Siapa yang nyariin gue?” tanyanya dengan nada malas.

Pria bertubuh besar itu melotot. “Jadi lo beneran sembunyi di pesantren ini, hah?! Ketua geng motor gede dari Jakarta malah ngumpet di pondok? Lo pikir kita nggak bakal nyari?!”

Semua santri yang mendengar itu langsung membelalakkan mata.

“HAH?! KETUA GENG MOTOR GEDE?!”

Para santri perempuan menutup mulut mereka kaget. Santri laki-laki saling berbisik. Bahkan Ustad Izzan yang baru saja keluar dari aula mengerutkan kening melihat kearah Arabella yang menghadapi geng motor.

Arabela menyeringai sinis. “Gue nggak sembunyi, Woy. Gue emang modok! Lo nggak ngerti kata modok?!”

“Bulshit!” pria itu berteriak. “Lo nggak pernah ikut balapan! Lo ketua tapi nggak pernah turun tangan! Lo pasti takut kan?! Dasar pengecut!”

Mata Arabella langsung menyipit.

Devan yang berdiri di sebelahnya berbisik, “Heh, mereka bilang lo pengecut. Feeling gue sih ya, ini bakalan jadi tontonan yang seru!”

Arabella menghela napas, lalu meletakkan tangannya di pinggang. “Lo nyari ribut?”

Pria itu menyeringai. “Ya iyalah! Kalo lo jago, hadepin kita! Hyaaattt...!” tanpa peringatan, pria itu melayangkan tinjunya ke arah Arabella.

SRETTTT!

Dalam hitungan detik, Arabella menghindar dengan lincah dan langsung menendang lutut pria itu.

BUUUG!

Pria itu jatuh berlutut, wajahnya meringis kesakitan. Semua santri yang menonton langsung ternganga.

“GILA! GERAKANNYA CEPET BANGET!”

Salah satu anggota geng lain berusaha menyerang, tapi Arabella dengan cekatan menangkap lengannya, memutarnya ke belakang, lalu mendorongnya hingga terjatuh ke tanah.

DUG!

Arabella menatap sisa geng motor yang mulai merapat. “Mau nyoba lagi? Ayookk... Biar sekalian?”

Namun, sebelum mereka bisa menyerang, Balwa, Balwi dan Devan tiba-tiba maju.

“Jangan biarkan Arabella sendirian!”

Namun, gaya mereka jauh dari kata serius. Balwa membawa gagang sapu dan memutarnya seperti pendekar silat, tapi malah mengenai kepalanya sendiri.

PLLAAAKK!

Balwi mencoba meniru gaya Arabella menendang, tapi justru kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk. Devan berusaha mengintimidasi dengan gaya berlagak, tapi malah tersandung jubah santri yang dia pakai sendiri.

“ASTAGFIRULLAH, KALIAN NGAPAIN SIH?!” teriak salah satu santri yang menonton.

"Sumpah kayak nonton lawak ini... hihihi..."

Namun, aksi kocak mereka justru membuat beberapa anggota geng motor lengah. Dan di saat itulah, Ustad Izzan, Ustad Jiyad, Ustad Azzam dan Ustad Hamzah maju ke depan. Meski tak seahli Arabella, tapi mereka tetap turun tangan melawan para pria itu.

“Pesantren ini bukan tempat untuk berbuat kerusuhan!” tegas Izzan sambil melayangkan pukulan ke salah satu pria.

Ustad Azzam menendang kaki lawan, sementara Ustad Jiyad dan Ustad Hamzah bekerja sama menjatuhkan beberapa anggota geng motor.

Di tengah kekacauan itu, beberapa Ustadzah buru-buru menghubungi polisi. Namun, di saat mereka mulai mengendalikan situasi, tiba-tiba...

JLEEEEBBB!

Arabella terhuyung ke belakang. Semua orang langsung terdiam. Izzan menoleh cepat dan matanya melebar saat melihat darah merembes dari sisi perut kiri Arabella. Salah satu anggota geng ternyata diam-diam menyerangnya dengan benda tajam.

“ARA!”

Tanpa pikir panjang, Izzan langsung menghantam pria itu dengan pukulan keras.

BUUGGGHHH!

Pria itu terlempar ke belakang, terkapar tak berdaya. Namun, kemarahan Izzan belum reda. Dengan mata penuh amarah, dia mendekati pria itu dan memukulnya lagi dan lagi. Sampai beberapa santri harus menahan Izzan sebelum dia kehilangan kendali.

“Cukup, Ustad! Polisi sudah dalam perjalanan!”

Izzan menggertakkan giginya, napasnya memburu. Tapi kemudian matanya kembali kepada sosok Arabella yang terduduk sambil memegangi pisau yang masih menempel di perutnya. Tanpa berpikir panjang, dia berlutut di samping Arabella, memeriksa lukanya dengan wajah penuh kekhawatiran.

“Ara.. tahan sebentar ya! Ambulans akan segera datang!”

Namun, meskipun terluka, Arabella terkekeh lemah. “Ciihh... Ara? Baru kali ini ada yang manggil gue Ara... Ustad, lo tadi ngamuk-ngamuk kayak suami yang istrinya dipukul orang loh...”

Izzan menegang.

Balwa, Balwi dan Devan yang mendengar itu langsung menahan tawa kecil meski cemas.

Izzan menghela napas panjang, lalu menunduk, suaranya lirih, “Jangan banyak bicara. Saya tidak akan membiarkan kamu kenapa-napa.”

Dan untuk pertama kalinya... Arabella melihat sorot mata Izzan yang benar-benar perduli. Suara sirine ambulans dan mobil polisi memecah keheningan malam. Lampu merah dan biru berkedip-kedip, menerangi pekarangan pesantren yang masih dipenuhi para santri yang syok melihat kejadian barusan.

Seorang pria berpakaian dinas polisi pertama. Wajahnya tegas, posturnya gagah dan tanda pangkat di pundaknya menunjukkan bahwa dia bukan polisi sembarangan. Begitu matanya menemukan sosok Arabella yang duduk dengan luka di perutnya, dia langsung berjalan cepat, lalu...

“Hormat, Lord!” ucapnya tegas.

Semua polisi yang ikut turun bersamanya serempak menundukkan kepala dengan hormat ke arah Arabella. Dan seketika... pesantren jatuh dalam keheningan total. Para santri melongo. Para Ustad dan Ustadzah membulatkan mata. Bahkan Uma Salma, Kiyai Hasyim dan Ning Najwa saling berpandangan bingung.

LORD?!

Hampir semua orang disana bertanya dalam hati. Siapa sebenarnya Arabella, sampai seorang kepala kepolisian dan anak buahnya menundukkan kepala padanya?

Bahkan geng motor yang tadi datang membuat keributan kini menunduk ketakutan, sadar bahwa mereka baru saja membuat masalah besar dengan orang yang salah. Sementara itu, Arabella hanya mendengus malas.

“Hah... Woy... Lo kesini buat hormat apa buat ngangkut mereka?” ucapnya tersenggal-senggal karena luka di perutnya sambil melirik para anggota geng motor yang kini terduduk lemas.

Kepala kepolisian itu hanya tersenyum tipis. “Tentu saja buat bawa mereka. Tapi melihat keadaan Anda, saya harus memastikan kalau Lord baik-baik saja.”

Santri semakin melongo. Balwa, Balwi dan Devan yang dari tadi menahan diri akhirnya berseru.

“Bell, SEBENERNYA LO SIAPA?!”

Alih-alih menjawab serius, Arabella malah memasang ekspresi jail. “Siapa gue? Gue ini.. Santri baru yang kalem.”

“HAH?” para santri berseru dan mengo mendengar jawaban Arabella.

Para polisi tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan sikap Arabella. Beberapa menit kemudian para polisi sudah memasukan anggota geng motor ke dalam mobil, Arabella berdecak dan berkata dengan santai.

“Bisa cepet ga sih? Cepetan bawa mereka biar pesantren ini nggak bau ketek!”

Para santri yang masih syok langsung tersedak. Bahkan Kepala Kepolisian yang biasanya serius pun menahan tawa kecil.

“Baik, Lord. Kalau begitu, kami permisi dulu. Kami akan segera melaporkan perkembangan kasus ini.”

“Hmmm...” jawab Arabella masih menahan lukanya.

Setelah semua geng motor di bawa pergi, mobil polisi pun meninggalkan pesantren. Uma Salma, Ning Najwa dan Kiyai Hasyim segera menghampiri Arabella dengan wajah penuh kekhawatiran.

“Bella... Bagaimana keadaan kamu, Nak?” Suara Uma Salma penuh kelembutan, tangannya dengan hati-hati menyentuh pundak Arabella.

Arabella berusaha tersenyum meskipun mukanya sudah terlihat pucat. “Tenang Uma. Ini Cuma luka kecil kok. Aku masih bisa nahan kok.”

Namun, tatapan khawatir dari Uma Salma dan Ning Najwa tak berkurang sedikit pun. Disisi lain, Ustad Izzan diam-diam memperhatikan. Luka di tubuhnya, pisau yang masih menancap di perut sebelah kiri karena tidak berani melepas takutnya malah makin memperparah keadaannya, darah masih merembes keluar, wajahnya makin pucat...

Tapi... dia tetap bisa tersenyum. Bahkan dalam kondisi seperti ini, dia masih bisa bercanda, masih bisa membuat orang-orang di sekitarnya tersenyum. Untuk pertama kalinya, Izzan menyadari sesuatu. Gadis ini.. benar-benar kuat. Bukan hanya karena keahliannya dalam bertarung. Tapi karena hatinya. Dan entah kenapa, dia merasa.. sedikit kagum.

Ketika petugas medis hendak memasukkan Arabella ke dalam ambulans... Balwa, Balwi dan Devan justru berkomentar dengan ekspresi penuh kekhawatiran... yang justru absurd.

“Bell, Lo jangan kenapa-napa ya?! Kalo tar lo mati, siapa lagi yang bakal gue ajakin ribut tiap hari?” keluh Balwa dramatis.

“Iya serius Bell, kalo lo nggak ada, pesantren bakalan terlalu damai. Nggak ada lagi yang bisa bikin para Ustad dan Ustadzah pening kepala!” tambah Balwi dengan nada bercanda.

“Parahnya lagi, kalo lo mati, kita harus nyari partner keonaran baru! Tapi siapa yang bisa sekeren dan sekacau lo, Bell?” Devan menambahkan dengan wajah memelas.

Seluruh santri yang mendengar itu langsung terdiam. Uma Salma sampai menepuk dahinya, sementara Ning Najwa menahan tawa. Namun ekspresi Arabella langsung berubah.

“BERANDAL YA KALIAN! LO PADA NGEDOAIN GUE MATI, HAH?!”

Arabella yang tadinya lemas langsung bangkit, ingin melompat keluar ambulans untuk menyerang mereka bertiga. Sementara Balwa, Balwi dan Devan yang panik dan langsung bersembunyi di belakang para santri.

“ASTAGFIRULLAH, ARABELLA MASIH SEHAT! KAABUUUUUURRR!!!”

Namun sebelum Arabella sempat menyerang, Uma Salma dengan sigap memegang bahunya. “Sayang, diperut kamu masih ada pisau yang menancap. Dan kamu sedang terluka, Nak!”

Arabella hanya bisa mendengus, tapi akhirnya kembali duduk dengan kesal. “Hah... Ukhuk ukhuk... dasar bocah nggak ada sopan santun! Emang gue pikirin kalo lo pada kehilangan partner ribut!” ucapnya tersenggal-senggal.

Balwa, Balwi dan Devan hanya nyengir dari kejauhan. Para santri yang tadinya tegang karena kejadian malam ini kini mulai tersenyum dan tertawa kecil. Arabella, meskipun dallam keadaan terluka, masih bisa membawa suasana jadi lebih ringan.

Tak lama kemudian, Kiyai Hasyim naik ke dalam ambulans, bersiap untuk menemani Arabella ke rumah sakit. Uma Salma juga ikut naik, memastikan santrinya yang stu ini mendapatkan perawatan yang layak.

Namun... seseorang tampak gelisah di luar ambulans. Ya.. dia adalah Ustad Izzan. Dia berdiri diam, menatap Arabella yang kini sudah duduk di dalam mobil dengan ekspresi tak terbaca.

Sebagian dari dirinya ingin ikut. Ingin memastikan sendiri bahwa Arabella baik-baik saja. Namun...

“Izzan, kamu tetap di sini,” suara Kiyai Hasyim memecah lamunannya.

Izzan menoleh, menatap Ayahnya. “Tapi Abi—“

Kiyai Hasyim tersenyum kecil. “Kamu harus tetap di pesantren, Nak. Pastikan semuanya terkendali setelah kejadian ini.”

Izzan terdiam. Dia tau ayahnya benar. Sebagai salah satu Ustad di presantren, dia harus tetap di sini untuk menjaga para santri lainnya. Namun, dalam hatinya... ada perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Dia menatap Arabella sekali lagi sebelum akhirnya mundur selangkah.

“Baik, Abi.”

Kiyai Hasyim menepuk pundaknya sebelum masuk ke dalam ambulans. Saat pintu ambulans mulai tertutup, Izzan masih bisa melihat Arabella yang melirik ke arahnya sekilas.

Lalu ambulans pun melaju, meninggalkan pesantren. Izzan masih berdiri di tempatnya. Dan di dalam hatinya Kiyai Hasyim yang sejak tadi mengamati putra sulungnya hanya tersenyum kecil.

Sepertinya putra sulungku sudah jatuh cinta...

Ya, Kiyai Hasyim yakin. Putranya yang selalu dingin dan serius itu sudah terpikat oleh gadis Absurd dan bar-bar, santri baru... putri dari sahabat lamanya, Ardana dan Nilam.

1
Tara
jodohmu kaga jauh ...smoga cepat bucin ya...🤭🫣🥰😱🤗👏👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!