NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:615
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Keesokan paginya dimana Rianti membuka matanya dan tidak melihat keberadaan Bramantya.

Ia akan bangkit dari tempat tidur dan melihat tangannya yang memakai borgol pink.

"BRAMANTYA!!" teriak Rianti.

Bramantya yang sedang di dapur untuk membuat sarapan langsung menuju ke kamar saat mendengar teriakan istrinya.

"Sayang, ada apa? Pagi-pagi sudah teriak-teriak seperti ini?" tanya Bramantya.

Rianti menyunggingkan senyumannya dan ia menunjukkan borgol yang ada di tangannya.

"Lepaskan borgol nya, aku mau ke kamar mandi." pinta Rianti.

Bramantya duduk disamping istrinya yang memintanya untuk membuka borgolnya.

"Akan aku buka borgolnya, tapi janji nggak kabur, nggak pelukan lagi sama Prabu dan tetap mencintai aku walaupun sekarang kamu hilang ingatan."

Rianti yang sudah ingin bunga air kecil langsung menganggukkan kepalanya.

Bramantya mengambil kunci dan membuka borgol istrinya.

"Dasar tukang maksa!"

Rianti segera berlari menuju ke kamar mandi dan ia langsung buang air kecil.

Setelah itu ia keluar dari kamar mandi dan melihat Bramantya bermain-main dengan borgolnya.

"Mau aku borgol lagi?" tanya Bramantya.

Rianti melihat pintu yang terbuka dan ia langsung lari.

Bramantya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Rianti yang lucu.

"Larilah, Ri. Apartemen ini bukan lapangan futsal." ucap Bramantya.

Rianti yang tidak bisa keluar apartemen, kembali berjalan ke arah Bramantya.

Klik!

Bramantya kembali memasang borgol ke tangan istrinya dan tangannya.

"Ayo kita sarapan dulu, sayang. Setelah itu kita ke rumah sakit dulu untuk periksa keadaan kamu."

Bramantya mengajak istrinya untuk duduk di kursi makan.

"Bram, kenapa kamu melakukan aku seperti ini? Kamu yakin kalau kita ini pasangan suami istri?" tanya Rianti yang masih tidak percaya jika Bramantya suaminya.

Bramantya menganggukkan kepalanya sambil menyeruput kopinya.

"Ri, kita ini pasangan suami istri. Aku mencintai kamu dari dulu, walaupun aku dulu sering marah dan menyiksa kamu." jawab Bramantya.

Bramantya menceritakan semuanya kepada Rianti tentang dirinya yang menyiksanya.

Rianti yang akan memakan rotinya langsung memandang wajah suaminya.

"Ri, kamu kenapa?" tanya Bramantya yang melihat istrinya tiba-tiba mematung

Rianti tidak menjawab dan langsung jatuh pingsan.

Brugh!

"RIANTI!"

Bramantya spontan berdiri dan memeluk tubuh istrinya.

Ia mengambil kunci dan membuka borgol yang ada di tangan mereka berdua.

Setelah itu tanpa banyak kata, Bramantya membawa istrinya ke rumah sakit.

"Ri, jangan tinggalkan aku. Rianti." ucap Bramantya dengan raut wajah yang panik.

Rianti yang mendengarnya langsung membuka matanya.

"Hahahahaha!"

Bramantya terkejut dan meminggirkan mobilnya di pinggir jalan.

"Ri, kamu kenapa tertawa terbahak-bahak? Ada apa, Ri?" tanya Bramantya dengan wajah kebingungan.

Rianti mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu ke telinga Bramantya.

"Aku sudah ingat semuanya, Suamiku yang posesif.” bisik Rianti.

DEG!

Bramantya terdiam beberapa detik, lalu rahangnya mengeras.

“RIANTI!!!” bentak Bramantya.

Tanpa pikir panjang, ia langsung menepi dan menghentikan mobil dengan kasar.

CREK!

Bramantya melepaskan sabuk pengamannya dan tanpa berkata-kata lagi, ia membuka pintu mobil dan turun sambil menghentakkan pintunya.

BRUGH!!

Rianti yang masih tertawa kecil langsung melepaskan sabuk pengamannya.

"Waduuuh, ada singa marah rupanya,” gumamnya sambil ikut membuka pintu dan turun.

Bramantya berdiri di tepi trotoar dengan tangan bertolak pinggang, wajahnya merah karena emosi bercampur malu.

“Kamu pikir lucu ya?! Bikin aku panik setengah mati cuma buat ngerjain aku?!”

Rianti berjalan pelan mendekat seperti kucing mau menerkam.

“Lucu banget malah…” jawabnya santai.

“Terserah kamu, aku nggak mau ngomong sama.."

MMMMUUAAACCHHH...

Sebelum Bramantya menyelesaikan kalimatnya, Rianti langsung menarik kerah bajunya dan mencium bibirnya dalam-dalam.

Bramantya membelalakkan matanya saat mendapatkan ciuman mendadak dari istrinya.

Orang-orang yang lewat di trotoar dan pengendara motor yang berhenti di lampu merah mulai menatap ke arah mereka.

“Astaga, seperti sinetron saja." ucap salah satu pengendara.

“Eh-eh-eh yang cowoknya malah diem aja dong!”

“Woy rekam woy rekam!”

Beberapa orang langsung mengeluarkan ponsel mereka dan merekam kejadian itu.

Rianti semakin menekan ciumannya, tangannya merangkul leher Bram dengan erat agar tidak bisa kabur.

Bramantya yang awalnya kaku, perlahan-lahan mencengkeram pinggang Rianti lalu membalas ciumannya dengan brutal.

Rianti tersenyum di sela ciumannya sambil tersenyum tipis

“Emosinya hilang?”

Bram menarik napas berat, menatapnya tajam dan menjawab pertanyaan dari istrinya.

“Belum. Tapi kamu berhasil bikin aku lupa caranya marah.”

Rianti mengangkat alis sambil tersenyum nakal ke arah suaminya.

“Kalau gitu, aku mau marah lagi biar aku tenangin ulang?”

Orang-orang bersorak dan kegirangan melihat mereka berdua.

“CIUMAN RONDE 2! CIUMAN RONDE 2!”

Bram mendecak sebal dan mengajak istrinya pulang.

“Kita pulang. Sekarang.”

Rianti menautkan lengannya ke lengan suaminya dan tersenyum puas.

“Siap, Tuan Cemburuan.”

Bramantya kembali melanjukan mobilnya dan kali ini ia tidak membawa Rianti pulang.

Melainkan ke tempat dimana mereka akan bulan madu yang sempat tertunda.

"Bram, arah jalan pulang kesana. Kenapa kita ke arah bandara?" tanya Rianti.

Bramantya terkekeh kecil dan mengatakan kalau ia akan membawanya ke surga dunia

"Kita akan bulan madu ke tempat dimana tidak ada orang yang mengganggu kita." ucap Bramantya sambil mencium punggung tangan istrinya.

Lima belas menit kemudian mereka telah sampai di depan pintu VIP Bandara Internasional.

Sejumlah petugas keamanan langsung bergerak mendekat, membuka pintu dan memberi hormat kepada Bramantya.

"Bram, kita mau bulan madu atau penyambutan presiden?" tanya Rianti.

Bramantya menggandeng tangan istrinya dan meminta untuk tidak banyak bertanya.

Rianti masih menggenggam tangan Bram erat-erat sambil celingukan melihat sekeliling.

“Bram, kita ini beneran mau bulan madu atau kamu mau jual aku ke sultan Arab?” bisiknya pelan.

Bram hanya terkekeh, tidak menjawab dan malah menariknya semakin dalam melewati koridor khusus penumpang VVIP.

Rianti masih celingukan kiri-kanan seperti anak kampung masuk mall pertama kali.

“Bram, ini serius? Kita beneran boleh lewat pintu ini? Nanti dikira maling karpet merah, lho…”

Bram hanya menahan tawa, menggenggam tangan istrinya lebih erat.

“Aku bayar seluruh karpet di sini kalau kamu mau injeknya sambil salto, Sayang.”

“Jangan bercanda di tempat serius begini!”

Namun begitu mereka keluar dari koridor, Rianti langsung membelalakkan matanya.

Di hadapan mereka berdiri sebuah pesawat jet pribadi super mewah berlapis cat hitam metalik dengan inisial emas besar:

“BR” — Bramantya & Rianti.

Rianti otomatis berhenti melangkahkan kakinya dan Bram menoleh sambil tersenyum miring.

“Kenapa? Shock?”

Rianti menoleh pelan, tatapannya kosong seperti baru kena sambaran petir.

“Bram…”

“Hmm?”

“Ini, jet pribadi kamu?”

“Jet kita.” koreksi Bram santai.

Rianti membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari suaminya.

“Kamu, suamiku ternyata anak Presiden + Iron Man + Sugar Daddy ya?”

B“Ayo naik, sebelum kamu pingsan beneran.”

Ia menarik Rianti untuk menaiki tangga jet pribadinya.

Begitu masuk, Rianti kembali melongo saat melihat kemewahan jet pribadi milik suaminya.

Interiornya seperti hotel bintang tujuh terbang dimana sofa putih elegan, bar mini lengkap, lampu ambient keemasan, bahkan ada ruang tidur dengan ranjang king size di bagian belakang.

“Bram, ini jet atau apartemen mewah ikut nge-fly?" tanya Bramantya.

Bram menyandarkan kepalanya ke bahu Rianti sambil berbisik di telinganya.

“Di sini nggak ada yang bisa ganggu kita.”

Seorang pramugari anggun berjalan mendekat, tersenyum ramah.

“Selamat datang, Tuan dan Nyonya Bramantya. Ini welcome drink-nya.”

Ia menyajikan dua gelas sparkling juice berkilauan di atas nampan perak.

Rianti mengambil satu gelas dengan tangan gemetar.

“Minuman gratis aja aku terharu… apalagi jet pribadi,” gumam Rianti.

Tak lama kemudian, suara pilot terdengar dari pengeras suara kabin.

“Selamat pagi Tuan dan Nyonya. Saya Kapten Arga yang akan menerbangkan Anda hari ini. Cuaca sedang cerah dan perjalanan menuju destinasi cinta akan berlangsung mulus. Mohon duduk manis, nikmati penerbangan, dan tolong jangan bikin pesawat goyang terlalu keras, ya.”

Rianti langsung tersedak minumannya saat mendengar perkataan dari pilotnya.

“BRAM!! PILOTNYA IKUT NGEGODAIN!!!”

Bram hanya tertawa puas saat mendengar perkataan dari istrinya.

“Dia tahu siapa bosnya di jet ini.”

Rianti mendecak kesal tapi senyum bahagianya tak bisa disembunyikan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!