NovelToon NovelToon
Bercerai Setelah Lima Tahun Pernikahan

Bercerai Setelah Lima Tahun Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

Nathan memilih untuk menceraikan Elara, istrinya karena menyadari saat malam pertama mereka Elara tidak lagi suci.

Perempuan yang sangat ia cintai itu ternyata tidak menjaga kehormatannya, dan berakhir membuat Nathan menceraikan perempuan cantik itu. Namun bagi Elara ia tidak pernah tidur dengan siapapun, sampai akhirnya sebuah fakta terungkap.

Elara lupa dengan kejadian masa lalu yang membuatnya ditiduri oleh seorang pria, pertemuan itu terjadi ketika Elara sudah resmi bercerai dari Nathan. Pria terkenal kejam namun tampan itu mulai mengejar Elara dan terus menginginkan Elara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

****

Sampai akhirnya Marvin mengeluarkan suara lagi.

Suara Marvin pelan, namun jelas terdengar.

“Siapa yang barusan menghubungimu, Elara?” tanya Marvin.

Elara spontan menegakkan punggungnya, wajahnya sedikit gugup.

“Ah… bukan siapa-siapa, Tuan. Hanya pesan pribadi.” balas Elara tentu gugup.

“Pesan pribadi dari seseorang yang membuatmu kehilangan ekspresi itu?” tanyanya dengan nada datar tapi tajam.

Elara tersenyum kaku, berusaha santai.

“Tidak, Tuan. Saya hanya sedikit kaget.” balas Elara.

“Kalau aku tidak salah lihat, nama yang muncul di layar tadi… Nathan, bukan?” tanya Marvin.

Elara spontan menunduk, jarinya menggenggam erat ponselnya.

“Ya, Tuan.” jawabnya akhirnya.

Marvin mendengus kecil.

“Mantan. Ya, kata yang selalu terdengar seperti bayangan lama yang menolak hilang.” ucap Marvin.

“Kau tahu, Elara, masa lalu tidak pantas meminta tempat di masa depan.” lanjutnya.

Elara terdiam. Ada sesuatu dalam nada suara Marvin.

“Tuan.” Elara membuka suara pelan.

“Saya sudah tidak memikirkan masa lalu itu lagi. Nathan bukan siapa-siapa bagi saya sekarang.” ucap Elara lagi.

Marvin menatapnya lekat.

“Tapi sepertinya dia masih mencoba masuk kembali ke hidupmu.” balas Marvin.

Elara mengangguk pelan.

“Ya, dengan alasan ingin bertemu dengan Grandma saya. Tapi saya tahu maksudnya bukan itu.” ucap Elara yang memang merasa kalau Nathan terlalu banyak berubah setelah mereka bercerai.

“Dia ingin menemuimu,” tebak Marvin cepat.

Elara menatap Marvin, sedikit terkejut dengan ketepatan ucapannya.

“Saya pikir begitu. Tapi saya tidak akan membiarkannya. Saya sudah terlalu jauh melangkah ke depan untuk kembali mundur.” balas Elara.

Marvin tersenyum miring, tapi bukan senyum mengejek, lebih pada rasa kagum yang ia sembunyikan di balik wajah dinginnya.

“Ucapan yang berani, Elara. Tidak semua orang mampu menutup pintu masa lalu sekuat itu.” ucap Marvin.

Elara tersenyum tipis.

“Kalau saya terus menoleh ke belakang, Tuan, saya tidak akan pernah melihat arah ke mana saya harus melangkah.” ucap Elara menanggapi.

Suasana hening sejenak. Marvin menatap Elara dalam diam, seolah membaca isi pikirannya. Tatapannya tak lagi tajam, melainkan tenang dan penuh arti.

“Kalau begitu,” ujar Marvin perlahan, “biarkan aku memastikan tidak ada yang mengganggumu lagi. Kalau pria itu mencoba datang ke tempat kerjamu lagi, aku sendiri yang akan menemuinya.” ucap Marvin.

Elara sontak terbelalak, wajahnya panik.

“T-Tuan! Tolong jangan. Tidak perlu sejauh itu. Ini urusan pribadi saya.” balas Elara.

“Tapi urusan pribadimu sudah mulai memengaruhi konsentrasimu saat bekerja,” jawab Marvin tenang. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk masa lalumu, mengacaukan keseimbangan timku. Termasuk dirimu.” ucap Marvin tegas.

Nada suaranya datar, tapi ada nada khawatir terselubung di sana. Elara menyadarinya.

“Tuan, terima kasih atas perhatian Anda,” balas Elara.

“Tapi saya mampu menanganinya. Nathan sudah bukan bagian dari hidup saya. Saya tidak ingin kembali ke cerita itu lagi.” lanjut Elara pada perkataannya itu.

Marvin melipat tangan di dada, memandanginya lama.

“Kau yakin? Karena kadang, masa lalu punya cara licik untuk mengetuk pintu ketika kau sedang tidak siap.” ucap Marvin lagi.

Elara menggeleng yakin.

“Saya tidak akan membukakan pintu itu lagi.” balas Elara.

Ia menunduk sebentar, menambahkan dengan suara pelan tapi penuh keyakinan,

“Saya hanya ingin fokus bekerja dan membahagiakan Grandma. Itu saja. Masa depan saya ada di sana, bukan di masa lalu yang sudah saya kubur.” ucapnya.

Senyum akhirnya terbit di wajah Marvin, senyum yang begitu langka.

“Kalimat itu, seharusnya diucapkan setiap orang yang pernah gagal dalam cinta.” ucap Marvin.

Elara menatapnya, sedikit tersenyum malu.

“Apakah Tuan Marvin juga pernah gagal?” tiba-tiba Elara malah bertanya.

Marvin berhenti sejenak.

“Mungkin,” katanya pelan, nyaris seperti gumaman. “Atau mungkin aku masih hidup di dalam kegagalan itu.” lanjutnya.

Elara terdiam, tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Ada sesuatu dalam nada suara Marvin yang membuatnya tiba-tiba merasa hangat sekaligus, sedih.

Marbin pun terlihat hanya diam.

****

Sore itu.

Di sisi ruangan, Marvin sedang berdiri di dekat sofa sambil memperhatikan Lucas yang tertidur pulas dengan kepala bersandar di lengan kursi.

Marvin menghela napas pelan, menatap jam tangannya, lalu menoleh pada Elara yang tengah sibuk mengunci laci.

“Sudah sore. Kau belum pulang juga?” tanya Marvin.

Elara tersentak sedikit lalu tersenyum kecil.

“Iya, Tuan. Saya hanya memastikan semua berkas rapat besok sudah tertata.” balas Elara.

Marvin berjalan mendekat, matanya sempat melirik ke arah putranya.

“Lucas tertidur lebih cepat dari biasanya. Kurasa dia benar-benar menguras energinya hari ini.” ucap Marvin.

Elara ikut menatap bocah kecil itu dengan senyum lembut.

“Dia anak yang aktif sekali. Dan menggemaskan.” balas Elara.

“Tentu saja,” jawab Marvin dengan nada yang tidak bisa disembunyikan rasa bangganya. “Kau tak tahu betapa sulitnya membuat bocah itu tertidur tanpa drama.” ucap Marvin terus menatap putranya itu.

Keduanya sempat terdiam sejenak, hanya menatap Lucas yang sesekali mengigau kecil. Lalu, dengan gerakan hati-hati, Marvin menunduk dan mengangkat tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Lucas bergumam pelan, tapi tidak benar-benar terbangun.

“Biar aku antarkan kau pulang.” ucap Marvin sambil menatap Elara dengan ekspresi serius seperti biasa.

Elara langsung menggeleng cepat.

“Tidak perlu, Tuan. Saya bisa pulang sendiri. Rumah saya tidak terlalu jauh.” balas Elara.

“Tidak, Elara.” Marvin memotongnya dengan nada yang tak memberi ruang untuk bantahan.

“Kau sudah bekerja seharian, dan sekarang sudah hampir malam. Aku tidak akan membiarkan bawahanku pulang sendirian dengan transportasi umum.” ucap Marvin.

Elara tertegun.

“Tapi ini sungguh tidak perlu repot, Tuan.” ucap Elara lagi.

Marvin menaikkan sebelah alisnya.

“Aku tidak menganggap ini repot.” balas Marvin.

Nada suaranya tenang, tapi tegas.

“Sekarang, ambil tasmu. Kita pulang.” lanjutnya.

Seketika Elara tidak bisa menolak lagi. Ia menghela napas kecil dan mengambil tasnya, sementara Marvin sudah berjalan menuju lift dengan Lucas di gendongannya.

Pemandangan itu entah kenapa membuat dada Elara hangat, sosok pria tinggi dengan jas hitam, wajah dingin tapi lembut ketika sedang menggendong putranya yang tertidur di pelukannya.

Elara tampak mengikuti langkah kaki itu, ia berada di belakang. Matanya terus tertuju pada punggung milik Marvin.

'Aku merasa sangat dekat dengan punggung itu, aku tidak mengenalnya tapi anehnya aku seperti sudah mengenal Tuan Marvin cukup lama. Tidak. Ini konyol.' ucap Elara membatin.

Langkah Marvin sempat terhenti, tubuhnya berputar dengan posisi yang masih menggendong Lucas.

Pandangan matanya langsung terarah pada Elara.

"Ada apa?" tanya Marvin saat ia sadar kalau Elara sempat menghentikan langkahnya bahkan saat itu.

Elara langsung melangkah lagi dan menyusul Marvin juga Lucas.

"Tuan, apakah kita pernah bertemu?" tanya Elara tiba-tiba dengan posisi yang sudah dekat di depan Marvin.

Marvin terdiam.

Bersambung…

1
Rasmi Linda
kau bodoh dia naksir kau
Jumiah
jangan kawatir lara kmu akan mendapatkan yg lebih baik dri sebelum x..
Siti Hawa
aku mmpir thoor... dari awal aku baca, aku tertarik dengan ceritanya... semangat berkarya thoor👍💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!