NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:796
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peluang

Menjelang pagi, Rey pulang ke asrama. Semalam ia dan Adrian lembur di studio, mengutak-atik musik sampai tak sadar tertidur di kursi putar.

Tubuhnya terasa berat, tapi begitu membuka pintu dorm, kantuknya langsung lenyap.

Di ruang tengah, lampu masih menyala. Dia melihat di sofa pertama, Luna tertidur dengan posisi miring, laptopnya masih terbuka di meja,

Sementara di sofa seberang, Elio juga terlelap, satu tangan menjuntai ke lantai, napasnya teratur.

Rey mengangkat alisnya. Ia menahan tawa kecil. “Hm, menarik,” gumamnya pelan.

Kemudian, terlintas ide usil dikepalanya. Ia mengambil kuas lukis yang sering dipakai Elio dan mencelupkannya ke tinta hitam.

Dengan hati-hati, ia menorehkan coreta di pipi Elio dan juga di dagunya. Wajah Elio kini seperti kucing yang bermain di taman lumpur.

Rey nyaris tak bisa menahan tawanya, ia buru-buru menutup mulut. Setelah itu, ia mengeluarkan ponselnya dan memotret dengan cepat.

“Cukup untuk jadi bahan ancaman, kalau dia macam-macam nanti,” pikirnya puas, sambil menahan tawa.

Setelah itu, pandangannya beralih ke Luna. Laptop masih menyala, beberapa file terbuka di layar.

“Dia mengerjakan tugas di sini?” gumamnya.

Mata Rei melunak. “Gadis ini benar-benar tak takut apapun. Berbahaya sekali.”

Ia menarik napas pelan, lalu merapikan selimut yang sebagian menjuntai hampir jatuh dan menutupi kaki Luna dengan hati-hati.

***

Beberapa saat kemudian, alarm dari ponsel Luna berdering. Luna menggeliat pelan, membuka mata dengan separuh kesadaran yang masih berat.

Saat mencoba duduk, ia baru sadar ada selimut yang membungkus tubuhnya. Selimut itu beraroma lembut, samar-samar, seperti parfum Elio.

Ia menatap ke arah seberang. Dan benar saja, Elio masih tertidur di sofa, punggungnya membelakanginya, napasnya teratur, tenang sekali.

Luna terpaku sesaat.

‘Apa dia semalam menungguku?’ batinnya pelan. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya, tapi cepat-cepat ia alihkan dengan menghela napas panjang.

Ia merapikan laptop dan tumpukan kertas di meja, berusaha mengembalikan fokusnya.

Tak lama, Elio bergerak. Ia bangun perlahan, matanya setengah terbuka, rambut panjangnya terlihat sedikit berantakan.

Pandangannya langsung jatuh pada Luna yang sedang duduk di ujung sofa. Mereka saling menatap dalam diam sesaat.

“Hai, pagi,” sapa Luna akhirnya, dengan suara lembut dan senyum kecil.

Namun begitu ia melihat wajah Elio dengan lebih jelas, Luna menahan tawa sampai akhirnya tak sanggup lagi

Ia menutup mulutnya, tapi tawa itu tetap tak terelakkan “Lucu sekali, Elio! Ada apa dengan wajahmu?”

Elio mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

Tanpa menjawab, Luna menunjuk pipinya sendiri sambil terkikik.

Elio mengambil ponselnya, membuka kamera depan dan terdiam. Wajahnya penuh coretan tinta seperti kucing yang baru jatuh ke kaleng cat.

Ia langsung bangun dan bergegas bercermin. Sekejap kemudian, teriakan menggema dari balik kamar mandi.

“ARRGGGHH!”

Suaranya cukup keras membuat Luna hampir menjatuhkan laptopnya.

“Sial! Siapa yang melakukan ini?!” dengus Elio dari balik pintu. Ia kesal mengapa bisa tampilan dirinya sekonyol itu didepan Luna.

Rei yang mendengar itu hanya tertawa sampai bahunya berguncang. “Nikmatilah hadiah pagi yang indah, Elio." gumamnya geli.

***

Hari itu, di sela kesibukannya, pandangan Luna terpaku pada layar televisi kantor. Sebuah iklan singkat tayangan program survival antar idola pria yang akan segera mengudara di salah satu stasiun TV nasional.

Ia menyipitkan mata, membaca ulang tulisan di layar, “The Next Stage, Battle of Idols.”

Seketika, ide muncul di kepalanya.

“Kalau Neonix bisa ikut, ini akan jadi kesempatan besar,” gumamnya pelan.

Tanpa berpikir panjang, Luna segera meraih ponselnya lalu menekan panggilan kepada sahabatnya Veronica. Kebetulan Veronica adalah anak dari pemilik stasiun Tv yang mengadakan program survival tersebut.

"Halo, " terdengar suara dari balik telepon.

"Hai Vero, apa kabarmu?" tanya Luna.

"Kau ini, kemana saja? kenapa baru meneleponku!" teriak Vero diseberang sana.

Baiklah, baiklah,” jawab Luna sambil tertawa, “aku akan jelaskan. Tapi tolong, jangan marah dulu.”

Ia pun mulai menceritakan semuanya tentang awal mula bagaimana ia bisa bekerja di AXL Entertainment, tentang Neonix, dan bagaimana ia sekarang menjadi manajer grup di perusahaan itu.

Suara Vero terdengar semakin tidak percaya.

“Tunggu, tunggu,” potong Vero cepat. “Kau keponakan pemilik perusahaan itu, dan kau cuma jadi asisten manager? Luna, kau bercanda, kan?”

“Tidak juga,” balas Luna tenang. “Aku butuh sesuatu untuk tugas kuliahku. Aku juga ingin benar-benar paham bagaimana dunia entertainment ini berjalan.”

Di seberang sana terdengar desahan napas pasrah. “Kau memang aneh, tapi aku suka semangatmu.”

Luna tersenyum. “Nah, kebetulan. Aku mau minta bantuanmu."

“Tumben, ada apa Luna?” tanya Vero penasaran. Seumur-umur baru kali ini Luna meminta bantuan padanya.

“Program survival baru di stasiun televisimu ‘Battle of Idols’. Apa masih mungkin Neonix bisa ikut berpartisipasi?”

Ada jeda beberapa detik.

“Hmm, seingatku acara itu untuk lima grup saja, dan sepertinya sudah terisi semua." jawab Vero.

“Oh begitu,” nada Luna turun sedikit, tapi tetap terdengar berharap. “Aku hanya berpikir, ini bisa jadi kesempatan bagus untuk anak-anakku.”

Ada keheningan sesaat. Lalu suara Vero terdengar lagi.

“Baiklah. Aku tidak janji, tapi aku akan coba bicara dengan tim program. Aku cari cara supaya bisa.”

Luna menahan senyum kecil. “Terima kasih, Vero. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.”

“Jangan sungkan, Luna." Ucap Vero lembut. “Kirimkan dulu profil dan portofolio mereka. Aku akan bantu dorong dari dalam.” lanjutnya.

“Baik. Aku akan kirim segera,” jawab Luna cepat, penuh harapan.

Begitu telepon berakhir, Luna menatap layar komputernya dengan semangat baru. Di matanya, terpancar tekad yang sama seperti dulu saat ia memulai semua ini, keinginan untuk membawa Neonix naik satu panggung lebih tinggi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!