Antara cinta dan peluru, yang manakah yang akan dipilih Arabella maupun Marcello? Akankah mereka berpisah dan saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Tubuh Marcello terhempas ke permukaan air asin. Ia terbatuk-batuk, paru-parunya terasa terbakar. Suara ombak air laut menggulung menghantam batu karang. Dinginnya air laut menusuk sampai ke tulang.
Di sampingnya, Jacob muncul dengan nafas terengah-engah. Wajahnya terlihat semakin pucat dengan tubuh yang nyaris tenggelam.
Marcello dengan cepat menarik bahu pria itu dan menyeretnya ke tepi pantai.
Tak berselang lama Oliver keluar dari air dengan wajah tenang. Tapi terselip tatapan waspada di kedua matanya. Ia menancapkan pisau kecil ke pasir dengan tujuan yang tidak dimengerti Marcello maupun Jacob.
Mereka membaringkan tubuh mereka di atas pasir dengan tubuh terlentang. Hanya suara ombak yang terdengar jelas di telinga mereka.
Marcello menggenggam pasir dengan erat, lalu menatap langit dengan mata merah.
"Seharusnya Arabella ada bersama kita. Dia seharusnya selamat."
Jacob menutup kedua matanya, tubuhnya masih terasa gemetar. Ia berusaha keras menahan rasa sakit di kedua pahanya. Darah segar masih menetes bercampur dengan air laut.
"Arabella berkorban untuk kita, Marcello. Jika kita mati, maka pengorbanan Arabella akan sia-sia. Kita harus bangkit, menghancurkan Nyx Division. Kita bertiga memiliki tujuan yang sama."
Marcello terdiam. Ucapan Jacob kembali menyulut api amarah di dalam tubuhnya.
Oliver tiba-tiba duduk dan merogoh kantong celananya. Ia berusaha menyalahkan rokok yang sudah basah yang dia ambil dari kantong celananya dengan wajah kesal.
"Sial!" umpatnya membuang rokok itu, lalu menatap Marcello.
"Dengar baik-baik, Marcello! Arabella mati bukan karena kau, ataupun kami! Tapi karena Nyx Division. Mereka tidak akan berhenti meskipun Arabella telah mati! Mereka akan terus membunuh, dan memburu jiwa jiwa orang yang tidak berdosa."
"Arabella ingin menghancurkan Nyx Division bukan hanya karena dia ingin lepas dari sana! Tapi karena Ia tidak ingin nasib anak-anak yang ditangan Nyx berakhir sama sepertinya."
"Jadi..., jangan sia-siakan pengorbanan Arabella."
Rahang Marcello mengeras, dan menatap tajam ke atas langit.
"Aku akan membunuh mereka semua tanpa terkecuali. Dari kaki tangan sampai pemimpin mereka. Aku tidak peduli betapa lama waktu yang akan aku habiskan menghancurkan mereka. Aku akan membawa Nyx Division ke neraka dengan tanganku sendiri. Mereka harus membayar kematian Arabella dengan nyawa mereka sendiri."
Jacob membuka kedua matanya, Ia menoleh dan menatap wajah Marcello dari samping.
"Maka mulai malam ini. Kita bertiga yang tersisa akan menjadi kutukan bagi Nyx. Kita akan menjadi malaikat kematian dan racun bagi mereka."
Oliver tersenyum miring, lalu mengulurkan tangannya. Marcello menatap Oliver sejenak dan menimpa punggung tangan pria itu dengan telapak tangannya. Jacob melakukan hal yang sama meskipun tangannya masih bergetar.
Dibawah langit yang mendung, mereka bersumpah akan menghancurkan Nyx Division, membalaskan dendam atas kematian Arabella.
#
#
#
Sejam kemudian
Perut mereka mulai keroncong. Mereka memutuskan berdiri dan mencari tempat berteduh. Dari kejauhan mereka melihat sebuah pondok berdiri kokoh.
Mereka melangkah menuju pondok yang sudah tua. Sebuah rumah ikan milik nelayan yang mungkin sudah ditinggalkan sejak lama. Karena keadaan di dalam pondok sudah tidak terawat.
Tempat itu jauh dari dermaga, atau jalur perdagangan. Tak ada sinyal ataupun kamera apapun. Tempat itu cocok menunggu bantuan dan mengatur strategi menghancurkan Nyx.
Mereka menghidupkan lampu minyak sebagai alat penerang di dalam pondok dan membakar ikan hasil tangkapan mereka untuk mengisi perut yang sudah kosong.
Setelah kenyang, mereka membaringkan tubuh mereka di atas kasur yang sudah lusuh. Bau asap dan garam masih menempel di kulit dan pakaian mereka.
#
#
Hari sudah kembali gelap. Marcello bangun terlebih dahulu. Ia duduk di dekat jendela sembari menatap langit yang sudah gelap.
Jacob ikut terbangun saat merasa ngilu di pahanya. Tangannya gemetaran saat menyingkap perban yang membalut lukanya. Dahinya berkerut berkali-kali menahan rasa sakit di pahanya.
Sementara di pojok pondok, Oliver sibuk dengan peta, beberapa foto buram, dan sebuah flashdisk terlihat sudah dibakar di pinggirnya.
"Hal pertama yang harus kita lakukan adalah, mengulur waktu. Kita harus beristirahat dan memulihkan fisik kita."
"Yang kedua, kita harus menyusun strategi mendapatkan informasi tambahan mengenai jaringan Nyx Division."
"Waktu, kita tidak punya waktu untuk itu. Jika kita mengulur waktu, maka anggota Nyx Division yang mengincar kita akan semakin banyak."kata Marcello meletakkan perban pada meja yang sudah berdebu.
Jacob menghela napas mendengar perdebatan keduanya.
"Waktu yang dimaksud Oliver bukan soalnya cepat atau lambat. Kita juga butuh ruang untuk berpikir dan menyusun strategi. Jika kita terburu-buru dan bertindak gegabah, maka kita bisa mati sia-sia."
Marcello memejamkan kedua matanya dan menghela napas panjang. Kedua matanya kembali terbuka dan berkata.
"Baiklah. Kita mulai dari hal yang paling dasar. Siapa Nyx sebenarnya? Siapa suplai mereka dan siapa anggota Nyx yang bisa diajak bekerja sama menusuk pemimpin mereka dari belakang."
Oliver meletakkan flashdisk di atas meja dan menatap Marcello dengan wajah datar.
"Di flashdisk ini terdapat beberapa data mengenai orang- orang yang pernah terlibat dengan Nyx Division. Mulai dari bekas kurir, teknisi server, satu rekening bank kecil di Eropa timur. Tidak banyak, tapi cukup sebagai informasi awal."
"Kita hancurkan jalur suplai mereka dan ekspos beberapa bukti kejahatan mereka. Buat mereka tidak punya uang, tak punya senjata dan dukungan dari luar."
Jacob menatap Marcello. "Sepertinya kita butuh seseorang yang tahu bagaimana cara memanipulasi opini publik. Marcello, kau punya nama. Bahkan namamu cukup terkenal di dunia bisnis. Kau bisa memanfaatkan jaringan bisnis mu dari balik layar tanpa sepengatahuan Nyx Division."
Marcello menarik nafas panjang. "Meskipun namaku sudah tercemar karena Nyx Division. Tapi aku masih memiliki beberapa koneksi yang setia padaku. Aku bisa menggunakan mereka, tanpa menunjukkan wajahku secara langsung."
"Tapi kau tidak bisa menggunakan anak buah mu. Karena tanpa kau sadari, ada pengkhianat disana." kata Oliver memperingatkan Marcello.
Oliver mencondongkan badannya menghidupkan rokok di bibirnya.
"Aku bekerja dibalik layar, sementara Jacob yang akan bergerak memantau kondisi di lapangan. Kau hanya perlu mengumpulkan uang dan jaringan."
"Kita akan menghancurkan markas logistik suplai senjata Nyx. Bocorkan transaksi bank ke publik dan tarik satu orang anggota Nyx yang bisa diajak bekerja sama."
"Baiklah. Kita bisa menyerang gudang senjata Nyx di sekitar pelabuhan. Aku tahu dimana tempatnya. Karena tempat itu merupakan bekas gudang agen yang membuat senjata untuk Nyx."
"Mereka biasanya menggunakan gudang kargo samaran untuk pengiriman."
Oliver mengangguk pelan.
"Aku sudah memberi tanda di peta. Kita butuh senjata seperti bahan peledak kecil untuk sabotase, virus untuk logistik digital, dan satu tim kecil untuk menyusup di malam hari. Aku punya tiga orang tim yang bisa dipercaya."
"Kita harus hati-hati mempercayai orang luar. Aku tidak ingin usaha kita sia-sia karena orang lain. Aku tidak mau setelah ini ada korban kedua, ketiga dan keempat."kata Marcello dengan suara pelan.
"Jangan khawatir, mereka bisa dipercaya." balas Oliver dengan wajah serius.
Jacob memandang keluar jendela, memperhatikan laut yang sudah sangat gelap.
"Dan soal publikasi kejahatan Nyx Division, kita tidak bisa mempublikasikan hal itu lebih awal. Aku takut William akan membunuh semua saksi yang kita siapkan. Kita harus memiliki bukti yang sangat kuat dan tak terbantahkan. Baik itu dokumen, transfer uang dan nama-nama orang penting yang terlibat. Kita juga butuh saksi yang tidak bisa dibungkam." kata Jacob.
"Sepertinya kita membutuhkan anggota yang salah dipercaya melakukannya."tambahnya.
"Kita bisa merekrut mantan anggota Nyx, atau mantan korban."
"Kau benar. Mantan korban bisa menjadi sumber daya. Mantan agen punya teknik dan informasi yang kita butuhkan. Tapi yang paling penting dari semuanya adalah orang yang tidak takut mati."
"Kita harus melatih mereka, mendoktrin mereka agar balas dendam kepada Nyx Division dan membuat mereka menjadi kelompok kuat yang terorganisir."
"Ya, mau benar, Oliver. Kita bisa membentuk mereka menjadi tim kecil yang terdiri dari 5 orang. Satu komando untuk lima orang. Dan hanya komandan yang memiliki akses penuh terhadap rahasia dan strategi kita. Kalau salah satu tim tertangkap, maka rahasia kita tidak akan bocor."
"Mari kita mulai malam ini juga." kata Marcello dengan penuh keyakinan.
Jacob dan Oliver mengangguk setuju menatap Marcello.
Ditunggu judul barunya dan lanjutannya ya🙏👍