Apa jadinya jika seorang Ustadzah harus menikah dengan seorang mafia yang terkenal kejam dan juga selalu bermain perempuan.
Apakah keduanya akan menerima pernikahan tersebut atau malah menolaknya ?
Antara Cinta dan ego
Antara dunia dan akhirat
Antara Hati dan Akal
dan
Antara Fara dan Althezza
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ustadzah 21
Fara membawa tas dan juga kunci mobilnya,ia akan berangkat untuk menghadiri undangan di tengah kota.
Fara berjalan mencari suaminya,ia tau suaminya tidak pergi bekerja.Mata nya mencari ke penjuru sudut ruangan namun nihil suaminya tak ada.
Fara memutuskan untuk pergi ke kamar sang suami.Fara memberanikan diri untuk mengetuk pintu,namun sampai tiga kali ketukan tidak ada sahutan sama sekali.
Akhirnya Fara memberanikan diri untuk masuk.Fara melihat Altheza berbaring di atas kasur dengan selimut menggulung tubuhnya.
"Mas.."
Namun Althez nampak tak terusik sedikitpun.
"Mas,Fara mau pamit dulu"
Altheza masih menutup matanya,namun sayup-sayup ia mendengar seseorang memanggilnya.Kepalanya terasa berputar,matanya terasa berat.
"Fara mau izin pamit untuk pergi kajian"
"Hm.."
Fara melihat suaminya mengerutkan keningnya dengan mata menutup semakin bingung.Namun ia langsung meraih tangan sang suami saat Althez menyodorkan tangannya.Athez sudah mulai faham dan terbiasa dengan kebiasaan Fara dan ia cukup aneh saat Fara pernah lupa tidak mencium tangannya waktu itu.
"Ya Allah mas "
Tangan Fara bisa merasakan suhu tubuh Altheza begitu panas.Buru-buru Fara membuka selimut yang di pakai Althez, fara mengecek kening dan leher Althez.
"Mas demam,Ya Allah panas banget.Mas sejak kapan demam kaya gini?" Tanya Fara panik
Altheza menggelengkan kepalanya "Pusing" Lirih Altheza semakin membuat Fara panik karena untuk pertama kalinya ia melihat Althez begitu lemah.
"Fara ambilkan obat dan kompres dulu ya mas".
Fara bergegas turun ke bawah untuk mengambil kompresan.Tangannya sedikit gemetar,ia takut.Untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan menikah ia melihat wajah pucat serta tubuh lemah sang suami.
Fara mengompres kening Altheza,wajah khawatir Fara begitu ketara.Altheza menatap keduan mata Fara.Ia bisa melihat dengan jelas kedua mata Fara bengkak,ia yakin jika Fara menangis semalaman dan itu karena perkara bekas lipstik wanita j*lang itu di lehernya.
Ada rasa bahagia namun juga tak tega,Altheza terus menepis namun semakin keras ia menepisnya namun semakin kuat juga debaran di dadanya terasa.
Rasa pusing kembali terasa,Altheza meringis "Pusing" Lirihnya dengan mata tertutup rapat.
"Astaghfirullah,mas..mana yang sakit mas bilang sama Fara.
Fara langsung memijit kepala Altheza namun tak lama badan Altheza terlihat menggigil "Mas..mas..." Fara semakin panik.
"Mas..Fara hubungi dokter ya"
"Tidak usah!" ucapnya lirih.
"Tapi Fara khawatir mas kenapa-kenapa.Pokoknya Fara harus hubungi dokter" Fara beranjak,ia akan menghubungi dokter khusus keluarganya
Althez membuka matanya,matanya terus memperhatikan punggung Fara yang semakin menjauh.
"Begitu khawatirnya kamu sama aku"
Ada rasa hangat yang berdesir di dadanya,dan tanpa sadar Altheza tersenyum tipis.
Tiga puluh menit kemudian datang seorang dokter,Altheza di periksa oleh dokter dan setelah itu di beri resep obat.
Altheza masih merasakan pusing di kepalanya,ia kembali merebahkan tubuhnya dibantu Fara.Obat yang ia minum masih belum bereaksi.
Tanpa sengaja Altheza melihat kedua mata Fara basah.Ia yakin Fara baru saja menangis.
"Maafkan Fara mas" Ucapnya sambil menuduk.
"Maaf untuk apa?" Suara Altheza masih lemah.
"Fara bukan istri baik karena membiarkan mas sakit" Terlihat jelas sorot mata yang menyiratkan kekhawatiran dan rasa bersalah.
Altheza tertegun,apakah wanita di depannya ini seorang malaikat atau memang sedang berkamuflase saja.Di saat dirinya merasakan kekecewaan namun ia masih peduli bahkan merasa bersalah atas sakitnya.
"Maafkan Fara mas" Suaranya terdengar bergetar,Altheza tau wanita di depannya ini sedang berusaha menahan tangisnya.
"Sudahlah,aku tidak apa-apa.Mungkin karena efek mabuk semalam.Maafkan aku karena sudah merepotkan dan juga membuatmu khawatir"
Deg
Fara kembali teringat kejadian semalam yang membuat hatinya sakit.Fara meremas gamisnya.Sebisa mungkin Fara menahan airmatanya agar tidak jatuh.Sudah cukup dirinya menangis semalaman,bahkan kepalanya sampai sakit.Beruntung setelah shalat subuh tadi Fara langsung meminun obat sehingga kepala sudah tidak terasa pusing lagi.
"Bukankah kamu akan pergi?"
"Ah iya,tapi bagaimana dengan mas.Fara tidak mungkin pergi sementara mas sedang sakit,Fara tidak setega itu mas"
"Aku sudah tidak apa-apa,lagian aku sudah minum obat tinggal di istirahatkan saja nanti juga pasti sembuh.Kamu sudah berjanji pada mereka,tidak baik kalau sampai kamu mengingkarinya"
Jelas Althez panjang lebar membuat Fara tertegun karena untuk pertama kalinya Altheza berbicara panjang pada dirinya.
Hati Fara menghangat,ada sedikit cercah kebahagiaan di pernikahannya.
"Tidak apa mas,nanti Fara akan hubungi pihak panitia dan menjelaskan semuanya.Pasti mereka akan mengerti"
"Tapi pasti mereka sudah memberikanmu dp kan? Terus kalau nanti mereka meminta ganti rugi bagaimana?"
Sebenarnya bukan masalah uang yang Althez fikirkan,tapi soal nama baik sang istri.Ia tidak ingin sang istri di anggap tidak profesional.
Altheza tertegun,kenapa ia jadi mengkhawatirkan sang istri.Tidak mungkin kan Altheza peduli dengan istrinya.Tidak..itu tidak mungkin.Tapi sialnya hatinya tidak bisa membohonginya jika dirinya benar-benar khawatir.
"Pergilah!aku sudah tidak apa-apa."
"Tapi mas_"
"Menurut lah!bukankah seorang istri harus menurut apa perkataan suaminya?"
Fara menunduk,ia dilema.Fara berada diantara pilihan yang sulit,satu sisi ia tidak tega meninggalkan suaminya yang sedang sakit dan di satu sisi dirinya mempunyai kewajiban yang harus ia penuhi.
"Apa mas ridho Fara pergi?"
Bukan apa-apa,Fara hanya ingin langkahnya di ridhoi sang suami agar nanti kegiatannya di lancarkan.
Altheza hanya mengangguk "Sudah,cepat pergilah sebelum aku berubah fikiran".
"Baiklah mas,Fara mohon nanti kalau ada apa-apa segera hubungi Fara"
"Iya" Jawabnya singkat kemudian menerima uluran tangan Fara untuk mencium tangannya dirinya.
Altheza menatap punggung Fara yang semakin menjauh.Ia kemudian memegang dadanya yang sejak tadi berdebar tak karuan.
"Apakah ini nyata?Aku sadar rasa itu sudah hadir di hati ini,tapi entah kenapa rasanya masih begitu berat menerima mu di hidup ku.Aku masih belum percaya 100% dengan mu,aku hanya takut.Aku takut merasakan luka yang nantinya akan menghancurkan hidupku"
Altheza menghela nafasnya.Ai kembali menutup matanya guna mengistirahatkan tubuhnya lagi.
...🌸🌸🌸...