NovelToon NovelToon
Harem Sang Putri

Harem Sang Putri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Cinta Istana/Kuno / Satu wanita banyak pria
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: miaomiao26

Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.

Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.

Mati lagi?

Tidak, terima kasih!

Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!

Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Pembubaran Harem

Beberapa jam lalu ....

Suasana di istana megah Putri Fangsu sudah memanas sejak pagi.

Alasannya?

Tentu saja berita kemesraan Sang Putri dan Tunangannya di kereta yang melaju.

Sejak pagi, berita itu sudah bergulir dari dapur hingga ke telinga para selir. Mereka berbisik-bisik, gelisah, saling mencari tahu kebenaran.

Tak terkecuali Chunhua yang saat ini duduk dikursi aula utama.

Sejak pagi, senyum lembut tak pernah lepas dari bibirnya. Cahaya matahari yang masuk lewat jendela jatuh di wajahnya, menambah hangat pada kilau yang sudah ada di sana.

Hari ini dia mengenakan jubah ungu muda, rambutnya disanggul rapi dengan hiasan giok dan mutiara. Pipinya merona, matanya berbinar penuh semangat—benar-benar seperti gadis yang tengah dimabuk cinta.

Dan di tangannya, sebuah cangkir teh beruap.

Su Yin berdiri di samping kursi, sesekali melirik senyum tipis Sang Putri lalu pada deretan pria yang berlutut di hadapan mereka.

Pagi ini, setelah mendengar gosip tentang dirinya dan Tuan Muda Kedua An, Sang Putri tiba-tiba memutuskan membubarkan haremnya.

Su Yin tentu terkejut.

Meski hanya Feng Jun yang pernah benar-benar melayani, tak satu pun pria di halaman belakang ini sederhana. Ada yang berpura-pura lemah, ada yang jelas mata-mata, dan sisanya hadiah politik. Menyingkirkan mereka berarti memicu kecurigaan.

Namun sebagai pelayan, Su Yin tak berhak bertanya. Ia hanya bisa menjalankan perintah Sang Putri.

Chunhua mengabsen satu per satu pria Murong Chunhua.

Di barisan depan ada Feng Jun menunduk tenang. Di sebelahnya Jing Zimo tersenyum seolah dunia ada di genggamannya. Lalu Lan Liang, yang baru kali ini dia temui. Sisanya adalah pria-pria tanpa nama.

Chunhua mengangkat cangkir teh, menyesapnya pelan, lalu meletakkannya kembali dengan bunyi ringan 'ting' yang memecah kesunyian.

"Putri ini memanggil kalian hanya untuk satu hal. Suaranya datar dan tenang. "Harem…. dibebaskan."

Hening sejenak. Lalu, seperti riak yang membesar, kejut melanda ruangan. Beberapa pria saling berpandangan, ada yang terperanjat, ada yang wajahnya langsung pucat.

"Yang Mulia… mengapa?" Seorang pria berani bersuara, suaranya gemetar.

"Apakah gosip di luar itu benar?" Yang lain menimpali dengan terbata. “Anda dan Tuan Muda An…?”

Chunhua tersenyum tipis. Pipi putihnya merona, matanya berkilat lembut. "Tuan Muda An adalah putra bangsawan terhormat. Sebentar lagi dia akan menjadi suami sahku. Apa yang kalian dengar… tidak penting."

Bisik-bisik pecah, seperti gelombang yang makin meninggi.

"Apakah Tuan Muda An yang memintanya?"

"Benarkah demi dia semua ini dilakukan?"

Chunhua hanya tersenyum lagi. Diamnya seperti jawaban yang lebih menusuk daripada kata-kata.

Sekejap kemudian, ruangan bergemuruh oleh protes. "Jangan tinggalkan kami, Yang Mulia!"

"Aku bersumpah akan setia!"

"Yang Mulia tidak boleh melakukan ini!"

"Tidak adil! Kami tidak setuju!"

Suara-suara itu makin meninggi, membuat udara terasa panas dan menyesakkan.

Chunhua membanting cangkir ke meja. Suaranya pecah keras, teh memercik ke atas permukaan kayu. Semua suara langsung terhenti.

"Putri ini tidak meminta persetujuan kalian," katanya dingin. "Sebagai gantinya, masing-masing mendapat kompensasi cukup untuk hidup nyaman sampai mati."

Su Yin segera maju, membawa kotak kayu besar berisi emas batangan dan tumpukan uang kertas.

Suara koin beradu ketika kotak dibuka membuat banyak pria tak kuasa menahan gejolak hati.

Kotak-kotak itu dibagikan satu per satu. Beberapa pria memeluknya erat, membayangkan pergi jauh, memulai hidup baru tanpa malu.

Akan tetapi, ada sebagian masih menatap gusar, terutama pada tiga pria di depan yang tetap berlutut tanpa goyah.

"Yang Mulia." Salah satu pria akhirnya bersuara, nadanya getir. "Kenapa Feng Jun, Jing Zimo, dan Lan Liang masih di sini?"

Chunhua meliriknya sekilas. “Itu bukan urusanmu.”

“Apakah mereka akan tetap tinggal?” desaknya, berani menatap lurus.

Chunhua memutar perlahan rumbai giok di jarinya, matanya menyipit tajam. Senyumnya tipis, tapi penuh ancaman. “Kalau Putri ini bilang ‘ya’… lalu apa yang akan kau lakukan?”

Pria itu menggertakkan giginya. “Kalau begitu aku juga ingin tinggal!”

Chunhua mendengus. “Tinggal atau pergi… hanya Putri ini yang berhak memutuskan.”

Sekali ia memberi isyarat, dua pengawal bersenjata masuk, wajah mereka dingin. Tanpa banyak bicara, mereka menyeret pria itu pergi, teriakannya menggaung lalu lenyap di luar aula.

Kesunyian kembali turun, tetapi udara masih tebal dengan ketegangan.

Chunhu bersandar lemas, seolah tubuhnya tanpa tulang. Dia menghela napas, lega.

"Akhirnya tidak perlu mendengar perdebatan para pria ini!" batinnya, senang.

Chunhua melirik tiga pria yang masih berlutut dan mendengus. "Pintunya sudah ditutup, untuk apa kalian masih di lantai?"

Jing Zimo terkekeh, berdiri santai, lalu mendesak Chunhua agar memberinya ruang. Kemudian dengan seenaknya ia menuang teh.

Melihat itu, raut Feng Jun mengerut tidak setuju.

"Kenapa begitu lesu? Apakah Yang Mulia menyesal melepaskan begitu banyak pria tampan?" godanya sambil mengedip genit.

Chunhua melirik pria tak tahu aturan di sampingnya, kemudian tersenyum nakal. Dia menahan tangan Jing Zimo didepan bibirnya, kemudian mendekat dan menyesap dari cangkir itu.

"Ada Mo'er disini, kenapa Putri ini harus menyesal?"

Jing Zimo membeku. Pandangannya terkunci pada bibir merah Chunhua yang baru saja menyentuh cangkirnya. Wajahnya terasa panas, seakan seluruh darah mengalir naik ke kepala.

Dia lupa, Putri Agung ini tidak sama dengan dulu yang hanya menanggapi godaannya dengan dingin.

Chunhua menjauhkan dirinya, kemudian kembali bersandar. "Apakah jawaban ini memuaskan Mo'er?"

Jing Zimo tersenyum miring, lalu mencondongkan tubuhnya lebih dekat, sampai ujung hidungnya hampir bersentuhan dengan Chunhua. Matanya menatap penuh kilat nakal.

"Kalau begitu, izinkan aku memastikan sendiri… apakah Yang Mulia benar-benar tidak menyesal."

Chunhua hanya menaikkan alis, tidak menghindar, sengaja membiarkan provokasinya.

Raut Feng Jun makin dingin, ketidaksukaannya terlihat jelas.

"Jing Zimo! Sudah cukup!" tegurnya, suaranya tajam. "Bagaimana kamu bisa begitu tidak sopan?"

Jing Zimo sedikit tersentak, kemudian melirik Feng Jun dengan senyum meremehkan.

"Apakah Ah Jun cemburu?"

"Jing Zimo, turun dari sana!" tegur Feng Jun lagi, kali ini dengan nada lebih tajam.

Zimo malah terkekeh. "Ah, bukankah selama ini Ah Jun yang menemani Yang Mulia? Kenapa bulan baru ini tidak biarkan aku menemani Yang Mulia?"

"Baiklah, sudah cukup." Suara Chunhua terdengar lelah, seperti baru saja menghadapi pertengkaran dua anak nakal.

"Zimo, kalau hanya ingin menggoda, jangan terlalu berlebihan. Ah Jun, kau juga tidak perlu membuang amarah untuk hal yang tidak berarti.”

Jing Zimo terkekeh dan berpindah tempat duduk. "Apakah tidak masalah Yang Mulia melakukan ini?" tanyanya, tiba-tiba berubah topik.

Chunhua mengangkat alis, jemarinya mengetuk ringan tepi meja. Senyumnya samar, matanya berkilat nakal seperti menyembunyikan sesuatu.

"Melakukan apa?"

"…menggunakan An Changyi."

Feng Jun yang sejak tadi diam ikut angkat bicara, suaranya tenang tapi serius. "Bukankah itu akan memancing kemarahan terhadap Tuan Muda Kedua An?"

Alih-alih gusar, Chunhua justru terkekeh kecil. Ia menutup mulutnya dengan ujung jari, menahan senyum yang kian melebar. “Tidak masalah, aku justru ingin melihat reaksi protagonis kita.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!