Mengangkat derajat seseorang, dan menjadikanya suami, tidak menjamin Bunga akan di hargai.
Rangga, suami dari Bunga, merupakan anak dari sopir, yang bekerja di rumah orang tua angkatnya.
Dan kini, setelah hubungan rumah tangga mereka memasuki tujuh tahun, Rangga memutuskan untuk menceraikan Bunga, dengan alasan rindu akan tangisan seorang anak.
Tak hanya itu, tepat satu bulan, perceraian itu terjadi. Bunga mulai di teror dengan fitnat-fitnah kejam di balik alasan kenapa dia di ceraikan ...
Bagi kalian yang penasaran, yuk, ikuti kisah Bunga dan Rangga ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Yang Sia-sia
"Itu juga yang harus aku tanyakan padamu, siapa ayah Celine sebenarnya?" berang Rangga.
"I-ini, ini pasti salah ... Hasil ini pasti salah," lirih Risa tak percaya.
"Aku mandul Risa. Sampai kapan pun, aku gak akan punya keturunan. Aku mandul," teriak Rangga.
"Kalo kamu mandul, Celine anak siapa?" teriak Risa kebingungan, bahkan frustasi.
"A-aku, aku hanya melakukannya denganmu, hanya denganmu," lirihnya.
Namun, sebuah bayangan di mana dia bangun di sebuah kamar, terlintas.
Bahkan yang parahnya lagi, itu hanya kisah satu malam. Tanpa di ketahui siapa yang menjamah tubuhnya.
"Itu, hanya kisah satu malam kan? Gak, mungkin aku hamil," monolognya.
Risa terdiam beberapa saat, namun lidahnya kelu untuk mengakui kesalahan itu. Bahkan suaranya tercekat hanya sampai di tenggorokan.
"A-aku,"
"Aku hanya mau tahu, siapa ayah biologis Celine. Hanya itu," lirih Rangga. Bahkan dia tak lagi punya tenaga hanya sekedar untuk berteriak.
"A-aku gak tahu, aku gak tahu," ungkap Risa menggelengkan kepalanya. "Malam itu, aku mabuk. Dan, aku gak tahu, siapa lelaki yang tidur bersamaku," lanjutnya.
Karena percuma dia menyembunyikan segalanya. Toh Rangga sudah membuktikan jika Celine bukan anaknya. Bahkan, yang lebih parahnya lagi, suaminya itu mandul.
"Pagi itu, aku sadar, jika aku berada di salah satu kamar. Dan beberapa minggu kemudian, tamu bulanan ku gak datang, terus aku pikir aku mengandung anakmu. Toh, aku hanya melakukannya dengannya sekali. Sedangkan kita, kita melakukannya berkali-kali," terang Risa lagi.
"Tapi yang jadi masalahnya aku mandul Risa. Aku mandul," geram Rangga mengulang kata mandul.
"Maafkan aku bang, a-aku gak tahu jika itu bukan anakku, maafkan aku," isak Risa.
Rangga hanya bisa memalingkan wajahnya. Mengetahui jika istrinya hamil anak orang lain, sungguh membuat hatinya terluka.
"A-aku, gak mau kita bersama lagi, sebaiknya kita,"
"Jangan pernah kamu ucapkan kata-kata itu bang, jika kamu berani menceraikan aku, maka bukan kamu saja yang akan buat sengsara, tapi keluarga mu juga," ancam Risa menunjuk Rangga.
"Apa maksudmu?" Rangga tercengang, apa lagi wajah yang semula menangis, terlihat begitu dingin.
"Aku mencintaimu, dan kamu hanya boleh jadi milik ku, hanya milikku ..." Risa memegangi kerah kemeja Rangga.
"Risa, apa-apaan sih kamu," Rangga tersentak. Bahkan menelan ludah saja, dia kepayahan.
Risa langsung berteriak memanggil beberapa pengawal, yang memang selalu jaga-jaga diluar sana.
Dan hanya butuh beberapa detik, tiga pengawal masuk.
"Bawa pak Rangga ke kamar. Dan pastikan dia gak bisa keluar," perintah Risa dengan tatapan menusuk.
"Apa maksudmu, Risa ... Marissa," panggil Rangga.
Namun, Risa hanya menatapnya yang diseret oleh tiga pengawal dengan tatapan dingin.
...****************...
Tak terasa waktu terus berjalan.
Kehamilan Bunga sudah memasuki bulan ke lima.
Sudah banyak hal yang di lewatinya. Termasuk, ngidam yang gak pernah habisnya.
Beruntung, Arlan merupakan suami siaga. Alhasil, Bunga tak pernah merasakan jenuh ataupun moodnya berubah-ubah ketika hamil.
Pernah suatu hari, Bunga ngidam makan ikan bakar. Dan dia mau Arlan sendiri yang menangkap ikannya.
Arlan sengaja datang ke tambak, untuk menangkap ikan seperti keinginan Bunga. Dan seolah-olah ikan juga mempermainkannya.
Dia sampai menghabiskan waktu sekitar tiga hari, baru lah, umpannya di makan.
Memang sih, Arlan bisa membeli ikan pada orang-orang, namun dia gak mau mengkhianati Bunga, karena ikan tersebut bukan hasil tangkapannya.
Beruntung, Bunga bukan istri yang suka merengek, kala kemauannya tak terpenuhi, di hari itu juga.
Bukan hanya ikan, Bunga juga pernah meminta Arlan untuk mencarikan bunga mawar tengah malam. Beruntung, kakaknya punya hobi menanam Bunga. Alhasil, Arlan tidak kelimpungan, untuk memenuhi ngidam istrinya.
"Sayang, tolong pinggangku sakit," rengek Bunga, pada Arlan yang sedang memeriksa laporan yang dikirimkan oleh bawahannya.
Arlan melepaskan kaca matanya. Dia meletakkan laptop di meja. Kemudian, mendekati Bunga yang sedang makan buah naga di sofa.
"Sini, aku pijit," pinta Arlan mengangkat pelan baju istrinya.
"Selama hamil, kok aku gendutan ya," adu Bunga mengerucut.
"Namanya juga ibu hamil, tapi satu hal yang pasti kamu tetap cantik," bisik Arlan memuji.
"Cantik? Dimananya? Dekil iya,"
Arlan yang semula memijat pinggang Bunga, kini merubah posisi, dengan duduk berhadapan dengan Bunga.
Dia menggenggam tangan Bunga. "Bagi aku, kamu tetap cantik. Mungkin kulitmu berubah, tapi kamu sedang mengandung bagian dari kita. Itu yang paling indah."
Bunga tersenyum kecil, meski dalam hatinya masih tersisa rasa tidak percaya diri.
"Kamu benar, kenapa aku harus merasa sedih. Sedang kehamilan ini, sesuatu yang aku inginkan sejak dulu," ujar Bunga, menyandar di bahu Arlan.
"Udah malam, balik kamar yuk," ajak Arlan. Karena kini mereka berada di ruang kerja.
...****************...
Jika kalian penasaran tentang Rangga, tentu saja lelaki itu tak bisa lepas dari pantauan Risa.
Bahkan, jika Rangga pulang ke rumah orang tuanya pun, dia gak bisa apa-apa.
Karena ancaman Risa sangat nyata. Dia bahkan, pernah menyuruh orang untuk menabrak, Qori, keponakan dari Rangga.
Dan itu semua terjadi, karena Rangga pernah hendak mengucapkan kata talak lagi.
"Ancaman ku gak main-main bang, satu kali kamu membantah perkataan ku, maka satu orang dari keluarga mu, yang akan mengalami akibatnya,"
Namun sayang, perkataan Risa tidak di rekamnya. Dan walaupun di rekam, pasti Risa bisa menghapusnya.
Mengingat, perempuan itu, selalu saja memeriksa ponselnya.
Dan tentu saja, tentang masalah kesuburannya hanya bis di pendam di hatinya.
Sebab, Rangga tahu. Jika ibunya mengetahui hal ini, pasti wanita yang telah melahirkannya menyuruh agar mereka bercerai.
Dan Rangga, gak mau keluarganya menanggung segala konsekuensi dari perbuatannya di masa lalu.
Iya di masa lalu. Karena semua itu terjadi karena kecerobohannya.
Kecerobohan dalam mengambil tindakan, dalam menceraikan Bunga, yang jelas-jelas setia dan selalu menjaga harga dirinya sebagai suami.
"Bunga, aku merindukanmu," itulah yang selalu terbesit dalam hati juga pikiran Rangga. Selalu.
Hari ini, jadwal Celine imunisasi. Dan karena Risa sedang reunian dengan teman-teman kuliahnya. Dia mendesak Rangga untuk ke rumah sakit, menemani baby sisternya.
Tentu saja, bukan hanya Rangga dan baby sister. Selain sopir, seorang pengawal juga ikut atas perintah dan permintaan Risa.
Ketika vaksin disuntikkan, Celine menangis kecil, membuat dada Rangga terasa sesak. Ia segera menenangkannya, mengusap kepala mungil itu sambil berbisik lembut.
"Hebat sekali, Celine. Papa bangga." ujar Rangga.
Ya, Rangga memutuskan untuk menyayangi Celine seperti anaknya. Apalagi, selama ini, dia dan Celine memang sangat akrab.
Dan Rangga, juga sadar jika sampai kapanpun, dia tidak akan pernah bisa punya anak. Walaupun, mengganti seratus wanita untuk menjadi istrinya.
Lagipula, tidak etis dan adil bagi Celine menerima kebencian dari Rangga. Toh, Celine tidak tahu, prahara tentang rumah tangga kedua orang tuanya.