NovelToon NovelToon
DRAGUNOV SAGA : Love That Defies The Death

DRAGUNOV SAGA : Love That Defies The Death

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Enemy to Lovers / Roman-Angst Mafia
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aruna Kim

Apollo Axelion Dragunov, seorang mafia berhati batu dan kejam, tak pernah percaya pada cinta apalagi pernikahan. Namun hidupnya jungkir balik ketika neneknya memperkenalkan Lyora Alexandra Dimitriv, gadis polos yang tampak ceroboh, bodoh, dan sama sekali bukan tipe wanita mafia.
Pernikahan mereka berjalan dingin. Apollo menganggap Lyora hanya beban, istri idiot yang tak bisa apa-apa. Tapi di balik senyum lugu dan tingkah konyolnya, Lyora menyimpan rahasia kelam. Identitas yang tak seorang pun tahu.
Ketika musuh menyerang keluarga Dragunov, Apollo menyaksikan sendiri bagaimana istrinya berdiri di garis depan, memegang senjata dengan tatapan tajam seorang pemimpin.
Istri yang dulu ia hina… kini menjadi ratu mafia yang ditakuti sekaligus dicintai.
❝ Apakah Apollo mampu menerima kenyataan bahwa istrinya bukan sekadar boneka polos, melainkan pewaris singgasana gelap? Atau justru cinta mereka akan hancur oleh rahasia yang terungkap? ❞

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aruna Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Aula utama masih dipenuhi musik dan sorak -sorai. Para tamu bersulang champagne, membicarakan betapa serasinya pasangan pertunangan Dragunov itu.Tidak ada yang menyadari bahwa sang tuan rumah telah menghilang. Apollo melangkah ke lorong samping yang hanya diterangi lampu temaram. Suara keramaian di belakangnya meredup, digantikan keheningan yang menyempit.

Ia berhenti di depan pintu kayu gelap, mengetuk dua kali perlahan. Tak menunggu jawaban, ia masuk. Ruangan itu luas, remang, dan kosong kecuali satu sosok berdiri di tengah.Berbadan tinggi, tegap, mengenakan jas hitam pekat. Wajahnya tertutup topeng naga logam warna obsidian dengan ukiran oriental kuno warna emas. Hanya siluetnya yang terlihat jelas. Selebihnya terserap bayangan.Apollo menutup pintu tanpa suara.

“Aku tidak menyangka kau akan datang langsung,” suara pria bertopeng itu dalam, tebal, seakan bergema.

“Aku tidak suka menunda urusan bisnis,” jawab Apollo datar.Pria itu tertawa pelan.

“Padahal kau baru saja memasang cincin pertunangan. Malam yang meriah untuk muncul di ruang gelap sepert—”

“Langsung saja.” Apollo memotong dingin.

“Bagaimana pergerakan saham Erebos?”

Pria bertopeng naga menurunkan tangan ke saku celananya.“Stabil. Lonjakan kecil setelah pengumuman pertunangan. Efek publik.”

Lalu ia mencondong sedikit tubuhnya.“Tapi kau tidak mengikat perempuan itu karena urusan pasar, kan?”

Apollo memberi tatapan kosong.

“Tidak ada hubungannya denganmu.”

Topeng naga itu tampak menyeringai, meski keduanya tahu itu hanya ilusi sudut cahaya.

“Kau semakin tidak bisa ditebak sejak wanita itu muncul.”

“Aku tidak peduli pendapatmu.”

Apollo berjalan mendekat, jarak tinggal setengah meter.“Apa aku harus anggap kehadiranmu malam ini sebagai bentuk tekanan?”

“Tidak,” jawab pria bertopeng naga.“Hanya… mengingatkanmu bahwa warisan keluarga Dragunov bukan sekadar nama. Kau berada di posisi itu karena pilihan kami.”

Apollo mengepal tangannya.Namun suaranya tetap setenang permukaan air beku.“Hentikan omong kosongmu. Jika kau datang hanya untuk memicu pertengkaran—”

Tiba-tiba pintu berderit terbuka dari luar.Eliot masuk tergesa, napasnya tak stabil seperti habis berlari. Wajahnya pucat, menandakan sesuatu terjadi di aula.

“Bos !”

Apollo tidak menoleh.

“Jika bukan urusan penting, pergi.”

“Bos…” Eliot mencoba menelan ludah. “ Nona Lyora hilang.”

Seketika hening, Pria bertopeng naga memiringkan sedikit kepalanya, tertarik.

Apollo, akhirnya menoleh.Wajahnya datar.

Benar-benar tanpa ekspresi.“Hilang?” ulang Apollo pelan.

“Ya,” Eliot mengangguk cepat. “Dia tak ada di balkon, tidak di backstage, potongan gaunnya tersangkut di salah satu pagar besi, seperti nya dia pergi tergesa-gesa. Kami sudah memeriksa CCTV lantai bawah. Dia menuju taman belakang dan—”

Apollo mengangkat satu tangan, menghenti kan penjelasan itu. “Kau tidak perlu dramatis,” katanya datar.“Itu panggung sandiwara. Dia akan muncul lagi.”

Eliot terkejut. Mata laki-laki itu berkedip-kedip, tak percaya.“Bos… ini bukan—”

“Aku tidak peduli.”

Apollo membalikkan tubuhnya kembali ke arah pria bertopeng naga.“Nah, kita lanjutkan.”

Eliot mematung.“Jadi… tidak ada perintah pencarian?”

“Tidak perlu.” Apollo memasukkan tangannya ke saku jasnya,mendapati cincin pertunangan yang baru saja ia lepas. “Ia biasa begitu. Drama kecil untuk mendapat perhatian. Dia akan kembali ketika merasa sudah cukup.”

Di ambang pintu, Eliot menggertakkan giginya, sesuatu yang jarang ia lakukan.

Tapi ia tetap tunduk dan keluar. Pintu menutup, terdengar suara klik terkunci.Pria bertopeng naga mengamati Apollo lama sekali. “Kau berlaku terlalu tenang untuk seseorang yang ditinggalkan di malam pertunangannya.”

“Karena tidak ada yang penting bagiku di sini kecuali bisnis.” Apollo mengambil gelas whisky dari meja samping.“Wanita hanya bagian dari panggung. Pada akhirnya, semua kembali ke angka, kekuatan, dan warisan.”

Pria bertopeng naga mengangguk pelan dan terkekeh sinis

***

Musik orkestra kembali mengisi aula, riuh oleh tamu-tamu yang bersulang dan memuji “pasangan sempurna” malam itu. Apollo berjalan ke meja prasmanan, mengambil gelas champagne tanpa benar-benar menatapnya. Ia menyandarkan tubuh pada kursi tinggi, mencoba memfokuskan pikirannya pada bisnis, saham Erebos, aliansi, angka-angka yang biasanya menenangkan dirinya.

Tapi entah mengapa, matanya terus menyapu kerumunan. Si Nenek sedang bercengkerama dengan para asosiasi, beberapa wanita duduk menikmati musik dengan anggun, para pria bergosip bisnis di sisi kanan. Semuanya tampak normal. Terlalu normal.

Lyora tidak ada. Tidak di barisan tengah. Tidak di sisi kiri aula. Tidak di antara tamu perempuan yang sibuk selfie dengan dekorasi bunga. Bahkan bayangannya saja tidak terlihat. Apollo meneguk minuman itu pelan. Alkohol menghangatkan dadanya, tapi tidak membantu. Ada sesuatu yang terasa… tidak beres. Ia mendesah pendek, seolah ingin mengusir kegelisahan bodoh itu.

“Hanya drama,” batinnya. “Dia akan muncul lagi.” Meski demikian, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat, halus, hampir tidak terasa, namun cukup untuk membuatnya kesal.Ia berjalan keluar menuju balkon untuk mencari udara segar.

Angin malam menerpa wajah nya, terasa dingin, membawa aroma bunga malam dan embun dari taman. Apollo mengibaskan jasnya, mengendurkan sedikit kerahnya. Ia baru hendak menutup mata, menarik napas panjang, ketika sesuatu menangkap sudut pandangnya. Sebuah kilau biru safir.

Ia menoleh perlahan.

Di sepanjang pagar besi berpola rumit yang menghadap ke taman, berdiri dua sosok dalam remang. Yang pertama, Lyora. Ia mengenali gaunnya dalam sekejap, siluet tubuhnya dalam gelap sekalipun. Wanita itu berdiri sedikit condong, seolah mendengar kan sesuatu.

Gaun safirnya tampak seperti noda warna di tengah malam yang pekat.Dan di hadapannya, tepat di seberang pagar, berdiri seseorang.

Siluet asing. Bukan tamu yang ia kenal, bukan asosiasi keluarga, bukan siapapun dari lingkaran Dragunov. Posturnya tegap, kepala nya sedikit menunduk, seperti berbicara dekat dengan Lyora. Terlalu dekat.

Apollo mematung. Matanya menyipit perlahan, mencoba membaca gerak bibir mereka, mencari petunjuk siapa pria itu. Tapi gelap malam menelan detailnya. Rahangnya mengeras. Alkohol yang tadi hangat berubah menjadi panas yang menjalar naik ke kepala.

.Tangannya meraih pagar balkon, mencengkeram logam dingin itu begitu kuat sampai buku jarinya memutih. Lyora tampak menunduk sedikit, atau mungkin mendekat.

Dan Apollo merasakan sesuatu menghantam dadanya dari dalam. Bukan marah. Bukan cemburu. Sesuatu yang jauh lebih liar dan tak terdefinisi, sesuatu yang tidak pernah ia izin kan menyentuhnya.

Sosok asing itu mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Sebuah benda kecil, tak lebih besar dari koin, berkilau samar tertangkap cahaya taman. Lyora tampak terkejut sejenak, bahunya sedikit naik. Namun ia tetap tidak mundur. Jarak mereka terlalu dekat untuk disebut percakapan biasa. Terlalu rahasia untuk dilakukan di malam pertunangan.

Apollo terpaku. Pandangannya tajam, dingin, penuh kalkulasi yang menahan amarah.

Siluet itu mengulurkan benda mungil tersebut, dan Lyora tanpa ragu panjang. menerimanya. Gerakannya cepat, cekatan, seperti seseorang yang sudah biasa menyembunyikan sesuatu dari mata orang lain.

Ia memastikan tidak ada yang melihat… lalu memiringkan tubuhnya sedikit, mengangkat gaun safir panjangnya, dan menyelipkan benda itu ke dalam sepatu boot tingginya.

Seolah sudah direncanakan. Seolah ia tahu tempat paling aman untuk menyembunyikan rahasia adalah pada dirinya sendiri.

Apollo berkedip sekali dengan lambat . Ada semburan panas yang naik di dadanya, tidak sepenuhnya amarah, tetapi bukan juga rasa tenang.Lyora mengangkat kepalanya lagi, wajahnya setengah tertutup bayangan malam. Sosok asing itu mencondongkan badan, seolah berbisik sesuatu tepat di telinganya. Lyora tidak mundur, hanya menegang singkat lalu mengangguk pelan.

Dan di balkon, Apollo merasakan sesuatu yang sejak tadi ia berusaha bantah: detak jantungnya meningkat. Bukan karena alkohol. Karena Lyora. Karena pria itu. Dan karena benda yang baru saja disembunyikannya.

Rahangnya mengeras. Napasnya berubah pendek dan berat.

1
Chimpanzini Menolak Hiatus!
makin lama makin menarik. apakah mungkin sebuah kepolosan mampu meluruhkan kekejaman seseorang?
Vᴇᴇ
"Warna merah warna cinta. Lebih penting dari kamu semua. Tanpa cinta, hidup ini tidak bermakna. Sunyinya dunia~" -Mei Mei

eh ko gue apal ya 😭
Hanik Andayani
kenapa tulisan cukup hrs pake huruf tebal thor
rahmad faujan
agak lain emang hadiahnya
Wida_Ast Jcy
udah pikun ya sampai lupa segala🤭🤭🤭
Wida_Ast Jcy
idih.... singa dijadikan hadiah. gk takut di ngap ya🤔🤔🤔
☕︎⃝❥Haikal Mengare
Keren penggambarannya, sayangnya bertolak belakang sama gaya kepenulisanku🤣
Mingyu gf😘
aku juga pengen melihara singa🤣
Irfan Sofyan
sini main saja sama aku 😁😊
Irfan Sofyan
Lyora istri Apollo kah
Irfan Sofyan
memang apa kerjaan Apollo
Ani Suryani
cara membuat bos gila gimana ya
iqbal nasution
aneh juga, memilih tanpa alaan
iqbal nasution
rruasnng rahasia yaa
iqbal nasution
si lyora idiot?
Vᴇᴇ: gaa gituuu 😭
total 1 replies
Chimpanzini Menolak Hiatus!
bentar. di flashback ini, lyora masih anak² kah?
Chimpanzini Menolak Hiatus!
rill. klo dia dijadikan sandera bakalan mudah si apollo untuk melakukan apa saja
☕︎⃝❥Haikal Mengare
Wkwkw, malah bawa gituan ke kamar
Gk usah di cari
Siap kak. nanti aku revisi. tapi untuk saat ini belum ada waktu sih..
Wida_Ast Jcy
Menurut ku thor dialog tidak perlu ditebalkan. banyak aku temukan seperti itu. kecuali membaca pesan dari telpon ditebalkan kalimat tidak aapa lho thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!