"Saingan? Lawanku Janda aja, aku udah MENANG!"
.
.
.
Gladys, merutuk habis kekasihnya yang ketahuan sedang berselingkuh di sebuah kamar hotel dengan seorang Janda beranak tiga.
Hati wanita mana yang tak sakit, terlebih ia sudah menerima pria itu sepaket dengan putrinya yang selama dua tahun ini selalau berusaha agar bisa diterima dengan baik sebagai ibu sambung.
.
.
.
"Dasar DUDA gak tahu diri. Lihat saja, akan ku pastikan penggantimu adalah BERONDONG TAJIR"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Pakai uangmu dulu, Sayang. Nanti aku ganti," ucap Irham tak tahu malu dan tak sadar diri jika wanita yang sedang di ajaknya bicara itu sudah tak ingin kembali merajut kisah asmara bersamanya.
"Yang dulu dulu juga gak pernah kamu ganti. Sekarang mau nikah aku pula yang modal!"
Erica yang kesal terus memaki tak hanya di mulutnya saja, tapi juga dalam hatinya dengan kata kata yang jauh lebih kasar jika di dengar secara langsung. Dan apa yang di ucapkan olehnya tentu saja itu adalah sebuah Fakta.
"Kamu kok perhitungan banget sih, Er? Aku benar benar gak kenal kamu yang sekarang. Mana kamu yang dulu katanya cinta sama aku? semua milikmu ya milik ku juga, Er. Mana? mana coba?"
"Oh jelas, karna aku yang dulu sudah MATI!" jawab Erica penuh penekanan, "Kamu gak akan liat Erica yang dulu bodoh dan terlalu kecintaan sama kamu, paham!"
Geram karna serasa di pojok kan, Erica langsung mengakhiri panggilan teleponnya itu. Ia pegang kuat kuat ponselnya itu di depan dada dengan kedua mata terpejam. Bayangan selama dua tahun kemarin terus terlintas di kepalanya bagaimana ia benar-benar seperti wanita yang tak punya harga diri ketika pria yang di selalu di banggakan di depan orang banyak justru selalu main wanita di belakangnya, entah sudah berapa kali Erica berusaha menepis segala pengkhianatan dan juga memaafkan semua kebohongan yang pria itu lakukan padanya.
Tetesan air mata terus jatuh ke pipi mulus Erica yang kini terlihat sedikit tirus, bohong jika semua yang terjadi akhir akhir ini tidak menganggu pikiran dan juga kesehatannya hingga harus merasakan napsu makan yang kian turun. Erica menangis entah karna apa, yang jelas ia selalu merasa selalu tak terima dengan semua perlakuan Irham padanya. Pengorbanannya sungguh sia sia dan tak berguna.
Ponsel yang awalnya Erica dekap, kini ia letakkan secara asal begitu saja di atas ranjang, tubuhnya yang mendadak lemas ia sembunyikan di balik selimut tebal berharap semua akan kembali baik setelah ia beristirahat, namun nyatanya?
Benda pipih itu berdering lagi, Erica hanya menoleh lalu mengabaikannya. Tentu ia yakin jika yang kembali menghubunginya adalah si Duda Mokondo buntut satu.
Lagi lagi dan lagi, ponselnya terus mengeluarkan suara yang tak henti hingga kepalanya serasa ingin pecah saking bisingnya. Niat hati ingin mengabaikan tapi nyatanya ia Terima juga.
"Mau apa lagi sih? belum puas nyakitin aku? belum puas bikin hati aku hancur dan hidup aku seberantakan ini, hem? Aku sakit! ini benar benar sakit. Paham?" ucap Erica dengan derai air mata yang cukup deras, di tambah dengan suara isakan tangis yang cukup memilukan bagi siapapun yang mendengarnya.
"Biarkan aku sembuh dengan caraku sendiri," Lanjut Erica lagi dengan suara semakin pelan terucap.
Hening, tak ada balasan atas semua isi hati Erica yang ia utara kan barusan. Yang terdengar saat suara tangis yang cukup lirih.
"Aku harap kamu mengerti perasaanku. Kamu dengar kan yang aku bicarakan tadi?" tanya Erica, ia sedikit heran karna kali ini tak seperti telepon pertama yang terjadi perdebatan.
"Hey! kamu dengar tidak? ini yang terakhir, jangan hubungi aku lagi!" tegas Erica menaikan nada bicaranya.
.
.
.
Udah curhatnya?
Tetep semangat 💪💪💪💪💪💪 dan sehat selalu Mak Othorrrr 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
akhirnya melipir ke sini setelah di paijo ndak muncul2.
kangen dengan rayuan luar biasanya 👏👏👏
Tetap semangat 💪💪💪💪 dan sehat selalu Mak Othorrrr 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰