NovelToon NovelToon
AKU BUKAN AYAHNYA, TAPI DIA ANAKKU

AKU BUKAN AYAHNYA, TAPI DIA ANAKKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"Mas aku pinta cerai" ucap laras
Jantungku berdetak kencang
Laras melangkah melauiku pergi keluar kosanku dan diluar sudah ada mobil doni mantan pacarnya
"mas jaga melati, doni ga mau ada anak"
aku tertegun melihat kepergian laras
dia pergi tepat di hari ulang tahun pernikahan
pergi meninggalkan anaknya melati
melati adalah anak kandung laras dengan doni
doni saat laras hamil lari dari tanggung jawab
untuk menutupi aib aku menikahi laras
dan sekarang dia pergi meninggalkanku dan melati
melati bukan anakku, bukan darah dagingku
haruskah aku mengurus melati, sedangkan dua manusia itu menghaiantiku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

 Sampainya di ruang administrasi, Riko langsung akan membayar kekurangan biaya operasi.

"Tinggal 3 juta lagi, Pak," ucap petugas administrasi.

Riko tertegun sebentar. "Saya belum pernah mencicilnya, Bu," ucap Riko.

"Ada seseorang yang datang membayarkannya, tetapi dia tidak mau disebutkan namanya," jawab petugas administrasi.

"Lelaki atau perempuan, Bu?" tanya Riko.

"Beliau juga meminta identitasnya dirahasiakan, Pak," jawab petugas administrasi, seakan sedang memberinya teka-teki.

Riko hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya sudah, saya bayar sisanya, Bu," ucap Riko.

Kemudian, Riko membayarkan sisa biaya operasi sebanyak 3 juta rupiah.

"Ini, Pak. Ada pesan dari orang yang membantu Bapak," ucap petugas administrasi.

Ia memberikan sebuah amplop, yang bentuknya mirip amplop lebaran. Riko mengambilnya dengan hati-hati. Ia berjalan keluar dari ruang administrasi dengan hati berbunga.

Setidaknya ia masih punya uang 5 juta. Uang itu akan ia gunakan sebagai modal hidup bersama Melati dan memulai usaha baru, karena menjadi tukang ojek tidak memungkinkan lagi.

Riko dengan hati-hati membuka amplop itu. Isinya sebuah tulisan tangan yang rapi.

"Hai orang baik, tetaplah jadi orang baik."

Tangan Riko gemetar. Tulisan itu sederhana, tetapi maknanya begitu dalam. Tetap jadi orang baik, kata-kata yang mudah diucapkan, tetapi berat dalam praktiknya.

Apakah ia masih bisa menjadi orang baik saat semua orang berbuat jahat kepadanya? Akankah ia tetap menjadi orang baik saat dunia memojokkannya? Akankah ia tetap menjadi orang baik saat harapan tak sesuai dengan kenyataan?

Hati Riko berbunga-bunga. Entah siapa yang menulisnya, yang jelas ia merasa terhibur.

Saat Riko melewati ruang sekuriti, ia mendengar suara jeritan perempuan yang ia kenal.

"Ibu mertuaku?" gumam Riko. "Kenapa dia ada di ruang sekuriti?"

"Saya tidak bersalah, Pak. Tolong jangan penjarakan saya," ucap Rosidah sambil menangis.

"Buktinya sudah jelas, Ibu dengan sengaja memutus selang infus yang menyebabkan nyawa pasien terancam," ucap kepala sekuriti.

Riko menyaksikan itu dari luar ruangan. "Mungkinkah... mungkinkah orang yang memotong selang infus Melati adalah ibu mertuaku?" gumam Riko, bibirnya gemetar.

Rikooo!" teriak Rosidah.

"Rikoo, tolong Ibu!" Rosidah kembali berteriak.

Riko masuk ke ruang sekuriti.

"Dengan Bapak Riko?" tanya kepala sekuriti.

"Iya, Pak," jawab Riko singkat.

"Begini, Pak. Setelah kami lihat dari rekaman CCTV, pelaku yang memotong selang infus anak Anda adalah ibu ini," ucap kepala sekuriti.

Kemudian, kepala sekuriti memperlihatkan rekaman video CCTV-nya.

Hati Riko teriris saat melihat Rosidah sengaja memotong selang infus. Yang lebih menyakitkan, Rosidah membiarkan tubuh Melati mengejang begitu saja.

Riko hampir memukul Rosidah, tetapi kepala sekuriti menahannya.

"Maaf, Pak. Kami sudah menghubungi pihak kepolisian, biar ibu ini yang memprosesnya," ucap kepala sekuriti.

Riko menatap Rosidah dengan tajam. Ia tahu Rosidah tidak pernah menyukai Melati, tetapi tidak pernah menyangka Rosidah akan melakukan tindakan sekejam ini.

"Riko... maafkan Ibu, Riko," ucap Rosidah terisak.

"Riko, Ibu tidak mau dipenjara," tangisan Rosidah semakin histeris.

"Diamlah, Bu!" bentak seorang petugas sekuriti. "Apa dia kenal sama Bapak?"

"Dia mantan ibu mertuaku," jawab Riko singkat.

Semua orang di pos sekuriti tertegun. Awalnya mereka mengira Rosidah punya dendam pribadi dengan Riko dan mengincar anaknya. Tapi, fakta ini mengejutkan mereka. Ternyata, wanita itu adalah nenek dari pasien yang nyaris kehilangan nyawa karena ulahnya.

"Aku neneknya! Ini hanya masalah keluarga," ucap Rosidah.

"Masalah keluarga apanya? Walau Pak Riko melepaskan Ibu, pihak rumah sakit tidak akan melepaskan Ibu. Bayangkan kalau anak itu meninggal. Bagaimana dengan nama baik rumah sakit ini? Ibu hampir saja membuat banyak orang jadi pengangguran," bentak petugas sekuriti.

"Tolong... lepaskan aku!" ucap Rosidah histeris.

"Diamlah!" bentak petugas sekuriti dengan marah.

"Heran, kok ada nenek sekejam ini," ucap salah seorang petugas keamanan.

Tak lama kemudian, pihak kepolisian datang. Rosidah menangis histeris, tetapi tidak ada yang peduli. Penyesalan memang selalu datang belakangan.

Yang menjadi pelapor bukan Riko, melainkan pihak rumah sakit. Pihak rumah sakit tidak akan melepaskan begitu saja orang yang akan membuat mereka hancur. Mereka khawatir jika Riko yang melapor, masalah ini akan diselesaikan secara kekeluargaan.

Riko hanya melihat sekilas kepergian mantan ibu mertuanya dengan hati getir.

"Apa salahmu, Nak, sampai nyawamu juga diincar?" gumam Riko.

Ia merasa lega karena keputusannya merawat Melati adalah yang terbaik. Jangankan merawat, mereka justru ingin membunuh Melati.

Kita kembali ke beberapa jam yang lalu.

Rosidah tidak bisa tidur meskipun lelah. Setiap kali melihat Laras, rasanya dia ingin menampar dan menendangnya. Anak yang dibesarkannya itu menjadi kurang ajar dan tidak punya rasa empati pada ayahnya sendiri.

Hingga pagi datang, Rosidah tidak tidur. Pikirannya dihantui rasa bersalah, kesal, dan marah pada Laras. Bayangan Melati yang kejang terus terngiang di benaknya. Rosidah merasa menyesal, tetapi dia takut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Hingga seorang perawat memanggil Rosidah.

"Apakah ada keluarga pasien Bapak Ferdi?" ucap perawat.

Rosidah bingung dan curiga dalam hati, "Jangan-jangan perbuatanku ketahuan? Tapi, yang memanggil perawat, seharusnya kan sekuriti?" pikir Rosidah.

"Ibu keluarga Bapak Ferdi?" tanya perawat sambil membawa berkas.

"Iya, saya," jawab Rosidah.

"Ibu, tolong ke bagian administrasi," ucap perawat.

"Ada apa ya, Bu?" tanya Rosidah curiga.

"Ke sana dulu saja, nanti dijelaskan di sana," ucap perawat.

Dengan hati yang gusar, ia melangkah keluar kamar. Tatapannya beradu dengan Laras. Rasa kesalnya belum hilang, rasanya dia ingin menjambak Laras. Laras sendiri hanya mendengus dan melanjutkan menonton video dari ponsel Doni.

Rosidah keluar dari ruang perawatan.

Sesampainya di ruang administrasi, petugas keamanan sudah menunggu.

"Pak, ini pelakunya," ucap seorang perempuan.

Petugas keamanan melihat Rosidah dengan tajam.

"Dari pakaian dan wajahnya sama, Bu," ucap petugas keamanan, lalu membawa Rosidah ke pos keamanan.

Kembali pada masa sekarang

Rasa gelisah melanda Ferdi. Sudah tiga jam Rosidah belum kembali ke ruangan.

"Kenapa belum pulang, Mah? Apakah kamu juga tidak mau mengurusiku?" "Apakah kamu tak sanggup dengan pria strok seperti aku?"

Ferdi menatap ke arah Doni dan Laras. Mereka berdua sedang cekikikan, tidak memperhatikan Dia sama sekali.

Air mata Ferdi menetes. Ia teringat saat dulu dia sakit, Riko-lah yang mengurusnya. Ia melihat ke arah Doni.

"Bajingan kau, Doni! Empat tahun lalu kau memberi kotoran pada keluargaku, sekarang tidak tahu malu kembali pada anakku. Dan kau sama sekali tidak peduli padaku," Ferdi terus mengumpat kesal. Tapi hanya bisa dia ucapkan dalam hati

Hingga Ferdi ingin buang air kecil.

Dia menatap Doni, tangannya mengulur. "Ddddddddddd..." ucapnya ingin memanggil Doni. Namun, apa daya, bibirnya yang sudah mencong membuatnya sulit berucap.

"Apa sih, Pak? Berisik banget!" ketus Laras.

"Ddddddddddd!" lagi, Ferdi memanggil Doni. Dia meminta diantar ke kamar mandi. Dulu, Riko membersihkan kotoran dan menggantikan popoknya tanpa rasa jijik atau mengeluh.

"Berisik, Pak! Tunggu Ibu saja," bentak Laras.

Sakit hati sekali Ferdi mendengar ucapan Laras. Anak perempuan yang selalu ia utamakan keinginannya, anak yang selalu ia manjakan, kini membentaknya.

Hanya air mata yang keluar dari matanya, membasahi pipinya.

"Malah nangis. Cengeng banget, sih. Jangan suruh-suruh Mas Doni, Mas Doni milikku," ucap Laras.

Hati Ferdi semakin hancur. Sungguh, ia menyesal membiarkan Doni kembali pada Laras. Padahal, biarkan saja Laras diam seperti orang mati. Selama empat tahun, kehidupan mereka berjalan baik-baik saja. Walau Riko serba kekurangan, ia selalu ada di saat paling sulit..

Air mata dan air seni Ferdi turun bersamaan. Ia hanya bisa menangis.

"Ih, Bapak jorok banget, sih!" ucap Laras kesal. "Ibu kenapa lama banget, sih?"

Lagi-lagi ucapan Laras membuat Ferdi semakin sakit hati.

"Aaaauusss..." ucap Ferdi sambil mengulurkan tangannya ke gelas. Dia merasa haus. Ia berharap Doni membantunya, tetapi harapannya tidak terwujud. Mereka berdua asyik dengan dunia mereka sendiri.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang pria berseragam polisi dan pegawai rumah sakit datang.

Jantung Ferdi berdetak kencang. "Apakah aku masuk dalam sindikat perdagangan anak?" gumamnya dalam hati.

"Ini, Pak, pasien atas nama Ferdi," ucap pegawai rumah sakit.

Polisi itu mencocokkan foto Ferdi dengan data yang ada padanya. Setelah beberapa kali mencocokkan, akhirnya polisi itu menghela napas berat.

"Pasti mereka salah data," gumam Ferdi dalam hati, merasa lega.

Polisi itu memotret Ferdi dari berbagai sudut. Kemudian, ia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Ndan, target sudah ketemu, Ndan. Cuma, target lagi sakit," ucap polisi itu.

Jantung Ferdi langsung berdetak kencang. "Ternyata mereka benar-benar mencariku," gumamnya dalam hati.

Kemudian, polisi itu pergi meninggalkan Ferdi.

"Awas saja, Pak, kalau nyusahin aku," ucap Laras kesal.

Ferdi semakin sakit mendengar itu. Sekarang baginya, lebih baik Laras tidak bicara.

Ferdi benar-benar panik, jantungnya berpacu tak menentu.

Kemudian, perutnya terasa mulas, dan benar saja Ferdi buang air besar.

"Ih, bau banget, sih, Pak!" ucap Laras kesal. "Ibu ke mana, sih? Kenapa enggak datang-datang?"

Rasa sesak melanda Ferdi, jantungnya terasa sakit seperti ditusuk jarum. Napasnya tersengal.

Ferdi memegang dadanya, berusaha meminta tolong pada Laras agar memanggilkan dokter. Namun, Laras hanya diam saja, tak peduli.

Rasa dingin terasa di kaki Ferdi, merambat ke paha. Napasnya semakin berat, dan Ferdi mengembuskan napas terakhir dengan marah dan kesal. Laras dan Doni asyik cekikikan, tanpa mereka sadari Ferdi sudah meninggal

HAI TINGGALKAN JEJAK LIKE DAN KOMEN

.

1
Tismar Khadijah
Banyak riko2 dan melati2 lain di dunia nyata, ttp berjuang dan berharap
Inyos Sape Sengga
Luar biasa
Sri Lestari
thor....aku salut akan crita2mu...n othor hebat ngegrab kog bs sambil nulis....mntabbb/Good/
adelina rossa
astagfirullah laras...belum aja kamu tau aslinya doni ...kalau tau pasti nyesel sampe.nangis darah pun rahim kamu ga bakalan ada lagi...lanjut kak
SOPYAN KAMALGrab
tolong dibantu likekom
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
menunggu karma utk laras
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
dari sini harusnya tau donk, kalo gada melati, gakan ada riko
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
teruslah maklumi dan dukung anakmu yg salah.. sampaii kau pun akan tak dia pedulikan
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
salahin anakmu yg bikiinyaa buuukkk
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ayah
Su Narti
lanjutkan 👍👍👍👍💪💪💪💪💪💪💪
mahira
makasih kk bab banyak banget
Nandi Ni
Bersyukur bukan dari darah para pecundang yg menyelamatkan melati
SOPYAN KAMALGrab
jangan fokuskan energimu pada kecemasan fokus pada keyakinan
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
alhamdulillah
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
apa? mau duit ya?
mahira
lanjut
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
apalagi ini..? mau dijual juga laras?
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
dirumah doni thoorrrr
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
untung mood anak cewek gampang berubah 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!