Queensa tak menyukai pernikahannya dengan Anjasmara. Meskipun pria itu dipilih sendiri oleh sang ayah.
Dijodohkan dengan pria yang dibencinya dengan sifat dingin, pendiam dan tegas bukanlah keinginannya. Sayang ia tak diberi pilihan.
Menikah dengan Anjasmara adalah permintaan terakhir sang ayah sebelum tutup usia.
Anjasmara yang protektif, perhatian, diam, dan selalu berusaha melindunginya tak membuat hati Queensa terbuka untuk suaminya.
Queensa terus mencari cara agar Anjasmara mau menceraikannya. Hingga suatu hari ia mengetahui satu rahasia tentang masa lalu mereka yang Anjasmara simpan rapat selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Dunia Queensa tiba-tiba terasa sangat sunyi, meskipun teman-temannya silih berganti mengunjunginya. Pada akhirnya perempuan itu di perbolehkan pulang setelah dirawat selama tiga hari, dan genap dihari ke empat, Anjasmara tak kunjung kelihatan batang hidungnya.
"Hari ini paman harus balik, Sa. Nanti kamu jangan lupa minta maaf sama Anjas, jika dia datang. Saat ini kamu sudah benar-benar membuat suamimu kecewa, jika nanti dia marah, terimalah!" Ridwan pamitan pulang setelah beberapa hari ini ikut tinggal di rumah Anjasmara.
Ridwan sendiri belum bisa menghubungi Anjasmara, saat ini sepertinya laki-laki itu tidak ingin diganggu. Ridwan memaklumi, dan tidak ingin ikut campur masalah keponakannya. Namun sebisanya dia ingin membuat Queensa dan Anjasmara tetap bersama, walau untuk saat ini hanya nasehat yang bisa ia berikan pada Queensa, agar menjadi istri yang baik untuk Anjasmara.
Dari Pak Danu, Queensa tahu jika suaminya sedang berada di Banjarmasin, tapi nomor pria itu benar-benar tidak bisa dihubungi.
Genap 1 minggu pria itu tak pulang, Queensa mulai merasa kesepian. Wajah dingin suaminya jadi dirindukan, tapi hingga tujuh hari berlalu pria itu tak kunjung datang.
"Pak belum ada kabar dari Mas Anjasmara kapan datang?" sudah dua hari berturut-turut Queensa mendatangi mess karyawan suaminya, berharap ada kabar kapan kiranya laki-laki itu pulang. Tapi, semua orang tidak ada yang tahu kapan Anjasmara kembali, membuat hatinya semakin sedih.
Untuk kedua kalinya, setiap orang belum bisa memberi jawaban kapan suaminya datang. Queensa baru meninggalkan mess setelah magrib, kembali ke kediaman suaminya dengan perasaan hampa.
"Inikah caramu menghukumku, Mas?" lirih nya, melangkah memasuki rumah yang semakin hari terasa mati. Queensa kembali kerumah dengan kesedihan, belum ada kabar apapun tentang suaminya yang pergi dengan keadaan marah serta kecewa.
"Dari mana?" perempuan berambut coklat itu menengadah. Sorot matanya yang semula redup menatap lantai, kini menangkap sosok lelaki jangkung berkulit coklat di hadapannya.
Anjasmara tengah mengenakan jaket hoodie ditubuhnya yang tetap. Meskipun belum musim kemarau, udara malam di kota tempat mereka tinggal begitu mengigit. Queensa bahkan harus memeluk dirinya sendiri sejak turun dari mobil.
"Kamu nggak papa?" laki-laki itu mendekat dengan pandangan khawatir.
Queensa memberikan senyum menenangkan. Segera membalas dekapan hangat Anjasmara.
Tapi kenyataannya, Queensa menemukan hal itu hanya khayalan saja, Anjasmara masih berdiri di tempatnya, menatapnya dengan sorot... Benci?
Queensa menampilkan senyum terbaik sebelum mendekat kearah Anjasmara.
"Mas akhirnya kamu pulang!" bukan sebuah tanya, melainkan ungkapan lega yang tertuang, tapi perasaan Anjasmara sudah terlanjur terluka.
"Kamu kecewa?" tanya pria itu dengan sorot mata menantang.
Anjasmara tahu percuma mereka bertemu, Queensa bahkan tak akan mau mengerti perasaannya. Perempuan itu mungkin tak perduli bagaimana usahanya agar tetap waras hingga detik ini.
Queensa menghembuskan napas berat. Sebelum air mata menitik.
Pria itu memutuskan beranjak. Anjasmara sebenarnya belum ingin kembali, setidaknya bukan saat ini. Hatinya belum sepenuhnya berdamai dengan kenyataan yang terjadi. Tapi tanggung jawabnya di sini menanti.
"Aku minta maaf," suara tangis Queensa menghentikan langkah Anjasmara.
"Mas, maafkan aku.. " suara itu kembali terdengar. Lebih jelas bahkan seperti diucapkan tepat di belakang punggung.
Anjasmara tak bergeming, tubuhnya pun tak berbalik. Masih memunggungi Queensa.
"Mas..., "
"Sudah tidak ada gunanya!" kata-kata yang keluar dari bibir lelaki itu terdengar datar tanpa emosi, wajahnya tak menyiratkan kemarahan. Sambil bersedekap dan menyandarkan punggung ke tembok, dia menatap malas sosok perempuan yang menjadi sumber laranya.
"Tunggu beberapa hari lagi, saya sudah siapkan surat cerai, setelah ini kamu bebas!"
DUAR!
Hal yang tak terduga keluar dari bibir pria itu, membuat Queensa terperangah, dadanya seakan hancur berkeping-keping seperti tersambar petir yang menggelegar.
"Mas...," rintihannya diacuhkan, Anjasmara berlalu tanpa berusaha menghapus air matanya seperti yang sudah-sudah.
"Mas, Mas.. " Perempuan itu mengejar langkah suaminya. Tidak. Tidak! Queensa tidak ingin bercerai dengan Anjasmara.
#####
Maafkan aku ya teman-teman. Beberapa hari sibuk dengan acara keluarga yang menikah, jadi updatenya terkendala, semoga setelahnya bisa rutin setiap hari lagi.
Terima kasih dukungannya, yang sudah like, komen, vote, kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Happy Reading 🥰🥰🥰
makanya gak usah sooook...
untung gak dicere
semoga Anjas menemukan perempuan yang tepat dalam hidupnya...