NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Kapten

Jerat Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikahi tentara / Duda / Cintapertama
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.

Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.

Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Hari mulai gelap. Pemandangan di luar jendela bus perlahan berubah menjadi deretan pohon kelapa dan sawah yang diselimuti kabut senja. Inilah Banjarnegara—sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang jauh dari hiruk pikuk Jakarta. Wilayah ini dikenal dengan suasana pedesaan yang asri, udara yang dingin, dan ketenangannya yang menenangkan hati.

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam ketika bus akhirnya berhenti di terminal Banjarnegara. Aresa turun sambil membawa ranselnya. Namun sial, ponselnya mati kehabisan daya. Ia belum sempat mengabari orang tuanya di rumah.

Di kota kecil seperti ini, mencari angkutan umum malam hari hampir mustahil. Akhirnya, Aresa duduk di kursi halte, menggenggam ranselnya erat. Perasaannya mulai gusar.

****

Di seberang jalan, Jhonatan mengamati dari balik kemudi mobil. Sudah hampir sepuluh menit ia menunggu dalam diam. Gelap begini, bahaya, pikirnya. Ia sebenarnya tidak berani langsung menghampiri Aresa—menunggu sinyal dari Alvino dulu—tapi naluri pelindungnya tak bisa diam.

Melihat Aresa masih duduk di halte seperti orang kebingungan, Jhonatan akhirnya memacu mobilnya perlahan ke arah pinggir jalan.

“Res,” panggilnya sambil membuka kaca mobil.

Aresa menoleh. “Iya, Kapten?”

“Kok masih di sini? Saya lihat dari tadi. Sudah gelap begini,” tanya Jhonatan, pura-pura tidak tahu alasannya.

“Iya, saya lupa mengabari orang rumah. Ponsel saya mati total,” keluh Aresa, merasa bodoh. “Angkutan juga sudah nggak ada.”

“Ya sudah, nggak ada alasan buat tetap di sini. Ayo masuk, bareng saya,” ucap Jhonatan tegas.

Aresa tampak ragu. “Loh, memang Kapten mau ke rumah saya? Apa nggak merepotkan?”

“Tidak. Saya juga akan menginap di rumah Bapak kamu, sesuai rencana Alvino. Kamu nggak perlu khawatir kalau ada yang curiga kamu pulang bareng saya—itu urusan saya. Saya yang akan jelaskan.” Tatapan Jhonatan lurus dan tenang. “Apa kamu mau menunggu sampai besok pagi di halte?”

“Eee… enggak, Kap. Saya ingin pulang sekarang,” jawab Aresa akhirnya, menyerah pada keadaan.

“Ya sudah, ayo masuk,” ucap Jhonatan sambil membukakan pintu penumpang.

Di dalam mobil, keheningan menyelimuti mereka beberapa saat.

“Anda sudah tahu alamatnya, kan?” tanya Aresa memecah diam.

“Sudah. Kemarin Alvino sudah kirim lokasinya,” jawab Jhonatan.

“Maaf, Kapten, kalau saya tadi terkesan sewot,” kata Aresa pelan. “Cuma… saya agak paranoid karena merasa diawasi terus.”

Jhonatan tersenyum tipis. “Saya maklum. Tapi terima kasih sudah mau ikut. Setidaknya saya nggak perlu khawatir kamu tidur di halte.”

“Saya cuma nggak mau merepotkan,” balas Aresa.

Setelah itu, keduanya kembali diam hingga mobil berhenti di depan rumah orang tua Aresa—rumah yang sudah lama dirindukannya.

****

Rumah sederhana itu berdiri kokoh di kompleks pondok pesantren. Letaknya di kecamatan kecil, jauh dari pusat kota, tapi suasananya begitu damai dan sejuk.

“Mari, Kapten. Sudah sampai,” ucap Aresa cepat, bergegas turun.

Jhonatan ikut turun dan menatap sekeliling, mengagumi ketenangan tempat itu. “Terima kasih, Res.”

Mereka berjalan ke depan pintu. Aresa mengetuk sambil mengucap salam. “Assalamualaikum, Pak, Bu.”

Tak ada sahutan. Aresa baru sadar—ini waktu salat Isya, pasti orang tuanya masih di masjid.

Jhonatan yang berdiri di belakangnya bertanya, “Kenapa, Res? Nggak ada orang?”

“Mungkin sedang di masjid, Kapten. Ini waktunya Isya,” jawab Aresa.

“Ya sudah, sini duduk aja. Saya juga capek banget habis nyetir belasan jam,” ujar Jhonatan tanpa canggung, duduk lesehan di teras.

Aresa ikut duduk di sampingnya. “Saya juga capek, Kapt. Perjalanan naik bus memang lebih berat.”

“Harusnya kamu naik kereta biar cepat,” sindir Jhonatan ringan.

Aresa langsung menyahut, sedikit sewot. “Saya naik bus juga gara-gara Kapten, ya!”

“Loh, kok gara-gara saya?” Jhonatan terkekeh.

“Iya, Kapten, sih! Bawa-bawa saya buat nolak perjodohan Anda! Cewek yang Anda tolak itu jadi nggak terima kan, jadi dia berusaha melenyapkan saya!” omel Aresa kesal.

Tawa Jhonatan pecah, tulus dan lepas—tawa yang baru pertama kali didengar Aresa. Tanpa sadar, tangan Jhonatan menepuk pundaknya santai, seperti seorang teman lama. Aresa yang masih kaget dengan tawanya tak menyadari gerakan itu.

Namun tiba-tiba, suara deheman tajam memecah suasana. “Ehem!”

Keduanya menoleh bersamaan. Di sana berdiri Adnan—ayah Aresa—dengan sorot mata tajam yang mengunci ke arah Jhonatan.

“Enak sekali, ya, rangkul-rangkulan di depan rumah orang,” katanya datar, dingin.

Aresa langsung menyingkirkan tangan Jhonatan dari pundaknya. “Eh, nggak, Pak! Nggak kayak gitu!”

“Terus, apa itu?” tanya Adnan, nadanya menuntut.

“Ih, Bapak!” rengek Aresa, wajahnya memerah.

“Sudah! Masuk! Ajak laki-laki itu masuk juga!” perintah Adnan, melirik tajam ke Jhonatan.

*****

Di ruang tamu, Adnan duduk di kursi tunggal dengan sikap tegas. Jhonatan duduk di kursi panjang, sementara Aresa memilih di sampingnya.

Adnan membuka percakapan dengan nada interogatif. “Kamu siapa?”

“Saya Jhonatan, Pak. Sahabat Alvino yang akan ikut membangun bisnis kafe di sini,” jawab Jhonatan sopan.

“Kamu juga seorang prajurit?” tanya Adnan, menatap tajam.

“Iya, Pak. Saya bertugas di batalyon yang sama dengan Vino,” jawab Jhonatan tenang.

“Oh iya, saya ingat. Kemarin Vino sudah bilang.” Adnan bersandar, menatap lurus ke arah tamunya. “Kamu boleh menginap di sini, tapi ingat…” suaranya mengeras. “Jangan pernah macam-macam dengan putri saya.”

Aresa buru-buru menyela. “Macam-macam apaan, Pak?”

“Diam kamu, Nduk! Sana ke kamar, bersih-bersih dulu!”

Aresa mendengus pelan dan menyeret langkahnya ke lantai dua, meninggalkan dua pria itu dalam keheningan yang menegang.

****

Suasana ruang tamu jadi berat. Adnan Alfarisi, mantan polisi dengan insting setajam elang, menatap Jhonatan tajam namun tenang.

“Saya tahu arti dari sorot mata kamu,” ujarnya pelan, tapi menusuk.

Jhonatan menelan ludah. “Saya… saya minta maaf, Pak.”

“Saya tidak pernah melarang putri saya dekat dengan laki-laki, asal laki-laki itu baik dan tahu batas,” lanjut Adnan. “Tapi saya mohon, jangan sekarang. Saya bisa lihat kamu membawa masalah—dan kamu datang dari dunia yang rumit.”

Nada Adnan melunak sedikit. “Saya masih ingin melihat Aresa menikmati masa mudanya, mencapai cita-citanya. Dia terlalu berharga untuk terseret drama atau pelarian siapa pun. Saya yakin kamu orang baik, Nak, tapi beri dia waktu.”

Jhonatan menunduk, penuh hormat. “Saya paham, Pak. Saya janji akan menghormati batasan Bapak.”

“Bagus.” Adnan bangkit perlahan. “Kamar tamu ada di lantai atas. Sudah ada tulisannya di pintu. Silakan istirahat.”

“Iya, Pak. Terima kasih.”

Jhonatan berdiri, mengambil ranselnya, lalu naik ke lantai atas. Di tangga, langkahnya terasa berat—antara lega dan tertampar oleh kebijaksanaan seorang ayah yang baru saja mengajarinya arti batas dan tanggung jawab.

1
Shin Himawari
mau makin tanggung jawab Jo? nikahin aja Aresa nya langsung🤣
Shin Himawari
hayoo mas kapten ujian restu pertama harus kamu selesaikan nii🤭
Wida_Ast Jcy
waduh.... gawat donk. kabur aja lah kamu joe
Wida_Ast Jcy
nah siap siap dech kamu dpt masalah besar
Nurika Hikmawati
lgsg pgn dibawa pulang aja /Facepalm/
Nurika Hikmawati
jadi jonathan ini duda ya?
Nurika Hikmawati
Jonathan jatuh hati pada pandangan pertama
sunflow
pemanasan dlu bang
sunflow
lindungi aresa dari belatung nangka bang..
sunflow
iya tahanan rumah tp ga perlu lapor
sunflow
duda to bang jho
mama Al
wah cocok camer dan cantu
mama Al
wkwkwkw... Kena jebakan Batman
mama Al
koreksi diri apa yang membuat kamu di tolak.
mama Al
susah juga ya, pengen yang enak-enak
kim elly
baru kenal udah curhat
kim elly
ayo gass klo di traktir mah
Mutia Kim🍑
Tuh dengerin kata-katanya Aresa. Yang ada nanti kasihan yg jdi istrinya Jhonatan karena dijadikan pelarian
Mutia Kim🍑
Yuk cepet kenalin Aresa ke Jhonatan🤣 Jhonatan auto kaget pasti
Drezzlle
Rencana Sella berhasil, lagipula Aresa juga belum tentu suka kamu Bang Jo. Udah terima aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!