Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 21
"Ughhh, buset. Ini gawean kenapa ndak habis-habis sih."
Jeremy menggeliat di kursinya. Dia membutuhkan sedikit pergerakan untuk menghilangkan rasa kaku pada leher dan pinggangnya.
Entahlah, apakah benar dia merasa demikian atau hanya sekedar beralasan. Tapi yang pasti, Jeremy tidak pernah melakukan itu sebelumnya.
Klaak
"Eh, mau kemana Mas Bos?"tanya Olive, dia bahkan sampai bangun dari posisi duduknya untuk bersiap jika Jeremy membutuhkan sesuatu.
"Dah dudu aja, aku cuman mau jalan-jalan. Pinggangku kaku dari pagi duduk."
Aaah
Meskipun merasa aneh dengan jawaban Jeremy, tapi Olive memilih diam dan tidak perlu berkomentar lagi. Baginya, dari pada Jeremy memberi perintah yang membingungkan, maka dari itu dia memilih untuk diam saja, cari aman.
Jeremy benar-benar berjalan-jalan di sekitar lantai 13 itu. Sedangkan Olive, dia tentu saja melanjutkan pekerjaannya. Olive yang fokus dengan apa yang dikerjakan juga tidak mau tahu dengan apa yang sekarang dilakukan oleh bosnya itu.
Tap tap tap
Jeremy berjalan-jalan ke seluruh penjuru lantai 13. Dan pantry menjadi akhir dari jalan-jalannya.
Awalnya Jeremy hendak langsung masuk, meski dia tidak tahu mau apa dirinya masuk ke sana. Namun, Jeremy menghentikan langkahnya ketika mendengar Xeena dan Marwan tengah berbincang.
Ya, Jeremy berdiri di depan pintu pantry untuk mendengarkan obrolan dari mereka berdua. Dia tahu bahwa perbuatan mencuri dengar atau menguping pembicaraan orang lain itu adalah perbuatan yang tidak sopan. Tapi Jeremy sangat penasaran ketika Xeena mulai bercerita.
Sreet
Tap tap tap tap
"Jo, kirim satu orang ke kantor sekarang. Bilang ke dia buat langsung menghadap aku di ruangan."
"Oh, oke Bos. Satu paket meluncur."
Jeremy kembali ke ruangannya setelah ia mendengar apa yang Xeena dan Marwan bicarakan. Hal itu lah yang membuat Jeremy segera menghubungi Paijo, tangan kanannya yang ada di markas.
Tak butuh waktu lama, paket yang dikirimkan oleh Paijo sampai juga.
Seseorang dengan tubuh yang tidak terlalu besar, tingginya sekitar 165 cm, kini berdiri di depan Jeremy. Itu lah paket yang dimaksud.
"Siap Bos! Apa ada tugas dadakan? Tumben Bos manggil, biasanya bos datang sendiri?"
"Haaah, kenapa Paijo ngirim anak cerewet macem ini. Iyo, ada tugas buat mu, Man."
Maman, itu adalah nama pria yang berdiri di depan Jeremy. Maman tersenyum dengan begitu lebar ketika Jeremy bicara demikian.
"Siap Bos, apa tugas itu?"Tanya Maman dengan antusias.
"Ini, tugas mu buat ngejaga dia."
Eh?
Maman sedikit terhenyak ketika Jeremy memberikan sebuah foto. Dan agaknya saat ini Maman tengah mengalami syok. Pasalnya itu adalah foto seorang perempuan. Dimana dia dan juga anggota gangster Wang tahu betul bahwa tuannya ini termasuk orang yang tak acuh terhadap perempuan.
Maka dari itu, Maman terlihat bingung ketika melihat foto yang disodorkan oleh Jeremy sekaligus tugas yang diterimanya.
"Ini cewek kan ya Bos? Mataku ini masih normal kan ya?" celetuk Maman.
"Tak tempiling gundul mu lho, Man. Lha iya lah ini cewek. Ini cewek yang kudu, harus, wajib kamu lindungi. Pokoknya jangan sampai dia kenapa-napa. Terus ya, kalau sampai sedikit aja dia lecet, kamu yang tak keeeek."
Gluph!
Maman menelan saliva nya dengan susah payah ketika Jeremy membuat gerakan memotong leher.
Semua anggota gangster Wang tahu bahwa Jeremy adalah orang yang termasuk dalam kategori kejam. Apa yang dia katakan pasti akan dilakukan.
"I-iya Bos, siap. Saya akan melakukan tugas dengan sebaik-baiknya,"ucap Maman pada akhirnya. Dia tidak perlu bertanya lagi tentang apa yang harus dilakukannya. Penjelasan Jeremy sudah sangat jelas.
"Ya sudah sana pergi. Kamu baca deh itu informasi singkatnya, biar kamu tahu. Tugasmu mulai hari ini."
"Siap, dimengerti."
Tok tok tok
"Masuk."
Cekleek
Jeremy tersenyum ketika melihat siapa yang masuk ke ruangannya. Dan itu cukup membuat Maman merinding.
Bagaimana tidak, selama ini senyum tuannya itu merupakan barang yang sangat langka. Tapi saat wanita berseragam OG itu masuk, Jeremy bisa tersenyum dengan begitu cerah.
"Waah apa roman-romannya besok bakalan turun salju di Yogyakarta yang panas ini?" gumam Maman.
Sreeet
Degh!
Jantung Maman seolah berhenti ketika mendapat tatapan tajam dari Jeremy. Ia yakin bahwa apa yang dia gumam kan tadi sangat lirih, tapi agaknya itu bisa didengar oleh sang tuan.
"K-kalau begitu, saya permisi, Bos."
Hmmm
Maman segera pergi dari ruangan itu. Jika tidak segera pergi, dia yakin akan ada hal lain lagi nantinya. Dan saat dia keluar dari ruangan, Maman akhirnya tahu bahwa apa yang jadi tugasnya itu adalah Office Girl ini. Ya, wanita yang harus dijaganya adalah dia.
"Apa ya hubungan mereka, kok aku jadi pengen tahu juga sih?"ucap Maman.
Sedangkan itu, di dalam ruangan, Xeena meletakkan kopi yang diminta Jeremy.
Ini sudah siang, tapi agaknya Jeremy ingin menikmati kopi buatan Xeena lagi.
"Makasih ya, Xeen," ucap Jeremy.
"Iya Pak, sama-sama. Kalau begitu, saya keluar ya, Pak," tukas Xeena cepat.
"Tunggu."
Xeena diam saat Jeremy bicara demikian. Dalam kepala Xeena, wanita itu sudah over thinking. Dia berpikir bahwa ada yang salah, sehingga si bos menahannya.
"A-ada apa ya, Pak." Xeena bicara dengan sedikit terbata.
"Duduk di sana dulu," sahut Jeremy. Hasrat untuk menahan Xeena lebih lama di sisinya itu sangat kuat sekarang.
Eh?
Xeena merasa bingung. Mengapa tiba-tiba di suruh duduk. Tapi dari pada dia mendapat masalah, maka lebih baik menuruti saja apa maunya sang tuan.
Awalnya Xeena pikir, dia hanya akan duduk sendiri, tapi ternyata Jeremy pun ikut duduk bersamanya. Ditambah, pria itu bukannya duduk di bagian sofa yang lain, melainkan duduk di sebelahnya.
"Xeen, apa yang kamu butuhkan?"
"Apa! Aah maaf, apa maksud Bapak?"
Terkejut, sudah berapa kali dia dibuat bingung oleh atasannya itu dalam satu waktu. Tiba-tiba bertanya demikian. Sungguh sangat membingungkan.
"Tadi, aku ndak sengaja denger kamu ngobrol sama Marwan. Maaf ya, soalnya aku nguping obrolan kamu," ucap Jeremy dengan begitu hati-hati.
"Ohh itu. Tidak apa, Pak. Memang keadaan keluarga saya tidak bagus. Tapi saya tidak membutuhkan apapun. Bisa bekerja begini saja sudah cukup buat saya. Saya sungguh berterimakasih akan hal itu. Ah iya, ada satu yang saya inginkan sebenarnya."
Mata Jeremy berbinar. Dia pun sangat bersemangat untuk mendengarkan apa yang diingkan oleh Xeena.
"Katakan apa itu?" tanyanya dengan penuh rasa penasaran.
"Ehmm jangan pecat saya. Saya sungguh membutuhkan pekerjaan ini. Kalau dipecat dari sini, saya tidak tahu lagi harus bekerja dimana. Jadi itu saja yang saya inginkan."
Hah?
Jeremy terkejut bukan main. Permintaan Xeena yang sangat sederhana itu membuatnya semakin penasaran dengan wanita ini.
Jika orang lain, pasti dia akan meminta sesuatu yang bersujud barang. Tapi Xeena hannya minta agar dirinya tidak dipecat.
"Haah, tenang aja. Aku ndak bakalan mecat kamu kok."
"Waah yang benar, Pak. Terima kasih. Ya sudah Pak, saya pamit dulu. Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan. Kalau Bapak butuh sesuatu, langsung panggil saya saja."
Kali ini, Jeremy tidak bisa lagi menahan Xeena untuk tetap tinggal. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang salah dalam dirinya.
"Sejak kapan aku jadi hati-hati ngomong sama orang. Dan sejak kapan juga aku kayak bingung ngadepin orang. Ah embuh lah, gak ngerti."
TBC
santai wae