NovelToon NovelToon
Memory About You

Memory About You

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / BTS / Dokter Genius / Teen School/College / Trauma masa lalu
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Devi Triana

Kematian kekasihnya membuat Juno Elvaro terikat dengan masa lalunya. Orang-orang memanggil Juno pembunuh, karena Juno adalah orang yang mengakibatkan kekasihnya mati. Saat dunia benar-benar hancur, saat Juno benar-benar tidak ingin hidup. Erisa Katrina, Siswi baru yang masuk ke SMA tempat Juno bersekolah mengubah hidup Juno. Sasa begitu mirip dengan Sazza membuat Juno kembali teringat dengan sosok kekasihnya. Kilas balik masa lalu membuat Juno bernostalgia, namun sama seperti Juno, Sasa juga penasaran dengan sosok kakak kelas laki-laki yang begitu pendiam dan ditakuti semua orang. Saat mereka saling ingin tahu, sebuah moment memberi kesempatan untuk mereka bertemu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devi Triana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu cantik

Pantulan Sasa dicermin membuat sudut bibir gadis lima belas tahun itu tertarik menatap dirinya sendiri. Tangannya dengan lihai mengaplikasikan make up di bagian matanya, lalu mengoleskan lipstik berwarna pink ke bibirnya.

"Kalau mau menarik perhatian laki-laki, pertama-tama kamu harus cantik"

Kata Athy yang berhasil membuat Sasa bangun di pagi buta hanya untuk merias diri sebelum pergi ke sekolah.

Hampir tiga jam Sasa bersiap, akhirnya gadis itu selesai merias diri dan turun menuju ke ruang makan untuk sarapan pagi.

Pemandangan di pagi hari keluarga Sasa bisa dibilang cukup sunyi. Ayah yang menonton tv, ah tidak. Ayah yang ditonton tv, Bunda yang menyiapkan sarapan di dapur dan, Heli yang berdiri menatap Sasa sekarang.

"Kenapa? Cantik kan?"

"Bunda! Sasa udah gila!" Teriak Heli berlari ke dapur diikuti Sasa di belakang nya yang memasang raut kesal.

"Bunda, lihat Sasa" ucap Heli menunjuk ke arah Sasa.

Bunda yang saat itu menyiapkan sarapan menoleh, melihat wajah anak gadisnya yang dipoles make-up. Wajah natural yang biasa Sasa tunjukkan di pagi hari, kini terlihat lebih dewasa.

Alzea tersenyum merekah, lalu mengelus pelan pipi Putri semata wayangnya "Cantiknya anak Bunda"

"A-apa? cantik darimananya?!"

"Heli, kenapa teriak-teriak kayak gitu? Lihat adek, cantik sekali. Ayah! Sini deh" teriak Alzea memanggil suaminya.

Ayah Sasa turun, menghampiri istrinya di ruang tamu dengan setelan jas nya yang rapi.

"Selamat pagi?"

"Lihat deh, yah. Adek udah pinter make up sekarang, cantik kan , Ayah?"

Keita, laki-laki berdarah jepang itu tersenyum hingga matanya menghilang. Dengan lembut dia mengelus puncak kepala Sasa penuh sayang.

"Iya, cantik sekali. Adek mau kemana cantik begini? Ada acara di sekolah?"

"itu..." Sasa tersenyum canggung, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung juga menjawab pertanyaan Ayahnya yang tiba-tiba begini. Tidak mungkin Sasa menjawab kalau dia merias diri demi terlihat cantik di mata Juno.

"Dia caper ayah! Sasa mau deketin cowok!!"

"ABANG?!" Sasa memukul lengan Heli hingga laki-laki itu meringis kesakitan. Bukan Heli yang menangis, namun Sasa yang matanya berkaca-kaca menahan malu di depan Ayahnya.

"Loh? Kok kamu yang nangis? Harusnya Aba-"

"Jahat kamu" ucap Sasa dengan wajah merengut. Heli hendak membujuknya, namun Sasa lebih dulu mendekat ke Bunda nya, mengadu atas perbuatan yang dilakukan Heli.

"Bunda, abang jahat...Sasa malu"

Mendengar penuturan anak bungsunya itu membuat Keita dan Alzea tertawa. Alzea memeluk putrinya sembari mengelus lembut rambut Sasa yang menangis, sedangkan Keita menertawakan wajah Heli yang kebingungan.

"Abang salah apa, yah?"

"Sudah, sudah. Wanita memang selalu benar" ucap Keita menarik lengan Heli menuju ke meja makan diikuti Alzea yang terus memeluk putrinya.

•~•~•

"Gak boleh masuk"

"Apa?!"

Simon, si ketua osis berdiri di depan gerbang. Menatap lurus ke arah Sasa yang berdiri di depannya dengan polesan make up cukup tebal.

Bukannya tidak boleh, hanya saja Simon kini berdiri di sebelah guru olahraga mereka. Jadi, sebagai Ketua osis yang penuh loyalitas, Simon mau tidak mau melarang Sasa masuk. Walaupun, laki-laki itu adalah salah satu dari sedikit orang yang tau kalau Sasa adalah adiknya Heli.

"Tapi, kenapa?"

Simon tersenyum palsu, lalu berbisik pada Sasa.

"Make up nya di hapus dulu"

"Tapi, KENAPA?"

Semua orang melihat ke arah Sasa yang tidak terima karya seni yang dia ukir dari jam lima pagi diminta untuk dihapus dalam lima menit.

"Ini ada apa?" Tanya Heli yang sudah lebih dulu datang, lalu melihat Simon tengah bersama Sasa yang tampak kesal.

"Itu, El. Make up adek lo, disitu ada Pak Seto"

"Loh, iya" Heli mengikuti arah pandang Simon. Heli sendiri juga tahu, sebagai siswa dengan jabatan penting, Simon tidak boleh berbuat salah.

Heli melirik Sasa yang hampir menangis, sejujurnya hatinya tidak tega. Namun, situasi ini entah mengapa membuat hatinya menjadi tenang.

Kalau gini, dia gak bakalan sempat lihat muka cantik Sasa, kan?

Heli tertawa di dalam hati, membuat Simon yang melihat wajah laki-laki itu yang sedang terkekeh merinding.

"El, jadi gimana?"

"Biarin..." ucap Heli menepuk pundak Simon pelan membuat Simon menghela napas lega.

Ini gimana, aku gak mau hapus. Kak Juno harus lihat make up aku dulu.

"Ini..." Simon memberikan tissue basah ke Sasa, dengan terpaksa Sasa menerima tissue itu. Tangannya perlahan-lahan menghapus make up nya, walaupun dia sengaja memperlambat gerakannya agar setidaknya Juno melihat lebih dulu.

"Lagi ngapain?"

Suara itu, suara yang Sasa kenal. Dengan cepat Sasa menoleh ke arah seseorang yang tengah berdiri di sebelahnya. Benar saja, Juno kini tengah berdiri di sebelah Sasa dengan wajah datar khas nya.

"Kak Juno"

Mata Juno terarah ke wajah Sasa yang dipoles make up. Sejenak laki-laki itu terdiam, menatap lekat-lekat wajah itu dengan hati yang terenyuh.

Sazza. Kalau begini, kamu semakin mirip Sazza.

"Lagi apa?" Tanya Juno, kini dengan nada lembut membuat Heli yang berada di dekat situ membara. Padahal, seharusnya dia yang menjadi satu-satunya orang yang bisa melihat wajah cantik Sasa.

"Hapus make up. Gimana? Aku cantik kan? Tapi, harus dihapus make up nya karena gak dibolehin sama kak Simon buat masuk sebelum hapus make up"

Juno melirik Simon sekilas, tatapan runcing itu membuat Simon merinding. Namun, tidak lama pandangan laki-laki itu kembali terarah ke Sasa.

"Hmm... cantik"

"I-iyakah? C-cantik kan? Gimana gak cantik coba aku kan anak Bunda yang paling cantik, Anggun, pinter"

Pipi itu semakin memerah membuat Sasa mengalihkan pandangan nya. Dengan cepat dia mengarahkan tissue basah itu ke wajahnya, namun tangan Juno menghentikan tangannya menghapus make up.

"Sebentar"

"Eum?"

Juno mengeluarkan ponsel nya dari saku celananya, lalu memotret wajah Sasa. Membuat Heli geram, tangan laki-laki itu tidak sadar mencubit lemak pinggang Simon.

"Aduh...apa sih?"

"Udah mau masuk, kamu mau adik aku telat ya, Simon?" ucap Heli pelan di dekat telinga Simon.

Kalimat itu, tutur kata yang bagai racun jika Heli yang mengucapkannya. Simon bergidik ngeri, lalu meminta Sasa untuk cepat menyelesaikan menghapus make up nya.

"Kamu...gak masuk?" Tanya Heli menunjuk ke arah Juno. Juno meliriknya sekilas dengan wajah malas.

"Kamu sendiri?"

" Ya, aku nungguin temen aku dong. Mendingan kamu masuk deh, soalnya temen aku ini urusannya banyak. Jadi, mending kamu gak ganggu"

"Kamu ketua osis?"

Heli menghela napas panjang, dengan tangan kembali mencubit lemak pinggang Simon.

"Mon, singkirin, Mon. Usir"

Simon tersenyum paksa pada Juno dengan hati yang mengutuk Heli. Sebenarnya menurut Simon, Heli lah yang mengganggu di sini. Namun, sebagai orang yang masih membutuhkan relasi Heli, Simon mau tidak mau menurut pada perkataan nya.

"Juno, kamu masuk duluan..."

"Sa..."

"Eum?" Sasa menoleh ke arah Juno yang memanggilnya dengan make up yang sudah terhapus setengah.

"Sini" Juno mengambil tissue basah di tangan Sasa, lalu membantu gadis itu membersihkan make up nya.

Tatapan laki-laki yang menatap wajahnya membuat Sasa membeku, sedangkan Juno dengan ligat membersihkan make up itu hanya dalam waktu sepuluh menit.

"Selesai. Ayo" ajak Juno menarik tangan Sasa, lalu memberikan bungkus tissue basah itu pada Simon.

"Ish, sialan" celetuk Heli dengan wajah kesal menatap Juno yang membawa adiknya pergi.

Simon dengan wajah datar karena sudah lelah menatap lama wajah Heli yang merengut.

"Apa lihat-lihat?" Tanya Heli kesal pada Simon yang mengukir senyum palsu.

"Ganteng... beneran"

"Bacot, sialan"

•~•~•

"Jadi, gimana?"

"Apa gimana?"

Athy memicing, menatap Sasa dengan penuh kecurigaan. Wajah gadis itu sumringah, jejak make up masih tersisa di wajah polos Sasa.

Athy merogoh saku roknya, lalu mengambil tissue basah dari dalam sana.

"Lihat sini" ucap Athy memegang dagu Sasa, lalu menghapus bersih make up yang tersisa di wajah Sasa.

"Loh, ini apa? Masih ada? Kelihatan hancur gak, Thy?!"

Athy menganggukkan kepalanya kuat "Hancur banget"

"Apa?! Jadi, aku dari tadi kelihatan jelek dong?"

"No, No" Athy menggelengkan kepalanya "Kamu cantik. Mau di make-up jelek juga cantik"

"Modus"

Athy tertawa kecil, lalu kembali meraih dagu Sasa dan melanjutkan menghapus make up Sasa.

"Jadi, gimana? Kak Juno lihat gak kamu pakai make up gini?"

"eum" Sasa mengangguk kuat "Kak Juno juga fotoin make up aku"

Athy kembali tertawa kecil begitu Sasa tampak sumringah seperti Anak kecil yang baru saja diberikan permen oleh seseorang. Bagaimana gadis berumur Lima belas tahun itu tampak begitu polos? Bagaimana Sasa bisa begitu polos menganggap Juno memotret make up nya padahal jelas, laki-laki itu memotret wajahnya.

"Kak Juno juga yang bantu hapus make up aku tadi waktu gak di kasih masuk sama Kak Ketos"

"Apa?! Lihat kan? dia itu suka kamu!"

"Eiii? S-suka? Gak mungkin!" Sasa menggeleng kuat. Lalu, mengambil tissue di tangan Athy dan menghapus make up nya sendiri.

"Kenapa? Kenapa gak mungkin? Kamu cantik, baik, pinter..."

"Pinter apanya?..." Sasa menunduk dalam, ingatan tentang perkataan Farah tempo lalu masih teringat di kepalanya.

Perkataan Farah tentang Sasa yang mirip dengan pacar Juno dulu. Jika memang demikian dan jika memang Sasa mengingatkan Juno akan gadis itu.

Berarti Kak Juno gak suka aku, tapi dia masih suka sama Kakak itu.

"Aaa, kenapa? Kenapa? Apa salahnya anggap kak Juno suka sama kamu?"

"Lupain" ucap Sasa menghela napas nya berat.

Perasaan suka ternyata ngeselin juga.

"Apa? Kenapa murung?"

"Cuma..." Sasa tersenyum kecut ke Athy "Gimana kalau kita beli jajan?"

"Jajan? Ooo, Jajan! Iya, ayo. Mau jajan apa tapi kamu yang bayar ya?"

"Eiii?" Sasa memicingkan matanya, membuat Athy tersenyum ketir "Oke. Tapi, kamu yang pesen ya"

Senyum Athy merekah, lalu dia beranjak bersama Sasa dari perpustakaan menuju ke kantin.

Di perjalanan menuju ke kantin, Sasa bertemu dengan seseorang membuatnya membalikkan langkah kembali ke kelas.

"Sa! Sasa!"

Eri menyekal tangan Sasa dengan raut wajah penuh rasa bersalah.

"Apa? Kamu siapa?"

"Aku mau minta waktu kamu sebentar"

Sasa berdecih dengan wajah malas. Sasa menarik tangannya dari genggaman Eri, lalu menarik tangan Athy untuk pergi Dari sana.

"Maaf!"

Langkah Sasa terhenti dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maafin aku!"

Sasa berbalik dengan air mata yang berkumpul di pelupuk matanya.

"Maaf untuk apa? Ngajak aku ke gudang cuma buat dipukulin? Nuduh aku godain Cio? Atau..."

Air mata Sasa luruh dengan bayang-bayang kejadian yang masih membuat mentalnya jatuh.

"Ngebiarin mereka yang mencoba sebarin gambar aib aku, padahal kamu tau semuanya?"

•~•~•~NEXT

1
Mawar_Jingga
halo kak salam kenal🤗like dan komen mendarat ya mampir dan ikuti "sepotong sayap patah" di tunggu y happy reading☺️
sabana
sampai sini dulu, jangan lupa mampir di "cinta dibalik Heroin" dan "Bintangku"
Helmi Sintya Junaedi
lanjuuuut,,,
【Full】Fairy Tail
Terima kasih penulis hebat
La Otaku Llorona <33
Ditunggu cerita baru selanjutnya ya, thor ❤️
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Jangan-jangan aku udah terjebak obsession sama tokoh di cerita ini😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!