NovelToon NovelToon
Always Loving U

Always Loving U

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Ketos / Perjodohan / Nikahmuda / Teen Angst / Teen School/College / Tamat
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Net Profit

📢📢WELCOME DI ZONA BUCIN NGGAK ADA OBAT😛😛

Memiliki segalanya tak membuat Lengkara Ayudia merasa hidupnya sempurna. Paras cantik, otak cerdas, orang tua kaya raya namun jodoh yang sudah ia dapatkan sejak lahir tak pernah melihatnya sebagai wanita. Bukan karena lelaki itu tak menyukainya, tapi di mata Dirga dia seperti adik yang harus selalu dilindungi. Naas bukan? saat lelaki lain mati-matian mengejarnya dia malah repot-repot menggapai cinta tetangga depan rumah.

"Dirga, My Dirgantara.... udah cinta belum sama Kara?"

"Seperti arti nama lo, Kara. Jatuh cinta sama lo tuh Lengkara banget. Mustahil."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Boneka

Keputusan Dirga membawa Kara masuk ke dalam sebuah toko boneka seperti boomerang untuk dirinya sendiri. Toko yang didominasi warna pink itu benar-benar hanya berisikan pengunjung perempuan saja, dirinya menjadi satu-satunya lelaki yang tentu menjadi pusat perhatian gadis-gadis yang mayoritas masih mengenakan baju putih abu, bahkan beberapa dari mereka ada yang berseragam putih biru. Entah apa yang dibicarakan gadis-gadis yang menatapnya kemudian berbisik-bisik sambil tersenyum, yang jelas hal itu membuat Dirga merasa tak nyaman.

Dirga mengikuti Kara yang masih berjalan kesana kemari entah mencari apa.

“Ih gemoy gemoy gemoy...” Kara memegang beberapa boneka, memeluknya sebentar tapi kemudian meletakkannya kembali.

“Lo mau yang mana, Ra? Buruan deh ambil terus bungkus.” Ucap Dirga.

“Dari tadi cuma di pegang-pegang terus di taruh lagi.” Lanjutnya sambil membenarkan letak boneka yang baru saja dikembalikan ke rak oleh Kara.

Kara masih terus berjalan, “nggak tau, Bang. Adek mau liat-liat aja.”

“Buruan deh! Risih bener gue disini diliatin mulu.”

“Sabar dong, Abang. Katanya apa pun bakal diturutin, adek kan masih mau liat-liat.” Ucapnya dengan wajah yang dibuat semanis mungkin.

Ck! Dirga hanya berdecak seraya mengacak rambutnya sendiri.

“Huh! Kara emang nggak bisa dikasih ati dikit langsung ngelunjak.”batinnya.

“Abang sini deh!” teriak Kara dari pojok toko.

“Ih malah diem aja.” Gumam Kara kemudian berjalan menghampiri Dirga yang bersandar di salah satu rak.

“Sini Bang.” Makin banyak pasang mata pengunjung yang menatap ke arahnya tak membuat Kara malu, ia justru mengandeng tangan Dirga dan menariknya ke pojok toko.

“Jangan panggil abang abang mulu ngapa, Ra!” gerutu Dirga namun tetap mengikuti Kara.

“Kenapa? Kan kakak gue. Setelah gue pikir-pikir ternyata lucu juga manggil abang. Udah gue anggap jadi panggilan spesial deh.” Jelas Kara.

“Ambilin itu bang, adek nggak nyampe.” Kara menunjuk boneka warna pink yang terletak di rak paling atas.

“Lo manggil abang sekali lagi gue tinggal nih!” ketus Dirga. Alih-alih menuruti permintaan Kara, dia justru berdiri di pojok toko sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

“Hih!! Ya udah deh. Gue nggak manggil abang lagi.” Ucap Kara.

“Katanya kakak adek tapi di panggil abang nggak mau. Lama-lama gue pusing tau ngimbangin lo yang angin-anginan, Ga.”

“Lo tuh kadang baik kadang ngeselin. Kumat-kumatan tau!” Kara ikut bersandar di rak yang berada di dampingnya. Dia melipat kedua tangannya di dada seraya mengamati Dirga yang tampak datar seperti biasanya.

“Suka tiba-tiba marah padahal gue nggak salah apa-apa, kadang juga tiba-tiba baik kayak sekarang. Aneh tau, Ga!”

“Terus yang lebih aneh lagi, kok bisa gue tetep suka sama lo meskipun ya lo tau sendiri sikap lo ke gue Ga. Lo pake pelet apa sih, Ga?”

“Pelet... pelet... pelet!! Lo kira kita hidup di zaman apa masih pake pelet segala. Ada juga pelet ikan tuh di rumah, kalo mau ambil aja.” Balas Dirga.

“Ish kok pelet ikan sih. Maksud gue tuh kali aja lo ke mbah dukun gitu makanya gue bisa sampe klepek-klepek kayak gini.”

Dirga beranjak dari tempatnya dan menoyor kening Kara cukup keras, “bisa-bisanya otak lo mikir kesana, Ra.”

“Sakit ih Dirga.”

Ck! Dirga berdecak dan mendekatkan wajahnya pada Kara. Ditiupnya 2 kali kening berponi itu hingga pemiliknya menatapnya dengan bengong.

“Udah gue tiup, sembuh lah.” Usapan lembut di kepalanya membuat Kara semakin mematung.

“Malah bengong! Mau nggak bonekanya?” Dirga sampai menepuk bahu Kara karena dia diam saja.

“Hah apa?”

“Hah heh hoh aja terus, dasar santen sachetan!”

“Bonekanya mau yang mana? Jadi beli apa nggak?”

“Ih kok ngeselin sih manggilnya!” protes Kara.

“Jangan ikut-ikutan kayak Ririd deh manggil gue kayak gitu. Adek lo juga santen sachetan tuh si Sasa.” Lanjutnya seraya berjalan menuju pintu keluar.

Dirga menarik tas Kara hingga gadis itu berhenti.

“Gitu aja ngambek. Sini tadi mau minta ambilin yang mana?” Ditariknya kembali Kara ke tempat mereka berdebat sebelumnya.

“Yang itu.” Kara menunjuk boneka pink di atas sana.

“Bukannya ini sama kayak yang di kamar lo?” Dirga mengambilkannya dan memberikan boneka itu pada Kara. Gadis itu langsung memeluk bonekanya erat.

“Emang. Tapi yang ini lebih gede.” Kara melihat price tag boneka itu.

“350 ribu.” Ucapnya lirih kemudian meletakan boneka itu ke rak.

“Kenapa di simpen lagi sih? Lo nggak niat beli?” tanya Dirga.

“Pengen sih, Ga. Tapi uang gue kurang.” Kara ingat betul uang yang ia miliki sekarang hanya 300 ribu. 200 ribu uangnya dan 100 ribu uang ganti beli cappucino cincau dari Dirga tadi. Uang jajan yang sudah ia kumpulkan sebelumnya sudah habis digunakan untuk membeli ARMY BOMB dan beberapa foto post card BTS diakhir liburan lalu bersama Sasa.

“Kurang 50 ribu pinjem uang lo dulu yah, Ga?”

“Ambil, gue yang bayar.” Dirga membawa boneka itu ke kasir.

“Ih jangan lah, Ga, Ntar gue dikira cewek matre lagi. Kata mami nggak boleh minta-minta kecuali di kasih. Besok minggu gue kesini aja sama mami sekalian mami belanja mingguan, ntar gue minta beliin.”

“Gue ngasih.” Balas Dirga yang sudah berdiri di depan kasir dan membayar boneka itu.

“Nih!” Dirga memberikan boneka besar itu pada Kara.

“Takut lo kepikiran terus nggak bisa tidur.” Lanjutnya.

“Makasih, Dirga.” Kara memeluk boneka itu erat-erat.

“Tapi setelah gue pikir-pikir sebenernya nggak apa-apa kalo gue minta ini itu sama lo, kan calon istri.”sambungnya.

“Nggak usah ngelunjak jadi anak, kita pulang sekarang!”

“Tapi gue masih pengen nonton, Ga. Kali aja bisa praktek kiss muah muah di kegelapan gitu. Kayaknya romantis banget gitu, kayak di drakor yang suka gue tonton bareng micin.”

“Kebanyakan nonton Drakor otak lo jadi korslet! Lagian kalo gue nonton sama lo juga nggak bakal deh praktek adegan cium mencium nggak jelas kayak gitu.”

“Yakin?”

“Yakin lah. Buruan pulang keburu ujan. Lo tuh kebanyakan ngomong, gue tinggal lagi nih.”

“Ya kalo ujan nggak apa-apa biar makin so sweet ujan-ujanan bareng calon suami. Uwuw gitu... kali aja tadi pagi gagal uwuw terus bisa terealisasikan sekarang.” Kara mulai senyum-senyum tak jelas sendiri sambil memeluk bonekanya.

“Kara!!”

“Iya-iya pulang deh.” Kara berjalan cemberut di belakang Dirga.

Tiba di parkiran Kara menunggu di pintu keluar sementara Dirga mengambil motor, dia masih setia memeluk boneka bt21 cooky jumbo barunya.

“Udah belum?” tanya Dirga sebelum melajukan motornya.

“Bentar, Ga. Ini bonekanya gimana? Susah banget dah.” Kara masih mencari posisi ternyaman. Itu boneka jumbo di simpen di tengah ngalangin dia buat meluk Dirga, disimpen di samping susah dipegangnya.

Dirga melepas tas gendongnya dan memindahkannya ke depan.

“Bonekanya taruh tengah aja. Ribet amat.”

“Kalo bonekanya di tengah gue pegangannya nggak bisa meluk dong. Ngalangin.” Keluh Kara.

“Mana tangan lo?” Dirga mengambil tangan Kara dan menempelkannya pada ujung baju seragam.

“Nah ini masih bisa. Lo pegangan ke baju gue aja nggak usah peluk-peluk lagian gue nggak bakal ngebut.” Terangnya.

Di belakang sana Kara makin cemberut namun tetap memegang ujung seragam Dirga, “gagal uwuw lagi.” Batinnya.

Tadi dari sekolah cuma megang ujung baju Dirga gara-gara sepanjang jalan sibuk nutupin kaki pake tas supaya nggak sedekah paha mulus, eh sekarang pas baju udah mendukung malah ini boneka ngalangin.

1
༻♛A̷͙ͭͫ̕ḑ̴̞͛̒ỉ͔͖̜͌r̴̨̦͕̝a̤♛༺
ceritanya seru kalau bisa tentang sasa di buatkan keknya menarik ku tunggu cerita tentang simicinnya 😁
Net Profit: rencana mau aku buat tapi nunggu destined for u tamat dulu
total 1 replies
Alfi Alfi
Luar biasa
Naya
ora mudeng
Rita
👍
Fina Fitriani
serruuuuu bgt ceritanya,,dr awal baca kisah ibunya sekrg anak nya si santen kara... lucu dan gemesin semua bacanya...lanjut ah .. next bacanya nya. ditunggu kelanjutan cerita anaknya santen kara ya Thor💪💪👏😍
Muliana
Luar biasa
rosesarered
hahahahaha
irma hidayat
kalau dasar nya baik ga mungkin serakah , s Deva dasarnya ga tahu diri aja
irma hidayat
nikahkan aja
irma hidayat
ngakak ini mh
irma hidayat
calon suami cadangannya anak zidan
irma hidayat
kasian kaleng ha...ha...ha gasesuai inginnya
irma hidayat
ha.ha..ha nguji banget dirga
fajar Rokman.
yeee kangen sama si kara...klo lagi galau .. novel inilah obatnya. udah berkali2 ku baca tp g bosen2. hehe ini novel karyamu yg pertama AQ baca mak author sampe penasaran AQ baca semua karyamu ..ayo thor berkarya lagi AQ tunggu novel barumu
Jeissi
siswa yang mengandalkan beasiswa tapi kenapa jadi ga tau diri ya
Jeissi
aku juga jadi suka bts deh kalo btsnya yang itu 😆
Jeissi
dosa nih papi rama, baru nikah udah disuruh pisah rumah 🤣
Jeissi
semoga dirga bisa sesabar papi rama 😆
Jeissi
aku kalau jadi kara lama² capek juga sih 😅
Jeissi
kan anaknya jas jus 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!