NovelToon NovelToon
Menantu Ibu

Menantu Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Nikah Kontrak / Mengubah Takdir
Popularitas:203.6k
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Kontrak kerja Tya di pabrik garmen akan segera berakhir. Di tengah kalut karna pemasukan tak boleh surut, ia mendapat penawaran jalur pintas dari temannya sesama pegawai. Di hari yang sama pula, Tya bertemu seorang wanita paruh baya yang tampak depresi, seperti akan bunuh diri. Ia lakukan pendekatan hingga berhasil diajak bicara dan saling berkenalan. Siapa sangka itu menjadi awal pilihan perubahan nasib. Di hari yang sama mendapat dua tawaran di luar kewarasan yang menguji iman.
"Tya, maukah kau jadi mantu Ibu?" tanya Ibu Suri membuyarkan lamunan Tya.
"HAH?!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Berdasarkan Ilham

Diaz mengekori mobil Alphard ayahnya yang dikemudikan oleh Husain, orang yang sudah tahu alamat rumah Tya. Ia membawa mobil sendiri dan memutuskan mengajak Devan, sahabatnya atas inisiatif sendiri bukan disuruh Ibu. Dengan pertimbangan agar aktingnya semakin meyakinkan. Mengingat setelah hari ini, berita lamarannya akan sampai ke adik durjana. Begitulah ia menyebut Boby yang selama ini selalu mengobarkan perang dingin. Tak pernah akur dan memang tak sudi untuk akur dengan saudara seayah yang hobinya hura-hura.

"Kudis, ini beneran nggak salah alamat?" Devan menatap Diaz yang memelankan laju mobil begitu masuk ke halaman yang rumahnya sederhana, mengikuti mobil Alphard. Ia dan Diaz biasa memanggil nama gaul dalam percakapan santai sehari-hari.

"Nggak lah."

"Selera lo turun?"

"Lo tahu sendiri mantan-mantan gua nggak ada yang waras. Diajak komitmen malah maunya living together. Mana gua bukan orang pertama di kehidupan dia. Yang terakhir si Gena, you know lah. Gua bukan orang alim tapi gua punya prinsip no sex before marriage. Mending cewek dari keluarga sederhana aja."

"Dan lo yakin cewek baru lo ini suci? Sorry to say, jangan tersinggung. Bahkan pacaran bebas zaman now udah merambah sampai ke pedesaan. Banyak kasus MBA di pedesaan. Jangan lupa kalau gua pernah riset itu buat bahan skripsi dulu."

"Pilihan Ibu nggak akan salah. Soalnya cewek yang pernah gua ajak ke rumah nggak ada satupun yang disukainya." Diaz bersiap turun usai berkaca lewat spion.

"Kudis...lo dijodohkan?" Mata Devan terbelalak lebar.

"Bukan. Gua yang kenalin ke Ibu. Dan Ibu langsung suka. Udahlah jangan bawel. Lo nilai sendiri nanti gimana dia." Diaz buru-buru turun karena melihat orang tuanya sudah bersalaman dengan Bisma dan Susan di teras. Tapi tak terlihat sosok Tya.

Huft! Hampir aja gua keceplosan. Pake bilang pilihan ibu segala. Harusnya penilaian Ibu.

Diaz menghampiri orang tuanya. Memasang senyum ramah saat menyalami Bisma dan Susan. Ia tak lupa memperkenalkan Devan sebagai sahabatnya.

"Mas Bisma, Mbak Susan, calon mantu saya di mana?" tanya Suri dengan wajah yang cerah ceria.

"Ada di dalam, Bu. Mari silakan masuk."

Rombongan Diaz masuk dan duduk di gelaran karpet. Husain masuk paling akhir dengan membawa lima kotak hantaran dalam model hidden hantaran dengan warna kain coklat muda berhias rangkaian bunga estetik—disimpan di meja kosong sesuai arahan Susan.

Di dalam kamar, Tya mendengar jelas suara-suara orang berbincang. Ia sudah tahu jika Diaz dan keluarganya sudah datang. Sempat mengintip sebentar dari jendela. Ia keluar kamarnya menunggu intruksi Susan.

Tya...ini akting. Jangan grogi. Biasa aja ya. Berikan senyum terbaik biar calon ayah mertuamu terpesona. Sekarang ini yang harus ditaklukkan adalah Bapak Hilman. Biar dia ngasih restu.

Tya menarik napas dari hidung, hembuskan perlahan lewat mulut. Berulang sebanyak empat kali.

"Nesha, tante Tya cantik nggak?" Tya sengaja mengajak Nesha menemaninya di kamar. Sang keponakan sudah berdandan cantik dan imut dengan rambut dikepang dua.

"Cantik lah."

"Cantik aja atau cantik banget."

"Cantik banget. Kan Tante udah didandanin sama Bunda. Jadi seperti hmm....seperti jendela."

"Cinderella kali." Tya melotot.

Nesha cekikikan tertahan. "Tante ayo tanyain juga sama si Joko. Nanti si Joko jawabnya apa. Hihihi."

Tya menjawil hidung Nesha dengan gemas. Gini nih kalau punya keponakan stres.

Gagang pintu berputar perlahan seiring pintu yang terdorong dan terbuka separuhnya. Susan masuk dan berdiri di belakang pintu. "Dek, ayo keluar. Pangeran Diaz sudah datang."

"Mbak, ih." Tya memasang wajah tersipu malu karena lagi-lagi sang kakak ipar menggodanya sambil menyipitkan mata dan tersenyum kecil. Akting berlaku tidak hanya saat bersama Diaz, tetapi juga saat bersama keluarganya.

Maafin aku ya, Mbak, Kak Bisma. Aku harus mainkan peran ini demi kebahagiaan kalian juga. Tunggu hasilnya pokoknya.

Tya berdiri, mengusap sisi bajunya yang sedikit kusut sebelum melewati pintu kamar. Tidak memakai kebaya tetapi gamis polos warna nude dengan tangan model balon dan aksen pita di pinggang kiri. Hijab pasmina dengan warna naik lebih tua, membingkai wajahnya yang dipoles dengan make up minimalis karya kakak iparnya.

Di ruang tengah.

"Pak, Bu, mohon maaf penyambutannya apa adanya. Mohon maaf juga duduknya lesehan. Kursinya tidak muat untuk semua orang." Bisma menyampaikan kejujuran tidak sekadar basa basi. Ia sedang menilai apakah orang tua Diaz mau menerima kesenjangan status sosial yang jauh ini.

"Nggak apa-apa, Mas. Saya lebih suka lesehan gini. Jadi lebih santai ngobrolnya," sahut Hilman yang menjawab dengan inisiatif sendiri.

Semua mata tertuju pada orang yang baru saja keluar dari kamar. Suri yang paling ekspresif menyambut Tya yang lalu mencium tangannya.

"Masya Allah! Calon mantuku pangling sekali. Cantik banget, nak." Suri memeluk dan mencium kedua pipi Tya. "Nih, kenalan dulu sama ayahnya Diaz."

Tya menatap pria paruh baya yang duduk di sebelah kanan Ibu Suri. Gurat tampan dan kharisma tergambar jelas di wajah. Ia mengangguk sopan lalu mengulurkan tangan. "Perkenalkan namaku Tya, Om."

"Berapa usiamu, Nak?"

"Desember nanti 22, Om." Tya masih duduk bersimpuh di hadapan orang tua Diaz. Belum beringsut ke tepi.

Dari tempat duduknya, Diaz tak sedetik pun memalingkan tatapan. Tetap mengunci pandangan pada Tya. Ingin mendengarkan percakapan si calon istri dengan ayahnya. Tapi fokusnya terganggu oleh sikutan yang mengenai lengannya. Membuatnya menoleh.

"Cakep, njir. Spek ukhti soleha. Dia punya sepupu nggak?" Bisik Devan. Sayangnya, Diaz tidak menanggapi—malah kembali meluruskan pandangan.

"Hm, Diaz September kemarin genap 26. Kalian beda 4 tahun seperti saya dan ibunya Diaz. Dulu juga kami nikah umur 26 dan 22. Ya kan, Bu?" Hilman menoleh menatap Suri.

"Iya, Yah. Berasa mengulang sejarah ya." Suri tersenyum simpul. Menikah langsung hamil. Menjadi sejarah bahagia yang sementara sebelum akhirnya suaminya minta izin poligami saat Diaz baru berumur 3 tahun.

Tya beringsut pindah duduk ke sebelah kiri Bisma. Melirik sebentar ke arah Diaz. Melempar senyum manis dan mengerjapkan mata dengan cara slow motion.

Lah. Mas Diaz disenyumin malah kaget bukannya balas senyum. Mainkan aktingmu, bos.

"Kudis, dia yang senyum, gue yang salting. Sorry ya," bisik Devan yang lalu menyeringai karena Diaz menoleh dan melotot tajam.

"Gimana kalau nikah bulan ini aja? Melihat aura Tya, saya langsung dapat ilham. Diaz dan Tya harus nikah tanggal 24 Oktober." Ucapan Ilham bukanlah pembuka diskusi. Melainkan sebuah keputusan tegas yang harus disetujui.

"Ah, Ibu setuju banget, Yah. Lebih cepat lebih baik. Maklum... kekhawatiran seorang ibu. Zaman sekarang godaan setannya kuat. Kalau udah nikah, bebas mau pergi pacaran kemana pun. Diaz gimana?" tatapan Suri beralih pada Diaz.

"Aku sih minggu depan juga siap." Diaz menjawab lugas lalu mengulas senyum tipis.

"Ini maaf ya sebelumnya. Sebenarnya Diaz bilang siap minggu depan tuh karna takut pacarnya aku tikung, Tante." Devan menyeringai jahil saat Diaz menyikutnya dan yang lain mentertawakan.

"Mas Bisma, Mbak Susan, gimana setuju ya? Jangan pikirkan biaya nikah. Biar saya yang urus dan tanggung semuanya." Jelas Suri penuh semangat.

"Saya serahkan keputusannya ke Tya." Bisma menatap adiknya yang sekilas terlihat tampak bingung.

"Boleh bicara dulu sebentar dengan Mas Diaz?"

1
Rahma Inayah
hukumannya pasti cium km tya🤭🤭
bundanya Fa
modusmu mas.... pasti nanti hukumannya yg aneh2 gitu.
bundanya Fa
penurut sambil mikirin strategi berperang. 🤭
bundanya Fa
ibu suri kepo. 🤣🤣🤣
tidur bareng itu maunya ibu suri kaaan.... sabar ya ibu. 🤭
bundanya Fa
lari kayak dikejar setan beneran kan tya.... setannya mas dias. 🤣🤣🤣🤣
bundanya Fa
malam pertama sdh mulai muncul hilal cintanya ke tya kaaan....
bundanya Fa
haha... siksp terbukanya tya nih juga bikin dag dig dug dias.😄😄
astri chan
haduhhh bacanya nanti apa ya kalau udah banyak
Mamah Eneng
hukumnya pasti di cium🤭
Dhesy Echa
cium🤣🤣🤣
mamak"e wonk
suka dgn karakter tya
Wiwi Nurwiyah
jangan biling hukuman nya dicium🤭
Wiwi Nurwiyah
😄😄😄😄😄👍👍
Wiwi Nurwiyah
boleh ketawa lebar gak tya?
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwi Nurwiyah
diratukan mertua ini mah ceritanya😄🤭🤭🤭
Hera Wati
selalu suka alur ceritanya thanks ka nia
Wiwi Nurwiyah
joko selalu dihati,,,,kudis aja kalah🤣
Wiwi Nurwiyah
hmmm...sombong dijadiin obat stres,,ntar kalo kontrak nya udh habis kamu yg stres karna gak bisa melupakan tya😄😄🤭
Wiwi Nurwiyah
tya kenapan,,,takut ternoda ya mata nya,,padahal kan udh sah mau dilihat juga🤭
Wiwi Nurwiyah
hati" kudis,,nnti lama lama terbiasa dgn tingkah tya dan kamu susah buat melupakan tya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!