Always Loving U
Sambil bersenandung kecil ia mengaitkan satu persatu kancing baju putihnya kemudian memasukan ujung baju itu ke dalam rok supaya rapi, tak lupa untuk gesper dan dasi juga ia kenakan dengan baik. Meskipun sering datang tak tepat waktu tapi soal penampilan dia selalu nomor satu, pasalnya lelaki yang menjadi calon suaminya itu merupakan ketua osis most wanted SMK Persada, idaman semua umat lah.
“Kara, cepetan turun! Nanti kamu terlambat di hari pertama masuk sekolah.” Ketukan pintu diiringi suara sang mami yang super stereo membuatnya buru-buru memasukan beberapa buku baru dan ponselnya ke dalam tas.
“Siap, mamiku tersayang.” Jawab seorang gadis dengan name tag Lengkara Ayudia yang terpasang di seragam putih abu yang saat ini ia kenakan.
“Suara mami udah ngalahin alarm ponsel gue dah!” gerutunya yang masih sibuk menatap penampilannya dari dalam cermin.
“Lip tint udah oke, rambut oke, udah sip lah cus kita otw.” Selorohnya seraya mengambil tas dan berjalan dengan riang menyusuri tangga.
“Kara, mau kemana kamu? Sarapan dulu!” teriakan maminya kembali terdengar saat dia melewati ruang makan begitu saja. Tujuan saat ini memang ke ruang makan, tapi bukan ruang makan di rumahnya melainkan ruang makan di rumah tetangga yang tepat berada di depan rumahnya.
Kara meniup poninya hingga rambut yang menutupi keningnya itu naik turun terkena hembusan angin. Dengan malas ia menghampiri papi, mami dan adik kesayangannya yang super menyebalkan.
“Tumben lo udah bangun, Wan!” sapanya begitu duduk tepat di samping Ridwan, si jelmaan malaikat penjaga surga tapi kalo ngomong super irit kayak papinya.
“Hm.” Balas Ridwan cuek bebek seperti biasanya.
“Hm hm hm aja terus lo kalo ngomong. Udah kayak cenayang gue kalo ngomong sama lo, mesti nebak-nebak. Lo kalo ngomong irit banget dah. Ngalahin pertamax iritnya.” Cibir Kara.
“Lo kalo ngomong merembet terus kayak pertalite tumpah terus ketemu api, kagak padam-padam dah kecuali dah abis. Nyerocos terus tuh bibir kecuali kalo lagi merem doang baru berhenti.”
“Pi, tuh Ririd nggak sopan sama aku.” Adunya pada Rama yang hanya menghela nafas panjang. Pemandangan seperti ini sudah tak aneh lagi baginya. Bahkan hampir setiap pagi kedua anaknya itu selalu ribut. Kara yang cenderung mirip dengan maminya sangat cerewet, suka mencari perhatian dan tak mau kalah. Sedang putra bungsunya persis seperti dirinya, cuek dan berbicara seperlunya.
CK! Ridwan berdecak dan beranjak berdiri dari tempat duduknya. Laki-laki yang berjarak dua tahun dengan kakaknya itu merupakan siswa di kelas sepuluh salah satu SMA ternama di kota kembang. Dia mengenakan tasnya dan menyalami kedua orang tuanya secara bergantian.
“Woy, sama gue kagak salaman?” protes Kara yang merasa tak dianggap.
“Males banget dah salaman sama santen sachetan.” Jawab Ridwan yang berlalu kabur sebelum sepatu kakaknya melayang.
“Buset dah punya adek kagak ada akhlak banget.” Cibir Kara.
“Tuh, Pi. Gitu akibatnya kalo si Ririd kebanyakan main ke rumah Om Karak, jadi seenaknya aja ngeganti nama orang.” Adunya tak terima, meskipun anak pertama tapi Kara memang cenderung manja.
“Masa aku di samain sama santen sachetan yang cuma tiga ribuan itu, Mi.” Jesi hanya menanggapinya dengan senyuman.
Kara sejak tadi hanya ngoceh-ngoceh tanpa menyentuh makanannya, “Kara berangkat dulu yah Mi, Pi.” Dia menyalami Jesi dan Rama bergantian.
“Tapi kamu belum sarapan, sayang…” teriak Jesi, tapi anak gadisnya itu terus berjalan cepat meninggalkan rumah.
“Kara!” teriaknya lagi.
“Aku makan di rumah calon mertua, Mi.” balas Kara dengan sedikit berteriak, tak kalah keras dengan suara maminya.
Jesi menggelengkan kepala melihat tingkah anak pertamanya.
“Ya ampun dede bayi gemoy kita, udah gede aja. Tapi kok ngeselin yah?”
“Iya kayak maminya dulu.” Balas Rama.
“Canda, Mi.” Rama buru-buru mencubit gemas pipi si mami sebelum mode ngambeknya on. Meski sudah memiliki dua anak, istrinya itu tetap menggemaskan di mata Rama.
Sementara itu di luar sana, Kara berjalan menuju rumah yang tepat berada di depan rumahnya. Rumah mewah yang setipe dengan rumah milik papinya itu memang selalu terbuka lebar untuk dirinya.
“Assalamu’alaikum…” ucapnya begitu masuk dan langsung berjalan ke ruang makan.
“Pipipip calon mantu datang…” lanjutnya seraya bersenandung mengikuti tren lagu aplikasi tok tok yang booming beberapa waktu kebelakang.
“Eh ada calon mantu mommy, sini duduk sayang.” Miya menepuk kursi di sampingnya.
“Kara duduk di sini aja, mom. Deket my Dirgantara.” Jawabnya setelah mendaratkan diri di samping Dirga. Anak pertama Ardi dan Miya yang sudah dijodohkan dengannya sejak bayi.
“Kamu itu kalo kesini bisa nggak jangan nyanyi papap pipip papap pipip calon mantu terus, Ra. Lama-lama daddy jadi hapal tau.” Ucap Ardi.
“Nggak apa-apa atuh, Dad. Kan beneran calon mantu ini.” Balas Kara dengan senyum mengembang. Dia memang sudah seakrab itu dengan keluarga Dirga. Bagaimana tidak? Mereka tetanggaan dan sejak TK satu sekolahan. Apalagi dengan adiknya Dirga, si micin. Eh Sasa maksudnya, Wah Kara sudah benar-benar satu frekuensi, mereka sama-sama penggila Drakor dan deretan pria tampan anggota boyband negri gingseng. Tapi sayang gadis yang seusia dengan Ridwan itu pagi kini tidak kelihatan, sepertinya sudah berangkat sekolah lebih dulu.
“Kara mau sarapan pake apa? Nasi goreng atau roti, sayang?” Tanya Miya.
“Samaan kayak Dirga aja, Mom.” Balas Kara yang matanya tak sengaja bertemu pandang dengan Dirga. Dia langsung tersenyum semanis mungkin pada Dirga.
“Ga, gue manis yah?” tanyanya penuh dengan percaya diri.
“Manis banget lah yah, masa nggak sih!” lanjutnya menjawab sendiri.
“Ya kan?” Kara memamerkan lagi senyumannya.
“Ya manis.” Ucap Dirga lirih sambil mengunyah roti tawar yang sudah diolesi selai kacang cokelat.
“Tuh kan…” Kara semakin memamerkan senyumannya.
“Maksud gue rotinya yang manis, bukan senyuman lo! Senyuman lo mah anyeb, Ra. Cengar-cengir nggak jelas doang lo.”
Jawaban Dirga langsung merubah senyum di wajah Kara menjadi mengerucut, bibir mungilnya kian semakin menggemaskan saat dia cemberut. Ardi yang sedang menyeruput kopinya saja sampai tersedak karena tertawa melihat Kara yang sudah melambung penuh percaya diri mendapat pujian dari putranya dan langsung jatuh ke dasar terdalam.
“Daddy ih! Nggak banget deh anak Daddy.” Seperti biasa Kara selalu mengadu setiap kali merasa diejek oleh calon suaminya itu.
“Daddy juga ih malah ikutan ketawa. Kesel dah.” Lanjutnya dengan bibir yang semakin mengerucut manyun.
Dirga yang sejak tadi melihatnya tak sadar tersenyum, “imut.” Batinnya.
“Udah-udah biarin aja, nih calon mantu Mommy makan dulu sarapannya.” Miya yang tau betul mood gadis di depannya itu mudah berubah langsung memanggilnya dengan sebutan calon mantu, sesuai dugaannya gadis itu langsung tersenyum riang lagi.
“Mommy emang paling the best.” Ucap Kara seraya mengacungkan jempolnya.
“Udah jangan ngoceh-ngoceh terus, buruan abisin sarapannya! atau gue tinggal nih?” Dirga sudah beranjak dari tempat duduknya.
“Abisin dulu. Gue tunggu di luar. Jangan lama-lama!” Ucapnya karena melihat Kara yang baru mengigit rotinya satu kali tapi mau ikut beranjak meninggalkan meja makan.
Kara buru-buru menghabiskan sarapannya kemudian menyalami Ardi dan Miya.
“Kara berangkat sekolah dulu yah.” Pamitnya dan segera menyusul Dirga ke halaman rumah.
Kara bernafas lega mendapati Dirga masih menunggunya dengan sabar meskipun dia pernah beberapa kali ditinggalkan.
“Udah sarapannya?” Tanya Dirga dan Kara mengangguk.
“Bagus deh. Jadi lo nggak punya alesan buat pura-pura pingsan pas upacara ntar!”
“Tapi gue udah rencana mau pura-pura pingsan lagi, Ga. Lo gendong yah ntar kalo gue pingsan.”
“Ogah. Hari ini gue tugas jadi pemimpin upacara, lo jangan pura-pura pingsan dulu dah!” Ucap Dirga.
“Lo kagak bosen apa dua tahun sekolah sering banget pura-pura pingsan pas upacara? Belum lagi kalo pas jadwal si merah, mesti gue ngerondain lo di UKS.” Keluh Dirga.
“Ya itung-itung latihan jadi suami siaga, Ga. Latihan ngejagain calon istri dari sekarang.” Jawab Kara tanpa dosa.
Dirga mengacak gemas rambut Kara, “gue kurang gimana jagain lo selama ini, Ra? Buat gue lo kayak si Sasa, adek gue.”
“Ih kok disamain sama si micin sih? Gue nih calon istri lo, Ga!”
“Adek!”
“calon istri!” balas Kara tak mau kalah.
“Adek!”
“Tau ah, ngambek gue!” Kara melipat tangannya di depan dada sambil menatap kesal pada Dirga yang sudah naik ke atas motornya.
“Ya udah ngambek aja sono. Gue tinggal. Bye!” Dirga langsung menarik gas motornya hingga motor sport terbarunya meninggalkan halaman.
Kara mendengus kesal dia tidak mengira Dirga akan benar-benar meninggalkannya.
“Dirga!!!” Teriak Kara seraya berlari ke luar halaman, dia melepas sepatunya dan melemparkannya pada Dirga namun tak kena. Pemuda itu hanya melirik Kara yang marah-marah di belakang sana melalui spion.
.
.
.
.
Yuk mari temenin Kak Lengkara, si santen sachetan yang sedang berusaha menggurihkan hidup wkwkwkkwk.
Jangan lupa tinggalin jejak kalian.
tampol jempol, lope sama komentarnya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
ALIKA🥰🥰CHEN ZHE YUAN.LIN YI
seson 5.dirgantara rahardian.lengkara.anak miya .ardi.rama.jasjus
2024-05-10
0
Qaisaa Nazarudin
Aku suka baca kisah novel alurnya anak SMA sama pria dewasa,Kalo sama2 skolah ntar harus LDRan karna kuliah ke luar negeri,Pulang2 malah udah berubah haluan,Ada juga yg ku baca,pulang2 nya bawak binik/calon bini,Terus yg menunggu nya sekian lama di tanah air nya apa kabar..
2024-04-14
0
aisyah
aku baca ulang kak net
2024-02-28
0