NovelToon NovelToon
IKATAN SUCI YANG TERNODA

IKATAN SUCI YANG TERNODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Mengubah Takdir / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Romansa pedesaan
Popularitas:157.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Niatnya mulia, ingin membantu perekonomian keluarga, meringankan beban suami dalam mencari nafkah.

Namum, Sriana tak menyangka jika kepergiannya mengais rezeki hingga ke negeri orang, meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil – bukan berbuah manis, melainkan dimanfaatkan sedemikian rupa.

Sriana merasa diperlakukan bak Sapi perah. Uang dikuras, fisik tak diperhatikan, keluhnya diabaikan, protesnya dicap sebagai istri pembangkang, diamnya dianggap wanita kekanakan.

Sampai suatu ketika, Sriana mendapati hal menyakitkan layaknya ditikam belati tepat di ulu hati, ternyata ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Isyt : 03

Sekian detik tak ada tanggapan, baru setelahnya terdengar nada datar, seperti orang malas mengobrol dengan sosok tak disukainya. “Kowe ndak lagi aneh-aneh disana ‘kan?”

Mata Sriana menyipit, suaranya terdengar lirih nan dalam. “Maksudmu opo to Mas? Aneh piye?”

“Ndak biasanya sok manja gini, apa dirimu sudah berbuat hal gila di belakangku? Main serong, selingkuh dengan pria lain lewat jarak jauh, atau punya gendakan disana, iya Sri? Ngaku Kowe!” ia meninggikan suaranya, selayaknya suami pencemburu.

“Ya sudah lah Mas, kalau keinginanku cuma buat kita ribut, dituduh tanpa bukti, lebih baik tak tutup saja panggilan ini. Assalamualaikum!” Dia tekan kuat tombol hijau, sambungan pun seketika terputus.

Satu menit hingga sepuluh menit – tak ada respon dari pria nan jauh di kampung halaman sana. Sriana menatap nanar ponsel yang dia genggam erat, harapannya pupus. Ternyata sang suami sama sekali tak berusaha membujuk, enggan menelepon balik atau sekadar mengirim pesan.

“Harus sampai kapan ya Allah? Hamba lelah terus-menerus dituduh berselingkuh, boros, tak beretika, menantu durhaka, istri pembangkang.” Bahunya bergetar, dia melipat tangan diatas lutut, membenamkan wajah pada celah tangan.

‘Ya Rabbi … hanya Engkau yang maha tahu, mendengar, serta adil. Hamba mohon berikan petunjuk-Mu – bertambahnya hari, semakin dekat garis finish dan masa kontrak kerja habis, mengapa sifat mas Agung sangat jauh berbeda,’ pintanya sungguh-sungguh dalam hati.

Puas menangis, dan nenek yang dia jaga mengigau – Sriana beranjak dari pojok ruangan. Berniat untuk kembali tidur, karena esok pagi harus kembali bekerja.

***

Keesokan harinya – lembaran kertas bergambar Singa, digenggam oleh Sriana. Dia baru saja mendapatkan gaji setelah satu bulan bekerja, menahan rindu menggebu-gebu kepada sang buah hati, keluarga, bertarung dengan suasana hati tak menentu, belum lagi lelahnya fisik dipaksa kuat mengurus lansia, memasak untuk tiga orang termasuk dirinya sendiri, membereskan hunian yang dikerjakan asal-asalan oleh Triani.

Kakak sepupunya termasuk pemalas, nyapu tak bersih, mengepel lantai cuma bagian yang terlihat mata, menyikat kamar mandi masih tertinggal noda hitam, memasak asal matang, mengurus bobo sesuka hatinya sendiri.

Terpaksa Sriana turun tangan, bisa dibilang dia yang bekerja, dan sang sepupu menikmati gaji buta. Pernah suatu ketika dirinya protes, malah dibilang kacang lupa akan kulitnya. Sebab, ia bisa sampai kerja keluar negeri yang proresnya tak mudah, memakan waktu dan harus masuk PT ketenagakerjaan, semua itu berkat uluran tangan Triani.

Maka dari itu, Triani menuntut balas budi dari Sriana.

“Mbak, aku titip uang ini – tolong kirim ke no rekening ku yang sudah tercantum di komputer tempat pengiriman uang, ya?” Ia memberikan beberapa lembar uang berwarna krem campur coklat.

Triani menerimanya, menghitung cermat. “Lah, uang lemburmu kok ndak dimasukkan ke rekening juga? Untuk apa disimpan dolar?”

“Ya untuk jaga-jaga, Mbak. Siapa tahu aku ada keperluan mendadak, terus kebutuhan pribadiku banyak yang habis _”

“Joh boros-boros Sri! Bertahun-tahun kerja og ndak nampak hasile. Rumah mu ya masih gitu-gitu aja, motor pun nggak kebeli!” sindirnya, lalu pergi keluar rumah hendak belanja ke pasar sekalian mengirim uang.

Sriana menghela napas panjang, mencoba untuk tersenyum walaupun raganya sudah benar-benar letih, hatinya juga luar biasa lelahnya.

Dia mengajak sang nenek untuk berjemur di halaman sempit depan rumah menggunakan kursi roda. Sriana berjongkok, berhati-hati memotong kuku mulai panjang.

Tangan berkerut itu, mengelus pucuk kepala pembantunya yang ditanggapi oleh senyuman manis.

“Mbak Sri!” panggil sebuah suara bernada sedang.

Sriana menoleh, tersenyum menatap gadis berumur dua puluh lima tahun yang bekerja sama sepertinya. Mereka bertetangga. “Mau ke pasar, Ka?”

“Iya, Mbak. Pean ada mau nitip ndak?” ia menawari, dirinya dekat dengan wanita berambut sebahu ini, merasa nyaman karena kepribadiannya yang hangat, peduli.

“Gorengan di warung Indonesia – dua puluh enam dolar ya, kan dapat enam. Nanti dirimu ambil tiga. Aku mau tahu susur, bakwan, sama risol.”

“Alhamdulillah rejeki anak sholeh. Yo wes tak jalan dulu ya, Mbak Sri.” Eka pun melangkah keluar dari halaman rumah berpagar tidak tinggi.

“Loh, Ka. Uangnya belum tak kasih lo?” teriaknya sedikit keras seraya melihat ke kanan dan kiri, takut ada yang terganggu oleh suaranya.

“Nek mung traktir recehan, rah sah Mbak. Mbesok wae kalau pean mau tak jak libur bareng, hitung-hitung makan nasi Padang harga 180 ribu rupiah baru mantep!” seru Eka, diapun melanjutkan berjalan kaki ke pasar yang tidak begitu jauh dari sini.

Sriana pun mencebik, Eka memang sebaik itu. Sering membelikan camilan khas Indonesia yang dijual di warung khusus menjual produk negara mereka.

.

.

Sriana memeriksa M banking nya, dan mendapati saldo sudah bertambah. Bergegas membagi gajinya untuk suami, jatah anak, ibu, bapak mertua, terakhir adik iparnya.

Belum ada lima belas menit, ponselnya langsung berdering. Suaminya menelepon, dan Sri dapat menebak apa yang mau dikatakan.

Baru saja dia menggeser layar hijau, sudah disambut suara ketus sang ibu mertua.

“Sri! Kok jatah Ibuk ndak dilebihkan? Dua juta mana cukup, bapakmu pun sibuk mau beli Ayam jago untuk diadu Minggu depan!”

"Uangnya sudah habis dibagi-bagi, Buk. Mas Agung katanya mau bayari kolam ikan Lele, terus Ambar minta kalung_”

“Halla ... bilang saja dirimu ndak sudi memberi, okeh men alesane! Gajimu kan sebulan tiga belas juta, itu belum ditambah uang lembur. Sudah dibagi pun masih banyak sisanya, tambahi lima ratus ribu, sama belikan jamu bapakmu, dia ngeluh badannya pegel-pegel_”

Sriana menyela, sudah kepalang emosi. “Maaf Buk, bulan ini cuma segitu yang bisa tak kirim. Aku disini ya butuh pegangan, beli pembalut, yo pengen jajan juga, gak terus-terusan kerja tapi sepeser pun ndak menikmati. Untuk beli gorengan saja kadang mikir sepuluh kali, Buk. Mbok yo tolong pengertiannya!”

“Oh … sudah berani membentak yo kamu! Dasar menantu durhaka, pantas saja wajahmu jadi jelek ndak ketulungan – wong sifatmu pun sama buruknya!”

"Astaghfirullah Buk … pembalutku habis, belum lagi _”

“Ndak usah pakai pembalut, zaman Ibuk dulu disumpel potongan handuk bekas ya ndak apa-apa. Masih hidup sampai sekarang! Ibuk nggak mau tahu, tambahi lima ratus ribu, biar kalau anakmu minta jajan diwarung bisa langsung tak bayar, ndak ngutang!”

Sambungan telepon langsung dimatikan secara sepihak.

Gigi Sriana bergemeletuk, kedua tangan mengepal, rasanya dia ingin berteriak lantang.

Selalu seperti ini, mereka cuma menghubungi setiap akhir bulan untuk meminta jatah, dan awal bulan – memastikan uang itu sudah dikirim apa belum jika notifikasi penerimaan terlambat terkirim. Setelahnya, tenang – seolah sosok Sriana tak berguna, cuma sekadar nama.

***

Beberapa hari kemudian, Triani pulang dari libur dengan wajah berseri-seri. Dia memamerkan seuntai kalung yang membuat ritme jantung Sriana berdebar tidak karuan.

‘Bukannya itu kalung yang kapan hari diminta oleh Ambar?’

.

.

Bersambung.

1
bunda fafa
ada ya seorang ibu mendukung putri nya jd pelakoorrr 😏
SasSya
semoga dalam lindungan Nya za kalian nok_leeee
semoga berhasil ambil Semua yg berharga,🤲🤲🤲
SasSya
baguuuuuusss
ada paparazi
lek Dimas?
bunda fafa
ibu macam apa ita ini??🤦🤦kok justru nyuruh anaknya minta dinikahin si mokondo yg notabene suami keponakan nya sendiri 🤦
SasSya
najoong!!!!🤮🤢


naaaaaa kaaannnn
sudah lama hubungan mereka
SasSya
2 keluarga bedeb** kranjingan tenan!!!
🤬🤬🤬🤬🤬

part Iki misuh troooosss kak cublikkkkk 😆😆😆
astagfirullah astagfirullah astagfirullah astagfirullah
mamaqe
waduh apapun itu moga anak soleh dan solehah dilindungi
SasSya
Mammi????
haduuuwww seketika ngakak
🤣🤣🤣🤣maaf zaaa✌️✌️✌️
Treek Treeekkkk
bunda fafa
gak bakalan..Sri sdh pintar..km yg akan jd kere dan gembel
SasSya
seolah 12 THN yg sia2 za Sri....
sekarang mulai menata dr awal
pelan tpi pasti keluar dari jeratan laki2 gak guna!
SasSya
di butakan apa kamu dulu Sri,
sampai mau nikah dgn laki2 mokondo?
apa ada campur tangan Ita mbokne Tri?
maya ummu ihsan
cuih.. cuih...💦💦
SasSya
13 hari tak tunggu
akan ada kegemparan apa?🤔
SasSya
joosss
bener kui Sri 👍👍👍
Anis Jmb
😭😭😭
SasSya
🤢🤢🤮🤮🤮🤮🤮
langsung muntah ke mukamu gooooonggggg
SasSya
conggor muu guungg
ngarang kentang 🥔

opo mau lewat hape
emange Trisundel, muaaaaaaakkkkk 🤢🤢🤢
SasSya
setta* tenan Koen Gung 🤬🤬🤬🤬🤬🤬
tensi meroket huasy* Kowe guuunggg!!!!

astagfirullah astagfirullah astagfirullah
SasSya
yg kerja siapa
yg ngitung gaji siapa!
SasSya
mengimbangi drama si laki busuk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!