Lanjutan dari novel Reinkarnasi Pendekar Dewa
Boqin Changing, pendekar terkuat yang pernah menguasai zamannya, memilih kembali ke masa lalu untuk menebus kegagalan dan kehancuran yang ia saksikan di kehidupan pertamanya. Berbekal ingatan masa depan, ia berhasil mengubah takdir, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menghancurkan ancaman besar yang seharusnya merenggut segalanya.
Namun, perubahan itu tidak menghadirkan kedamaian mutlak. Dunia yang kini ia jalani bukan lagi dunia yang ia kenal. Setiap keputusan yang ia buat melahirkan jalur sejarah baru, membuat ingatan masa lalunya tak lagi sepenuhnya dapat dipercaya. Sekutu bisa berubah, rahasia tersembunyi bermunculan, dan ancaman baru yang lebih licik mulai bergerak di balik bayang-bayang.
Kini, di dunia yang telah ia ubah dengan tangannya sendiri, Boqin Changing harus melangkah maju tanpa kepastian. Bukan lagi untuk memperbaiki masa lalu, melainkan untuk menghadapi masa depan yang belum pernah ada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkatan Beladiri
Kata itu menghantam Wu Ping lebih keras daripada tamparan apa pun. Pendekar Bumi Puncak. Bukan awal. Bukan menengah. Bukan pula sekadar melangkah setengah kaki ke ranah itu.
Dada Wu Ping terasa sesak. Ia menarik napas, namun udara seolah tidak cukup masuk ke paru-parunya. Kakinya melemas tanpa ia sadari, dan ia berlutut, kali ini bukan karena hormat, melainkan karena naluri seorang pendekar yang sadar betul akan jurang kekuatan di hadapannya.
Wu Ping tahu. Ia sangat tahu apa arti seorang pendekar bumi di Kekaisaran Shang.
Di seluruh kekaisaran, pendekar suci sudah dianggap langit. Sosok yang dapat menentukan hidup mati sebuah sekte kecil atau kelompok kecil lainnya. Namun pendekar bumi… itu adalah eksistensi puncak. Pilar sejati yang menopang kekuasaan sebuah kekaisaran.
Bahkan di masa kejayaan Kekaisaran Shang sekalipun, jumlah pendekar bumi bisa dihitung dengan jari.
Wu Ping menelan ludah dengan susah payah. Dalam ingatannya, para sejarawan istana hanya pernah menyebut pendekar bumi sebagai “penjaga takhta dari generasi terdahulu”, sosok-sosok yang hidup terlalu lama hingga keberadaannya menjadi kabur antara fakta dan mitos. Ada yang mengatakan mereka telah gugur. Ada pula yang bersumpah mereka bukan berasal dari Kekaisaran Shang, melainkan makhluk tua yang hanya singgah sementara.
Namun pendekar bumi puncak? Wu Ping bahkan tidak tahu apakah dalam beberapa ratus tahun sejarah Kekaisaran Shang, pernah ada orang asli kekaisaran ini yang benar-benar mencapai ranah itu.
Tangannya gemetar ketika menekan lantai.
“Yang… Yang Mulia…” suaranya serak. “Apakah… apakah Anda serius?”
Shang Mu tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya melirik ke arah Sha Nuo sekilas.
Tatapan itu singkat. Sangat singkat. Namun pada detik itu juga, Wu Ping merasakan sesuatu yang membuat darahnya membeku. Bukan tekanan aura. Bukan niat membunuh. Bahkan bukan fluktuasi energi. Melainkan kehampaan mutlak. Seolah-olah hukum dunia di sekitar Sha Nuo bisa runtuh kapan saja jika pria itu menginginkannya.
...*******...
Tingkatan Ranah Kultivasi Pendekar di alam ini.
- Pendekar Dasar adalah seseorang telah menguasai jurus dasar beladiri. Mereka mengandalkan kekuatan fisik, namun belum mampu menggunakan tenaga dalam.
- Pendekar Pertama adalah pendekar dasar yang telah membuka dantiannya. Mereka sudah mampu menggunakan tenaga dalam dalam pertarungan.
- Pendekar Menengah adalah pendekar pertama yang telah membentuk setidaknya enam puluh lingkaran tenaga dalam.
- Pendekar Ahli adalah pendekar yang telah memperkuat dirinya hingga batas ototnya telah mencapai tingkatan kawat, dan tulang tingkatan baja. Pendekar ahli memiliki minimal seratus dua puluh lingkaran tenaga dalam.
- Pendekar Raja adalah pendekar ahli yang telah memperkuat dirinya. Kekuatannya setidaknya menyamai sepuluh pendekar ahli.
- Pendekar Suci adalah pendekar raja yang berhasil membuka gerbang meridian pertama. Butuh sumber daya yang cukup besar untuk mencapai ranah kultivasi ini.
- Pendekar Bumi adalah pendekar suci yang telah membuka sepuluh titik gerbang meridiannya. Saat berada di ranah ini, seseorang dapat mengolah tenaga dalam jenis lain bernama qi.
- Pendekar Langit adalah pendekar bumi yang telah mengumpulkan minimal sepuluh ribu lingkaran qi. Kehadirannya dianggap mampu menggetarkan langit.
- Pendekar Alam adalah pendekar langit dengan kemampuan mengguncang dunia. Pada saat seseorang menembus ranah kultivasi ini, bumi akan bergetar hebat dan terjadi gempa dimana-mana. Seakan-akan sedang menyambut kelahiran pendekar alam.
- Pendekar Dewa adalah tingkatan pendekar di atas semua makhluk fana. Hanya dengan tatapan mereka, makhluk hidup tunduk. Alam pun menghamba, awan-awan menutupi mereka dari matahari agar sang dewa tak terusik dan marah.
Sedangkan untuk tingkatan tulang manusia di alam ini sebagai berikut.
Tingkatan Tulang dalam Dunia Beladiri:
- Tulang Kayu
- Tulang Besi
- Tulang Baja
- Tulang Perunggu
- Tulang Perak
- Tulang Emas
- Tulang Berlian
...******...
Wu Ping tersentak. Kesadarannya kembali seperti disiram air dingin. Hampir tanpa berpikir, ia segera menundukkan tubuhnya lebih dalam.
“Maafkan saya, Tuan Nuo!” ucapnya tergesa, suaranya bergetar. “Saya sungguh tidak tahu bahwa kau adalah pendekar paling kuat di rombongan ini. Jika tadi ucapan atau sikap saya tidak sopan....”
Belum sempat Wu Ping menyelesaikan kalimatnya, Sha Nuo sudah tertawa ringan. Tawanya santai, sama sekali tidak menunjukkan aura seorang eksistensi puncak.
“Tenang saja,” kata Sha Nuo sambil melambaikan tangan. “Aku tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti itu.” Ia berhenti sejenak, lalu sudut bibirnya terangkat sedikit. “Lagipula, monster yang sesungguhnya bukan aku.”
Sha Nuo melirik ke depan. Mata Wu Ping mengikuti arah lirikan itu tanpa sadar. Pandangannya bergerak, bertemu dengan tatapan Sha Nuo yang penuh makna, lalu bergeser ke sosok pemuda yang sejak awal duduk paling tenang di sana. Boqin Changing.
Pemuda itu masih duduk dengan posisi yang sama. Punggung tegak, tangan diletakkan santai di atas meja, wajahnya datar tanpa emosi berlebihan. Tidak ada tekanan aura. Tidak ada fluktuasi tenaga dalam. Namun justru ketenangan itulah yang kini membuat jantung Wu Ping berdegup semakin kencang.
Tubuhnya mulai gemetar. Seorang Pendekar bumi puncak… mengakui bahwa ada seseorang di depannya yang lebih kuat darinya?
Wu Ping menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering. Ia kembali melirik ke samping, ke arah Shang Mu, seolah berharap ada penyangkalan. Namun Shang Mu hanya mengangguk pelan. Gerakan kecil itu sederhana, tetapi maknanya menghantam batin Wu Ping. Itu benar.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tanpa menunggu lebih lama, Wu Ping segera membalikkan tubuhnya menghadap Boqin Changing dan menunduk dalam-dalam.
“Maafkan aku, Tuan Muda,” ucapnya dengan penuh hormat. “Aku benar-benar buta. Jika ada kata atau sikapku yang lancang sejak tadi....”
“Tidak masalah.”
Suara Boqin Changing terdengar tenang, hampir datar. Tidak ada nada marah. Tidak pula nada merendahkan.
Ia sedikit mengangkat tangannya.
“Duduklah kembali.”
Wu Ping terdiam sesaat, lalu dengan patuh kembali duduk. Namun kali ini, punggungnya jauh lebih tegang, dan sikapnya benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tidak ada lagi kesan santai seorang pendekar pengembara. Yang tersisa hanyalah kehati-hatian seorang pria yang sadar sedang duduk di hadapan makhluk di luar jangkauannya.
Boqin Changing menatapnya lurus.
“Baiklah,” katanya perlahan. “Jadi… mulai dari mana kau bisa bercerita?”
Wu Ping terdiam cukup lama. Dadanya naik turun perlahan, seakan ia sedang menimbang bukan hanya kata-kata, tetapi juga konsekuensi dari setiap kalimat yang akan keluar dari mulutnya.
Akhirnya, ia menghela napas panjang.
“Jika Tuan Muda memang ingin tahu…” suara Wu Ping terdengar lebih rendah dari sebelumnya, “maka aku akan menceritakan semuanya. Tidak ada lagi yang kusembunyikan.”
Ia mengepalkan tangannya di atas lutut, seolah menahan sesuatu yang selama ini terkubur di dadanya.
Wu Ping mengangkat kepalanya perlahan. Sorot matanya tidak lagi sekadar takut, melainkan dipenuhi kenangan pahit yang jelas belum memudar.
“Empat tahun lalu…” ucapnya pelan, seolah takut kata-kata itu sendiri bisa membangunkan sesuatu. “Suasana di kota ini benar-benar kacau. Tidak seperti kerusuhan biasa. Bukan perkelahian antar sekte. Bukan pula penjarahan.”
Ia menelan ludah, lalu melanjutkan dengan suara yang lebih berat.
“Aku bahkan masih ingat persis tanggalnya. Jamnya juga.” Tangannya mengepal tanpa sadar. “Hari ketujuh bulan ketiga. Menjelang tengah malam.”
Shang Mu sedikit menyipitkan mata.
“Malam itu,” Wu Ping meneruskan, “langit kota memerah oleh api. Ribuan orang muncul entah dari mana. Mereka bergerak rapi, terlatih, seperti pasukan yang sudah berlatih bertahun-tahun. Target mereka hanya satu, kediaman Keluarga Feng.”
Wu Ping menarik napas dalam-dalam.
“Mereka mengepung seluruh area. Tidak menyerang sembarangan. Tidak menjarah. Mereka hanya berteriak satu hal.” Suaranya merendah, menirukan gema malam itu. “Serahkan Pangeran Shang Yuan.”
Ruangan mendadak terasa lebih dingin.
“Mereka mengatakan Keluarga Feng menyembunyikan sang pangeran. Bahwa selama Shang Yuan masih hidup, Kekaisaran Shang tidak akan pernah benar-benar jatuh. Serangan itu… bukan untuk membunuh semua orang. Hanya untuk memaksa.”
Wu Ping menggeleng pelan.
“Keluarga Feng menolak. Dan pertarungan pun pecah.”
Belum sempat Wu Ping melanjutkan ceritanya, Shang Mu tiba-tiba berdiri setengah dari duduknya. Matanya membelalak, napasnya tertahan.
“Tunggu,” katanya tajam. “Kau bilang… hari ketujuh bulan ketiga? Menjelang tengah malam?”
Wu Ping terdiam, lalu mengangguk.
“Benar, Yang Mulia. Aku yakin.”
Wajah Shang Mu berubah pucat. Ia perlahan duduk kembali, suaranya kini rendah namun sarat tekanan.
“Kalau begitu…” ia menghela napas panjang. “Hari penyerangan ke Kediaman Keluarga Feng itu… adalah hari yang sama dengan penyerangan ke istana.”
Wu Ping membuka mulut, tetapi kata-kata tak langsung keluar. Wajahnya perlahan berubah. Seolah potongan-potongan ingatan yang selama ini terpisah, kini dipaksa menyatu.
“Jadi…” gumamnya. “Bukan kebetulan…”
Boqin Changing, yang sejak tadi hanya mendengarkan dengan tenang, akhirnya berbicara.
“Dengan kata lain,” ucapnya datar, namun setiap katanya menghantam tepat sasaran, “pemberontak telah memecah kekuatan mereka.”
Ia menatap Wu Ping tanpa berkedip.
“Satu kelompok menyerang istana untuk menciptakan kekacauan dan menarik perhatian seluruh kekuatan utama. Kelompok lain bergerak secara bersamaan ke kediaman Keluarga Feng… untuk menangkap Pangeran Shang Yuan.”
Boqin Changing bersandar sedikit ke kursinya.
“Serangan ganda. Waktu yang sama. Target berbeda. Tujuan satu.”
Ruangan kembali sunyi. Namun kali ini, keheningan itu bukan sekadar tekanan. Melainkan awal dari kebenaran besar yang perlahan mulai tersingkap.
💥💥💥💥
🔥🔥🔥