Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.
Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIMPANAN KAPTEN 3
Berbeda dengan azura yang saat menjejalkan tubuhnya ke balik selimut yang terasa hangat, Ia langsung tertidur pulas, tanpa menunggu regan menyelesaikan mandinya.
Kini regan yang akhirnya keluar dari dalam kamar mandi setelah seribu tahun meringkuk disana,eh.
Segera naik ke atas ranjang yang sama dengan azura dan ikut menjejalkan tubuhnya dibalik selimut.
Ia segera memeluk gadis itu dari belakang. Pelukan yang awalnya biasa saja, kini semakin erat. Namun, gadis itu tak bergeming. Nafasnya teratur, tanda Ia masih tenggelam dalam mimpinya.
Regan berusaha memejamkan mata, namun usahanya yang sia-sia itu, akhirnya Ia akhiri setelah sejam Ia melakukannya.
Kini naluri seorang pejantan tangguh, sudah menenggelamkan kewarasannya. Ia mulai memberanikan diri memasukkan tangannya kedalam kaos yang dikenakan azura dan menjamah salah satu bukit kembar azura yang masih terbungkus kacamata pelindungnya.
Ia mulai meremasnya perlahan, sambil berbisik di telinga gadis itu.
"Istriku, aku udah gak kuat, yuk... Bangun yuk!"
Azura menggeliat tak sadar dengan posisinya saat ini.
"Jangan banyak gerak, ntar si itingnya ngamuk!" ujar Regan sembari menyandarkan bagian bawah tubuhnya ke tubuh sang dokter dengan sedikit gerakan menekan, sehingga azura membuka matanya, karena merasakan tekanan dari rudal sang Kapten.
Saat membuka mata, azura segera tersadar, apa yang sedang terjadi, namun Ia pun tidak memiliki kuasa untuk menolak, sebab kini, Ia telah resmi menjadi istri sang kapten, dan dirinya halal bagi sang kapten, menurut hukum agama Islam.
"Ka-kapten!" lirih azura.
"Regan panggil saya Regan, saya suami kamu. Jangan cemas," ujar Regan menenangkan istri sirinya itu.
"Re...," azura masih merasa sungkan untuk menyebutkan nama itu. Ia segera terdiam. Namun, sentuhan demi sentuhan dibalik selimut itu, membuat azura pun tak mampu bertahan, sehingga desahan halus lolos dari mulutnya.
Mendengar hal itu, Regan kian lepas landas. Ia tidak ingin menyia-nyiakan momen ini. Ia segera membalikkan tubuh azura, dan mulai melumat bibir sensual azura, yang terlihat sangat menggiurkan.
Ciu man yang awalnya lembut, berubah semakin dalam dan lebih dalam lagi. Membuat keduanya terlena dalam irama yang mereka ciptakan sendiri.
Tak sadar, baju yang dikenakan azura kini sudah terlepas dari tubuhnya. Regan segera melepaskan celana pendek yang dikenakan gadis itu, sehingga menyisakan segitiga dan kacamata pelindung tubuh wanita itu.
Azura sudah tidak dapat berfikir lagi. Dia begitu tenggelam dan diam-diam menyukai sentuhan sang kapten.
Kini Regan mulai melepaskan kacamata pelindung itu, sehingga kedua benda kenyal itu, terpampang sempurna didepan matanya. Ia begitu mengagumi keindahan tubuh sang dokter.
"Ouhh... Ra, aku sudah gak kuat!" lirih Regan yang sudah tidak menyebutkan dirinya dengan sebutan 'saya' lagi.
"Aku istrimu Kapten! Lakukan saja, jika kau ingin melakukannya sekarang. Aghh...," ujar azura yang disertai desahan, sebab tangan Regan kini sudah menurun dan menyentuh area sensitif milik azura.
"Udah ba sah sayang"
Mendengar perkataan Regan, sontak azura menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Regan tersenyum 'nakal', wajah merah merona azura betul-betul candu ditatapan penuh gairah menggebu-gebu pria itu.
"Ra...," suara Regan kian serak.
"Aku suka, saat kamu dalam mode ini!" bisik pria itu, di kuping azura. Sehingga azura semakin malu dibuatnya.
"Hentikan Kapten," lirih azura.
Regan mulai melancarkan aksinya, Ia ingin membuka pelindung terakhir yang masih melekat pada tubuh gadis itu. azura pun sudah sangat pasrah, meskipun disudut hatinya, Ia masih berharap, pria itu mau menunda hal ini, sampai dirinya betul-betul siap.
Namun, saat tangan pria itu sudah memegang segitiga pengaman yang dikenakan azura, tangan azura refleks menahan gerakan tangan pria itu.
"Kapten...," Lirih azura dengan suara yang nyaris tak terdengar. Cekalan tangannya, tidak terlalu kuat. Ia nyaris hanya menyentuh tangan Regan dengan lembut. Hanya untuk memberi isyarat kalau dirinya masih belum siap.
Namun, Regan yang sudah dikuasai hasrat yang meninggi, tak mampu lagi menghentikan apa yang sudah Ia mulai ini.
"Aku akan melakukannya dengan lembut, kau tidak perlu takut," ujar Regan menenangkan gadis itu.
Akhirnya, azura melepaskan tangannya dan memberi akses lepas landas pada regan.
Dengan penuh semangat, pria itu ingin melepaskan pelindung itu, namun kini halangan lain pun datang, yakni dering handphone milik azura yang memecah kesunyian didalam kamar itu.
Regan menutup mata dan menegakkan tubuhnya. Wajahnya terlihat gusar, sehingga azura tidak berani meraih handphonenya yang Ia letakkan diatas nakas disamping ranjang.
Regan ingin meraihnya dan memberikannya pada azura namun dari nada dering khusus yang Ia stel, azura tahu, itu adalah panggilan dari ibunya.
Kini ada rasa takut yang mulai muncul bahkan mulai menyelimuti dirinya, karena apa yang hendak Ia lakukan ini.
"Jangan Kapten! Biarkan saja. I-itu... Panggilan dari Ibu." Ucapnya pelan sembari menutup mata.
Regan segera memastikannya, dan benar saja tulisan Ibuku dengan dua emot love yang mengapitnya, terpampang jelas disana. regan jadi merasa bersalah.
Ia tahu, azura sangat ingin menjawab panggilan itu, namun karena situasi mereka yang tidak memungkinkan membuat wanita itu mengurungkan niatnya.
"Ra... Jawab panggilannya, agar kau bisa mengetahui kondisi terkini ibumu." azura menggeleng cepat.
"Jangan Kapten, biarkan saja. Aku akan menelepon balik, nanti!" Melihat wajah sedih azura, sekejap saja, hasrat regan yang sudah sangat meninggi, akhirnya perlahan meredah.
"Jawab!" titah Regan sembari menyodorkan handphone itu ke hadapan azura. Namun, panggilan itu keburu terputus.
"Telepon balik!" tambahnya lagi.
"No regan, i can't!" airmata azura mulai berderai. Dan azura yang menyebutkan namanya barusan, membuat pria itu merasa bersalah. Kini dia bisa merasakan kegelisahan dan ketakutan gadis itu, karena telah melakukan hal besar ini, tanpa sepengetahuan ibunya.
Regan segera menarik selimut tebal itu, hingga menutupi seluruh tubuh azura. Ia segera membawa azura dalam pelukan hangatnya. Namun, bukan lagi pelukan penuh nafsu, melainkan pelukan hangat, untuk menenangkan hati gadis itu, yang sedang terisak, karena beban pikirannya yang begitu menyiksa.
"All Right, yuk kita tidur. Siang pertamanya, nanti ajah yah, istriku yang cantik!" Ucap Julian menenangkan azura.
"Makasih kap...,"
"Regan Ra, regan! Kau punya banyak waktu untuk memanggilku Kapten. Namun, saat seperti ini, aku ingin kau menyebutkan namaku."
"Mas gan, aku akan manggil kamu itu ajah, yah?!"
"Baiklah istriku, terserah kamu saja" balas regan sembari mengecup lembut pucuk kepala azura.
"Mas...,"
"Hmm!"
"Aku bantuin yah!?"
"Bantuin apa?"
"Keluarin, nanggung," ujar azura sembari menunjuk rudal Kapten tampan itu.
"Blow Job? Emang kamu bisa?"
"Aku seorang dokter Mas, aku tahu akibat menahan ejakulasi, tidak baik untuk kesehatan! Jadi aku akan berusaha semampuku, Bantu aku untuk ngarahin yahh!?"
Regan menggigit bibirnya dan tersenyum nakal.
"Ya udah, boleh, tapi aku sambil nyentuh itu yahh?!"
Wajah azura memanas, hingga ke telinganya memerah. "Gimana Sayang, boleh yahh?" tambah regan, yang membuat Azura semakin malu.
Namun, kali ini azura memberanikan dirinya, untuk menatap pria tampan yang sejak tadi terus saja menggodanya. Kedua manik dengan bulu mata yang begitu lentik, membuat azura begitu terpesona, dan tak akan bosan, menatap kedua mata yang terlihat sayu, karena aktivitas panas yang sedang mereka lakukan ini.
"Jangan nakal, Mas! Berhenti godain aku!" ujar azura pelan yang membuat regan sangat gemas.
Ia segera mencium lembut bibir gadis itu. azura pun segera membalasnya dengan sangat dalam, membuat regan membelalakkan matanya, sebab kini hasratnya kembali naik, menerima perlakuan itu.
Setelah hampir semenit mereka saling menikmati lumatan-lumatan yang membawa angin panas yang menerpa keduanya, kini azura yang segera memutuskannya lebih dulu, mulai bergerak turun, menyusuri setiap inci perut sixpack sang kapten, hingga berhenti disana.
"Ouuhh, Raaa...," erangan panjang itu, menandakan, betapa regan terbuai dengan sent uhan lembut sang istri di tubuhnya.
Azura segera menjalankan peran pertamanya sebagai seorang istri, pada pria yang sudah sangat berjasa dalam membantu pengobatan ibunya.
Setelah selesai melakukan hal itu, keduanya jatuh terlelap.
***
Waktu berlalu, malam di kota Wamena Papua, adalah malam terdingin di seluruh pulau Papua yang cenderung panas, karena letak geografis yang mendekati garis katulistiwa.
Kedua insan yang baru saja resmi menjadi sepasang suami istri itu, baru saja terbangun.
"Mas, Mas...!" panggil Azura, sebab pria itu sejak tadi terus memeluk tubuhnya dengan sangat posesif, dan tidak melepaskannya.
"Hmm," dehem regan.
"Aku kebelet pi pis, lepasin gak! Ntar aku ngompol loh ini," ujar azura dengan wajah yang memerah, menahan buang air kecil.
Regan tersenyum, lalu mengecup lembut pucuk kepala istrinya itu, dan melepaskannya.
Setelah selesai urusan di toilet Azura mengajak Regan untuk keluar dari kamar hotel.
"Udah malam mas, aku agak lapar. Cari makan yuk! Trus ada beberapa hal yang harus aku beli, kita belanja sekarang yah, biar besok pagi gak ribet, dan tinggal kembali ke pos." Lagi-lagi regan hanya berdehem untuk menjawab ucapan azura.
Mereka segera melakukan apa yang perlu dilakukan, agar mereka dapat kembali pagi-pagi sekali.
Setelah berbelanja semua kebutuhan dan mampir untuk mengisi perut, mereka segera kembali ke hotel tempat mereka menginap.
tambah seru nih