NovelToon NovelToon
BUKAN ANAK EMAS

BUKAN ANAK EMAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Keluarga / Karir / Kehidupan alternatif / Mengubah Takdir
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Seberapa tega orang tua kamu?

Mereka tega bersikap tak adil padaku namun segala macam kepunyaan orang tuaku diberikan kepada adikku. Memang hidup terlalu berat dan kejam bagi anak yang diabaikan oleh orang tuanya, tapi Nou, tak menyerah begitu saja. Ia lebih baik pergi dari rumah untuk menjaga kewarasannya menghadapi adik yang problematik.
Bagaimana kisah perjuangan hidup Nou, ikuti kisahnya dalam cerita ini.

Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KURANG MODAL

"Motor siapa?" tanya Nou saat pulang kerja ada motor matic baru, masih dibungkus dengan plastik di ruang tamu.

"Adik kamu," ujar ibu sembari membawa ember berisi koin yang akan dibagikan kepada anak tetangga, syukuran motor baru.

"Siapa yang bayar?" tanya Nou sembari mengerutkan dahi. Pasalnya Iin belum kerja, gak mungkin besi beli motor juga dapat uang dari mana. Perkara pinjol saja akhirnya dibayar ibu, belum lagi soal ponsel juga dibelikan ibu. Semakin hari kok semakin melunjak gini.

"Ibu. Gantinya dia gak kuliah di luar kota," ujar Ibu.

"Maksudnya?"

"Ya kan dia gak kuliah di luar, No'! Jatah kuliahnya kan bisa dialihkan ke beli motor."

Nou diam saja, meski dalam hati sedikit mendumel enak banget hidupnya Iin ya. Apapun dibelikan ibu. Sedangkan Nou kuliah saja juga dia masih bisa bayar sendiri. Beli motor DP diberi uang ibu, selebihnya cicilan bayar sendiri. Sedangkan Iin DP plus cicilan dibayar ibu.

"Kamu bisa bayar cicil motor kamu, tapi adik kamu gak bisa, No'!"

"Bukan gak bisa, tapi gak mau!" ujar Nou sekali lagi tak mau ambil pusing lah, dengan sikap ibu yang memberi kehidupan Iin level 10. Tanpa berusaha dia cukup minta saja.

Nou pun tetap bekerja sesuai tupoksinya. Setiap gajian ia juga menyisihkan untuk mengisi sembako untuk kebutuhan rumah, tak lupa memberi uang untuk ibu. "Gak usah, Mbak. Ibu masih punya uang pensiunan, tabung saja uang kamu."

"Gak pa-pa, Bu. Nou juga sudah ada jatah untuk menabung kok."

Ibu menghela nafas berat. Memegang tangan Nou, "Maaf ya. Ibu gak adil sama kalian," Nou mengerutkan dahi. Kenapa juga tiba-tiba bilang begitu, bukannya selama ini selalu kasihan pada Iin ya.

"Kenapa, Bu?" tanya Nou.

"Soal ponsel Iin sebenarnya ibu gak beli kan, No'."

"Terus?" Ibu mulai menceritakan soal Iin mengambil uang di ATM ibu dan Pak Satpam yang bilang saat ibu akan mengambil ATM. Jelas Nou langsung ngamuk, bisa-bisanya ibu masih melindungi Iin, malah membelikan motor baru.

"Ya Allah, Bu!" Nou sudah tidak habis pikir dengan ketegasan sang Ibu. Memberi sandaran pada Iin sangat totalitas meski dia salah. "Bu, ibu sekali-kali harus tega sama Iin, Bu. Gimana kalau dia nanti rumah tangga, punya suami yang gaji UMR, dengan gaya hidupnya yang begitu. Gimana kalau kerja, bisa-bisa korupsi Bu."

"Dia gak seberani itu. Dia berani ambil karena ambil uang ibunya sendiri."

"Bu, aku juga anak ibu. Tapi aku gak berani ambil uang ibu, tanpa minta Bu. Meski itu punya orang tua sendiri, tapi dia harusnya tahu batasan mana yang boleh diambil mana yang enggak. Apalagi uang 5 juta itu gak sedikit, Bu. Ya Allah!"

"Ya sudahlah, sudah terjadi!" Nou menggelengkan kepala, dalam sekejap Ibu membiayai gaya hidup Iin sampai 15 juta, mulai dari pelunasan pinjol, ambil uang ATM dan DP motor. Nou pusing tiba-tiba memikirkan kelakuan sang adik itu.

Terlebih setelah punya motor, hampir tiap weekend keluar. Untung ada sepupu Nou yang selalu laporan.

Mbak, Mbak Iin ke Tulungagung.

Mbak, Mbak Iin ke rumah pohon.

Mbak, Mbak Iin ke Trawas.

Hampir tiap weekend, Nou mendapat kiriman screen shoot status WA sang adik dari sepupunya. Kalau nomor Nou disembunyikan, nomor sang sepupu justru tidak, buat ajang pamer.

Nou tak mau ambil pusing, mengingatkan Iin sama saja memancing perkara, biarkan saja. Nou menggugurkan kewajiban sebagai seorang kakak, mengingatkan gaya pacaran melalui ibu saja. Beliau malah yang lebih berhak mengingatkan Iin.

"Iin kalau tiap weekend izin ibu pergi ke mana, Bu?" pancing Nou, sebelum menunjukkan foto Iin dengan sang pacar dari sepupu.

"Dia bilang mengerjakan tugas sama skripsi," ujar Ibu. Nou pun menunjukkan hasil tangkap layar kepada Ibu.

"Ada yang mau sama Iin?" tanya Ibu, Nou tertawa.

"Ya buktinya dia punya pacar."

"Kalau mau menikah, harus menunggu kamu dulu!"

"Gak perlu, Bu. Kalau dia mau menikah, silahkan dinikahkan saja. Gak usah menunggu, aku masih belum mau menikah. Aku masih ingin bekerja!"

"Jangan gitu, No'. Nanti jodoh kamu lama," ujar Ibu prihatin pada pemikiran si sulung. Sejak dulu enggan sekali untuk punya pacar, sebagai ibu tentu khawatir kalau Nou jadi perawan tua.

"Jodoh, mati, dan rezeki itu sudah diatur oleh Allah, Bu. Dilangkahi bukan berarti tak punya jodohkan, tinggal sabar saja. Lagian Nou masih mau menabung dulu. Pantang buat Nou pasca menikah masih merepotkan ibu."

Dugaan ibu benar, selang beberapa bulan saat Iin sudah menyelesaikan skripsinya. Ia bilang ke ibu kalau dia mau dilamar. Suaminya itu pegawai minimarket sejuta umat. Dianggap mapan oleh Iin. Ibu bimbang, ingin mengizinkan tapi bagaimana dengan Nou.

"Ya masa' Iin menunggu Mbak, Bu. Mbak gak ada niatan menikah juga," protes Iin seandainya ibu ngotot gak mau menikahkan Iin dalam waktu dekat.

"Kamu kenapa kok minta menikah cepat? Gak pengen kerja?" tanya Ibu, ingat saja kalau setiap weekend main sama pacar. Wajar ibu curiga.

"Ya ngapain lagi kalau gak nikah, Bu. Udah lulus kerja, aku loh sudah kerja selama ini."

"Kerja di mana?"

"Di TK dekat perumahan kecamatan, makanya aku minta motor."

"Lah kalau kamu sudah kerja berarti bisa bayar cicilan motor sendiri kan?"

"Kok gitu, Bu? Gajiku jadi guru TK cuma 600ribu. Nanti gimana bayar cicilan 500ribu, masa' iya cuma pegang 100ribu."

"Lah gitu kok kamu mau menikah."

"Nanti setelah nikah pasti ada rezeki lain, Bu. Lagian anak sudah punya niatan baik, gak boleh loh, Bu dilarang," ujarnya seperti biasa. Memaksa ibu sampai beliau mengiyakan keinginannya.

Ibu pun berpikir lama, sampai akhirnya mengajak Nou dan Iin diskusi. "Gimana No'?"

"Mbak awas ya sampai melarang aku," Nou ingin sekali menabok sang adik. Diam dulu kenapa sih, bikin jengkel saja.

"Silahkan, Bu. Sejak awal, Nou sudah bilang mengizinkan bila dilangkahi Iin."

"Tuh kan, Bu. Mbak Nou sadar diri lah, kalau belum mau menikah."

Nou diam saja, lebih tepatnya menahan untuk tidak berkata kasar pada sang adik ini. Konsepnya tuh dia sedang minta izin buat direstui menikah dulu an kan. Tapi nada bicaranya serasa menyudutkan Nou, seolah Nou gak ingin menikah.

"Adatnya kalau melangkahi Mbakmu, Pacarmu harus melamar dua!" ucap Ibu menjelaskan adat yang ada di desa ini.

"Lah kok, gitu! Enak di Mbak dong, kasihan Damar dong," protes Iin tak terima bila sang kekasih harus menyiapkan dua lamaran untuk dirinya dan Mbak Nou.

Nou hanya tersenyum saja. "Pengen nikah tapi kurang modal. Belikan gue sandal jepit saja, buat menghargai adat di sini."

"Mbak!" tegur Ibu yang tak suka Nou meremehkan kemampuan pacar Iin. Hanya saja Nou bicara fakta, harusnya tak marah dong.

1
kalea rizuky
kurang thor
Quinza Azalea
next
kalea rizuky
semua. ceritamu baguss rajin up ya thor q ksih hadiah deh
Lel: mksh bgt
total 1 replies
kalea rizuky
ibunya bloon
kalea rizuky
g jijik apa bos najis amat
kalea rizuky
ibunya gk waras
Lel: bnr kah
total 1 replies
Sri Wahyuni Abuzar
yaa salam..g abang nya g adik nyaa..udah pada kepincut pesona nou...
persaingan pengusaha muda vs dokter anak semakin kocak 🤣🤣
Lel: siap mengguncang dunia🤣🤣🤣
total 1 replies
Quinza Azalea
bagus banget
Quinza Azalea
lanjut thor
Quinza Azalea
alur ceritanya aku suka
Lel: terimksh kaka
total 1 replies
Septyana Kartika
pak Wi ati2 y....ada tikungan tajam nih
Lel: tajam banget ...mana adik sendiri lagi
total 1 replies
FiKiBiMi
lagi loh kak.. up sebanyak2nya atuh
partini
amit amit jabang bancet punya soudara demit itu kalau belum kena stroke ga bakal diem tuh mulut,pantas yah di dunia nyata banyak yg blokir karena ga tahan
weh Weh emang bosmu gendeng cembukur dia
partini
si ibu mu tuh yg ga mikir lah ,,amit amit jadi ortu kaya gitu nanti di hari tua sendirian ga ada yg ngurus anak tercinta mana mau ngurus
stop udah jangan di kirim lagi keterusan ga mandiri
Lel: gak salah kan ya
total 1 replies
FiKiBiMi
ya Allah, belom juge kak
FiKiBiMi
ya Allah, akunya nungguin ya Allah
FiKiBiMi
???
Sri Wahyuni Abuzar
dikiit nyaaa...lagi thoor 😉
muthia: di tunggu up nya🙏
total 2 replies
Jumi Saddah
👍👍👍👍👍👍
FiKiBiMi
dibanyakin kak. aku mah orangnya ngelunjak kak.
Lel: sabar ya buk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!