Karina adalah gadis sederhana yang di besarkan di keluarga yang hangat, namun sesuatu terjadi padanya ketika ia sedang bekerja, kejadian itu tak sengaja mempertemukannya dengan seseorang yang membuatnya terpana, dan jatuh hati. Apakah perjuangan cinta Karina akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3. Pangeran berjubah putih
Theo membawa Karina ke sebuah Hotel, ia Mondar mandir gelisah, karena Karina Yang belum juga Sadarkan diri. Tiba-tiba ia di kejutkan dengan suara ponselnya, tertulis nama kakaknya, Kian. "Kak Kian?"
"Kenapa kau belum pulang? ini sudah terlalu malam?" Tanya Kian dalam telpon
"S-sepertinya aku tidak akan pulang, Aku akan menginap di hotel bersama teman-temanku." Dusta Theo gelagapan.
"Baiklah." Kian terdiam beberapa saat mendengar Theo yang gelagapan. “Theo, apa semuanya baik-baik saja?”
“I-iya semuanya baik-baik saja.”
“Oke.” Kata Kian lalu menutup telponnya.
Setelah Kian menutup telponnya Theo menghela Nafas. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nafas perlahan-lahan mencoba untuk tenang, ia mendekati Karina yang masih tak sadarkan diri, Ia duduk disamping tempat tidur.
"Kau tidak matikan." Bisik Theo khawatir.
Perlahan Theo mendekatkan Telinganya ke dada Karina untuk mengecek detak Jantungnya, Tapi tiba-tiba saja Karina mulai membuka matanya dan seketika ia terperanjat ketika mendapati sebuah kepala berada tepat didadanya.
“AAA!...” Jeritnya, Seketika Karina langsung memukul kepala theo sampai Theo terjatuh.
"N-nona..." Ujar Theo seraya memegang kepalanya.
"Dasar lelaki hidung belang!" Kata Karina murka sambil memukuli Theo dengan bantal bertubi-tubi dan sesekali ia meninju wajah Theo.
"TUNGGU!...TUNGGU!" Teriak Theo kewalahan.
Karina berhenti, Nafasnya memburu karena emosi. Theo pun berdiri ia menjaga jarak dengan Karina.
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan oke! Aku hanya menolongmu. Tenang Oke...”
“Apa yang kau lakukan padaku?”
“Oke aku akan menjelaskannya, Jadi—“ Saat ia akan menghampiri Karina, Tiba-tiba saja Kaki Theo tersandung oleh ujung karpet, dan Theo langsung terjatuh tepat diatas tubuh Arin dan tak sengaja Bibir Theo pun ikut mendarat tepat dibibir Karina. Mereka Sempat terdiam beberapa detik, dan Theo mengangkat tubuhnya dan melepaskan bibirnya lalu menatap mata Karina yang Juga menatapnya.
"AAAA!" Teriak keduannya, Karina langsung mendorong Theo lalu memukuli Theo kembali.
Beberapa menit kemudian.
Theo terlihat duduk bersimpuh dihadapan Karina dengan wajah yang babak belur, begitu juga dengan Karina yang terlihat masih kesal dengan Rambut yang berantakan.
"Apa yang sudah kau lakukan padaku?" Tanya Karina.
"Bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu?” gumam Theo “Aku tidak melakukan apa pun, Aku hanya menolongmu" Ujar Theo yang menundukan kepalanya seraya terisak.
"K-kau menangis?" Tanya Karina terkejut.
"T-tidak." Balas Theo seraya menghapus air matanya dengan kasar
"Kau menolongku dari apa?" Tanya Karina.
"Saat aku dan teman-temanku bermain basket, Kau terkena lemparan Bola dan kau pingsan, Saat itu kau terlihat sangat mabuk karena kau sedang minum. Aku tidak tau harus membawamu kemana, Jadi aku membawamu ke hotel. Dan aku tidak melakukan apa pun padamu" Jelas Theo.
Karina hanya terdiam sambil menatap Theo sinis, ia bahkan bingung harus mengatakan.
"kau benar-benar tidak berbohong kan?"Tanya Karina.
"Tidak." Ujar Theo
"A-a aku hanya takut." Gumam Karina.
"Tidak apa-apa." Ujar Theo lalu beranjak.
"Aku harus pergi." Kata Karina.
Ketika Karina akan melangkah Tiba-tiba ia terjatuh, Kaki Kanannya terasa sangat sakit.
"Aw..." Rintih Karina sambil memegang kaki kanannya.
"Kau baik-baik saja? " Tanya Theo.
"I-iya."
"Biar aku bantu." Ujar Theo lalu membopong Karina sampai depan jalan, dan Theo memberhentikan sebuah taksi. "Aku akan naik bus saja." Ujar Karina.
"Tidak, Jangan khawatir, aku yang akan membayarnya." Ujar Theo dan Theo pun membantu Karina masuk kedalam taksi.
"Maaf untuk hari ini, Hati-hati dijalan." Ujar Theo seraya membungkukan badannya, Karina hanya membalasnya dengan Anggukan kepala. Dan taksi pun pergi.
...○...
#Lapang Basket
Theo Hanya duduk disamping lapang basket sambil menatap motornya. "Bagaimana aku bisa pulang dengan wajah seperti ini?" Gumamnya. "Aaahhh, Aku lupa untuk menanyakan Namanya. Dia benar-benar sangat kuat—“ Tiba-tiba kata-katanya terhenti, dan Perlahan Theo menyentuh bibirnya.
"Benar-benar terasa hangat" Gumamnya sambil melamun. Dan Theo langsung menampar pipinya sendiri. "Hwang Theo, sadarlah. Tidak Tidak aku tidak boleh seperti ini." Ujar Theo lalu beranjak lalu menaiki motornya dan pergi.
#Rumah Karina
Setelah Sampai dirumah, Karina langsung merebahkan tubuhnya ditempat tidur, ia menatap langit-langit sambil mengingat-ingat kejadian tadi.
"Bagaimana bisa aku mengalami kejadian seperti ini? Astaga." gumam Karina Lalu menutup matanya rapat-rapat.
Ke esokan harinya
Pagi itu Karina bersiap untuk pergi ke Rumah sakit, dan seperti biasa ia membuat Sarapan untuk Dokter Kian. "Aku harap dia menyukainya" Gumam Karina sambil tersenyum manis.
"Karin, Kau sudah siap?" Tanya ayahnya.
"Iya ayah tunggu sebentar."
#Rumah Sakit
Setelah Sampai dirumah Sakit Karina langsung menuju Ruangan Dokter Kian. Saat ia sudah berada didepan pintu yang bertuliskan ' Ruangan Dok. Hwang', ia mencoba mengintip dari Jendela Tapi Ruangan itu nampak kosong.
"Kemana dia? kenapa tidak ada dikantornya" Batinnya
"Permisi?" Ujar seseorang dari belakang.
Karina yang seketika tersentak, langsung membalikan badannya, dan Kaki Karina yang sakit tak sengaja terkilir, dan dengan cepat Seseorang itu menangkap Karina. Seseorang itu tak lain adalah kian.
Kian memegang pinggang Karina dengan erat, dan Karina yang saat itu menatapnya hanya bisa diam membeku.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Kian
"Mn? Ahh I-iya" Ujar Karina sambil melepaskan tangan Kian dari pinggangnya
"Silahkan masuk." Ujar Kian, Tapi Saat akan melangkah, lagi-lagi kaki Karina terasa sangat sakit.
"Aaa..."
"Kau baik-baik saja?"Tanya kian
Karina Hanya tersenyum pahit seraya memegang lututnya, Dan akhirnya Kian pun membantu Karina untuk masuk.
Setelah pemeriksaan, Kian terlihat memeriksa hasil X ray kaki Karina, Karina yang melihat itu hanya terdiam menunggu Kian bicara.
"Nona Karina,"
"Iya?" balas Karina sambil menatap Kian.
"Sepertinya Jalan satu-satunya adalah melakukan prosedur Operasi, karena memasang penyangga saja tidak bisa membuat kakimu sembuh total." Jelas Kian.
"O-operasi?"
"Iya, Bagaimana?" Tanya Kian.
"Apa tidak ada Jalan lain lagi, selain operasi?" Tanya Karina. Kian hanya menggelengkan kepalanya.
"Kautakut?" Tanya Kian. Karina hanya terdiam.
"Apa ada sesuatu yang membuatmu takut akan Operasi?" Tanya Kian menatap Karina dengan serius.
Mendengar itu Karina langsung menatap Kian lalu menggelengkan kepalanya pelan. "T-tidak, Aku akan mencoba memikirkannya." Ujar Karina sambil tersenyum pahit.
"Baiklah." Ujar Kian seraya tersenyum manis
"aku lupa, Ini.." Ujar Karina sambil memberikan sebuah kotak makan
"Apa ini?" Tanya Kian.
"Makan siang." Ujar Karina.
"Terima kasih, Oh ya ini kotak makan mu yang kemarin." Ujar Kian lalu memberikan kotak makan yang sudah bersih,
"Apa kau menyukai makanannya?" Tanya Karina.
"Makanannya benar-benar sangat Enak, aku benar-benar menyukainya." Puji Kian, Tiba-tiba saja Karina mengeluarkan sebuah kartu alamat restorannya.
"Kau bisa datang kapan saja, Aku akan memberikan harga khusus." Ujar Karina.
"Benarkah? Terima kasih, aku akan mampir kerestoranmu nanti." Ujar Kian
"Kalau begitu aku harus segera pergi." Ujar Karina.
"Apa ada yang mengantarmu?" Tanya Kian
"Iya? Tadi ayahku yang mengantarku kesini tapi ia harus pergi karena ada pekerjaan," Ujar Karina.
"Kalau begitu aku akan mengantarmu, Kebetulan aku ada urusan di luar." Ujar Kian
"B-benarkah?"
"Emmhh"
#Basman
Karina pun masuk kedalam mobil dengan dibantu oleh Kian. "Kau sudah memasang sabuk pengamannya?" Tanya Kian.
"Ah... iya." Ujar Karina, Saat akan memasang sabuk pengaman, Karina terlihat kesulitan untuk menarik sabuk pengamannya, dan Akhirnya Kian pun turun tangan. Kian mencoba untuk membetulkan Sabuk pengaman yang macet itu, Wajah mereka kini hanya beberapa Cm saja. Karina diam membeku, dan Akhirnya Kian pun berhasil membetulkannya dan memasangkannya pada karina.
"Kau tinggal beritahu arahnya." Ujar Kian
"Iya." Balas Karina singkat.
...○...
#Ruma Karina
Kian turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Karina.
"Maaf merepotkan." Ujar Arin
"Tidak." Ujar Kian seraya membantu Karina turun.
"Karin?" panggil ibunya sambil menghampiri Karina.
"Eh... dokter..." Ujar ibunya sambil melihat Karina.
"Dia hanya mengantarku," Ujar Karina.
"Ahh begitu, terima kasih Dokter mau mengantarnya." Ujar Ibu Karina.
"Tidak tidak, panggil saja Saya Kian bu." Ujar Kian sambil tersenyum.
"Kalau begitu ayo masuk dulu." Ajak ibu Karina.
"Tidak terima kasih, Lain kali saja. Saya harus segera pergi." Ujar Kian
"Terima kasih ." Ujar Karina seraya membungkukan badannya.
"Emmhh, Permisi" Ujar Kian lalu pergi.
Setelah itu Karina dan Ibunya pun masuk. "Kenapa dia bisa mengantarmu pulang?" Tanya ibunya sambil membantu Karina duduk.
"Dia juga kebetulan ada urusan di luar, dan arahnya sama denganku." Jelas Karina.
"Dia sangat tampan bukan." bisik Ibunya.
“Emm... yaa begitulah." Gumam Karina.
"Kau menyukainya?" Goda ibunya
"Ibu~" ujar Karina.
"Baiklah baiklah. lalu bagaimana hasil pemeriksaanmu tadi?" Tanya ibunya
"Aku harus menjalani Operasi." Ujar Karina.
Mendengar hal itu Ibunya langsung menatap Karina.
"Apa tidak ada Cara lain?" Tanya Ibunya seraya memegang tangan Karina.
"Tidak ada." Ujar Karina sambil melihat kakinya.
"Tidak apa-apa. Ibu, Ayah dan Jun akan menemanimu." Ujar ibunya.
Karina pun menatap ibunya lalu tersenyum manis dengan mata yang berkaca-kaca.
"Putriku..." Ujar ibunya seraya memeluk Karina.
...○...
To Be Countinue...
...👇...
* KARINA CHOI
*Dr. Kian Hwang