NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:969
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Antonio tertawa mendengar penuturan putrinya. "Baik-baik? Mengajak kamu ke klub dan pulang sampai mabuk, apa itu yang disebut baik-baik?"

"Itu bukan kesalahan Gabriel sepenuhnya, Paman. Tapi Serena sendiri—"

"Sudah cukup. Paman tidak mau berdebat dengan kamu! Intinya, kalau kamu tetap tidak mau mendapatkan guru pembimbing, maka jangan harap bisa memakai semua fasilitas yang Paman berikan!" ancam Antonio.

Mendengar ancaman dari ayahnya, Serena pun merasa kesal. "Baiklah, Serena mau belajar. Tapi, bisakah aku mencari sendiri gurunya. Aku benar-benar tidak mau dengan guru yang disarankan Miss. Aku yakin tidak akan bisa fokus."

Serena terus mencoba berbicara pada sang ayah agar tidak menekannya. Namun, percuma, lelaki itu memang keras kepala dan tidak bisa dibantah. Hal itu tentu saja membuat Serena semakin geram.

"Tidak! Cukup pembahasan kali ini, Paman ada rapat. Kalau kamu tetap berani tidak mau menurut, Paman tidak akan segan-segan memindahkan kamu kuliah di tempat lain!" ucap Antonio yang langsung mematikan ponselnya. Serena hanya bisa menahan rasa kesal yang mendalam.

Setidaknya, Serena tidak akan pindah kampus dan jauh dari Gabriel. Dia harus menunjukkan bahwa kekasihnya itu pantas untuknya, sesuatu yang akan dia buktikan nanti. Meskipun, dia tidak yakin dengan kondisi statusnya saat ini yang sudah ternodai oleh Nicholas.

*

*

“Brengsek!” seru Julian dengan nada marah yang menahan amarah di dadanya. “Rupanya dia mempermainkanku!”

Suara bentakan lelaki paruh baya itu bergema di ruang kerja luas yang dipenuhi dengan aroma kopi pahit dan berkas dokumen yang berantakan di atas meja kayu tua.

Sosok Julian berdiri dengan rahang mengeras, tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan luapan emosi setelah mengetahui klien yang selama ini dia percayai ternyata menipunya dalam kontrak kerja sama bisnis besar.

Beruntung, Nicholas datang tepat waktu untuk mengatasi semuanya. Dengan kecerdasan dan ketenangan yang sudah terasah, pemuda itu berhasil menutup kebocoran dana sekaligus mengunci kembali kepercayaan investor lain. Andai bukan karena Nicholas, kerugian besar pasti sudah menimpa perusahaan keluarga itu.

Julian memandang anak angkat yang dibesarkannya sejak kecil itu dengan mata yang penuh kebanggaan, meskipun di balik sorot matanya tersimpan juga beban seorang ayah yang menaruh harapan besar.

“Deo, pastikan nama orang itu masuk daftar hitam,” ucap Julian dingin kepada asistennya. “Papa tidak mau berurusan lagi dengan pengkhianat semacam dia.”

“Baik, Tuan.”

Julian kemudian menarik napas panjang dan melangkah ke ruang makan. Tidak lama, deretan hidangan tersaji di atas meja besar yang ditata dengan rapi—semuanya makanan kesukaan Nicholas.

Aroma daging panggang memenuhi udara, bercampur dengan cahaya lampu gantung yang memantul lembut di atas kristal gelas.

“Duduklah, Nak,” ujar Julian. “Makan dulu, setidaknya temenin Papa makan.”

Nicholas mengambil tempat di seberang ayahnya. “Nicholas tidak terlalu lapar, Pa. Tapi baiklah, hanya sebentar.”

Mereka makan dalam diam sejenak. Denting sendok yang menyentuh piring terdengar halus, diiringi hembusan napas berat Julian yang tampak masih memendam kekesalan.

Namun tiba-tiba nada suaranya berubah lembut. “Nicholas,” katanya, menatap anak itu dengan ekspresi penuh harap. “Sudah bagaimana hubunganmu dengan Isabella? Papa hanya ingin tahu... apakah sudah ada perkembangan? Isabella sudah hamil?”

Nicholas menghentikan gerak sendoknya. Tatapannya dingin, bibirnya menipis menahan kesal. “Pa, kita sudah pernah membahas hal itu. Nicholas tidak suka membicarakan urusan pribadi di meja makan.”

Julian tersenyum samar, mencoba meredakan ketegangan. “Papa hanya khawatir, Nak. Isabella terlihat sangat kurus terakhir kali Papa lihat. Papa tahu kamu sibuk dengan urusan perusahaan, tapi wanita juga butuh perhatian. Mungkin... kamu perlu sedikit mengurangi jadwal kerja dan lebih sering menghabiskan waktu bersamanya. Papa bisa memberikan hadiah berli—”

Nicholas menatap ayahnya tanpa ekspresi. “Tidak perlu, Pa. Semuanya baik-baik saja.”

“Baik-baik saja?” Julian mencondongkan tubuh ke depan, suaranya lebih lembut tapi sarat tekanan. “Kau tahu, Nicholas... rumah ini sudah terlalu lama sunyi. Papa ingin mendengar suara anak kecil berlari di sini. Papa ingin melihat cucu Papa sendiri sebelum—”

“Cukup, Pa.” Nicholas memotong kalimat itu dengan nada datar tapi tegas. “Nicholas sedang berusaha.”

Julian terdiam sesaat, lalu tertawa kecil. “Baiklah. Tapi jangan menunda terlalu lama. Kamu bisa mengajak istrimu—”

Nicholas meletakkan sendoknya, meneguk air tanpa bicara. Lalu dia bangkit dari kursi dengan gerakan kaku. “Nicholas janji, Papa akan mendapatkan cucu dengan cepat. Sekarang Nicholas mau kembali ke rumah.”

Julian menatapnya dengan tatapan kecewa bercampur sayang. “Setidaknya makanmu belum habis, Nak.”

“Sudah cukup, Pa. Nicholas harus pergi.”

Tanpa menunggu jawaban, Nicholas melangkah keluar dari ruang makan. Suara langkahnya terdengar tegas, meninggalkan suasana hening yang menggantung. Julian hanya bisa menatap punggung anak angkatnya yang menjauh, menyesap kembali secangkir kopinya yang telah dingin.

Dalam hatinya, lelaki tua itu berbisik lirih, “Kau hebat dalam pekerjaanmu, Nak... tapi semoga kau tidak lupa bagaimana rasanya mencintai seseorang dengan dalam.”

*

*

Perjalanan pulang malam itu terasa panjang bagi Nicholas. Mobil hitam yang melaju di jalanan kota tampak melesat menembus kelamnya malam, sementara lampu-lampu kota berkelebat seperti bayangan samar di kaca jendela. Nicholas bersandar di kursinya dengan ekspresi datar, meski pikirannya sedang dipenuhi dengan berbagai hal yang belum selesai.

“Bagaimana infonya?” tanya Nicholas tenang, tapi nada suaranya mengandung tekanan.

Joe—sang asisten pribadi—menatap kaca spion tengah, memperhatikan raut wajah majikannya yang tampak tegang. “Siapa yang Tuan maksud?”

“Jangan pura-pura tidak tahu, Joe,” jawab Nicholas dingin. “Tentu kau paham maksud pertanyaanku.”

Joe terkekeh pelan, nada suaranya terdengar tenang namun penuh makna. “Dia hanya seorang gadis malam, Tuan.”

Kening Nicholas berkerut. Hatinya seperti ditusuk oleh kalimat sederhana itu. “Gadis malam?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Dalam benaknya, bayangan Serena muncul jelas—tatapan polosnya, wajahnya yang gugup malam itu, dan ketulusan yang bahkan tak bisa dibuat-buat. Semua itu terlalu nyata untuk disebut sebagai kepura-puraan seorang wanita bayaran.

“Bagaimana kau tahu kalau perempuan yang masuk ke kamarku adalah gadis malam?” tanya Nicholas kemudian, menahan nada suaranya agar tidak meledak.

“Tentu saya tahu, Tuan,” jawab Joe dengan nada meyakinkan. “Saya sudah mengirimkan laporannya pada Anda. Tapi sepertinya pesan saya tidak sempat Anda baca.”

Nicholas mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan yang belum sempat dibacanya. Di sana, tertera berbagai file—rekaman, foto, serta data singkat. Matanya menyipit saat membaca keterangan bahwa Serena tercatat dalam daftar wanita malam yang ‘dipesan’ oleh Tuan Jackie.

Namun, dari laporan tersebut juga disebutkan bahwa terjadi kesalahan besar dua orang suruhan Tuan Jackie salah mengantarkan wanita itu, hingga Serena tanpa sengaja dimasukkan ke kamar Nicholas.

Nicholas menarik napas dalam. Rasa tak percaya bercampur dengan kemarahan dan sesuatu yang sulit ia jelaskan. Di layar berikutnya, ia menemukan laporan lanjutan, salah satu orang suruhan Julian ternyata datang ke apartemen malam itu membawa sebuah kotak sertifikat.

Berdasarkan rekaman CCTV yang dikirimkan Joe, Nicholas akhirnya tahu bahwa pintu apartemen malam itu tidak tertutup rapat karena ulah Deo—asisten sang ayah.

Haruskah Nicholas berterima kasih pada Deo? Jika Deo tidak melakukan itu Serena mungkin tidak akan pernah masuk ke kamarnya.

To be continued

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!