"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Suasana Rumah Tika sudah ramai sejak sore. Nanti malam ada agenda Rapat Pembentukan Kepengurusan Acara Tujuh Belasan.
"Tika!"
"Mbak! Itu Ibu manggil! Bahaya kalo gak buruan Mbak samperin! Bisa-bisa isi dapur semua melayang! Tama gak mau ya kebagian kena timpuk wajan keramatnya Ibu!"
"Nih anak! Kalo bagian susah aja kabur duluan!"
"Bukannya kabur Mbak. Tapi Ibu kan Raja tega! Mana mikir kalo udah kalap!"
"Kalian, malah ngobrol disini! Tama! Bantuin Bapak diluar! Kamu Tika, Ibu dari tadi manggil, bantuin Ibu bikin kue!"
Tika dengan terpaksa membantu Bu Kartini, membuat tiga macam kue untuk suguhan menemani Rapat nanti malam.
"Pantes aja, Bapak jadi RT awet banget! Ya Ibu juga sih, seneng banget modalin repot bikin kue begini."
"Gak usah misuh-misuh! Itu Bakwan Jagung dibalik Tika! Kalo tutung gimana!"
"Bawel bener Ibu Kita Kartini yang bukan Harum namanya!"
Hampir saja Tika ditimpuk pakai adonan donat. Tapi donat Ibu Kartini, Istri Pak Kartono yang bukan harum namanya gak kayak donat yang lagi viral.
Tika harus mengakui Ibunya, Ibu Kita Kartini, Iya, gak nyanyi, bertangan dingin. Terutama kalau masak dan bikin kue.
Tapi ya itu, Ibu mood moodan orangnya jadi jangan harap bisa pesen Kue ke Ibu, karena kata Ibu Cooking Is My Passion but Feeling Is Number One. Cie ileh! Gaya banget dah Bu Rete!
"Tik, Kamu harus denger nih! Ada gosip baru!"
Astaga dragon! Bu Rete gak ketinggalan ngegosipin. Gak ada temen-temennya Tika pun jadi, jadi temen ghibah Bu Kartini.
"Jadi, itu rumah yang depan rumah Kita, katanya udah dibeli loh! Kamu tahu gak? Yang beli katanya Duda!"
Tika yang tak merespon, fokus aja dengan bakwan jagung yang harus dijaga bagai perbatasan NKRI!
"Kamu Tik, kalo Ibu ngomong ya dijawab gitu! Serius amat goreng bakwannya."
"Ibu gimana sih! Tadi disuruh yang bener, sekarang Tika udah bener dibilang kayak jaga perbatasan."
Sambil menguleni Bu Kartini melanjutkan cerita, namun Tika yang tak terlalu mendengarkan membiarkan saja Bu Kartini ngoceh bagai radio rusak.
"Bu, eh Tika, pantes Bapak panggil depan pintu kamar Kamu gak nyaut. Kami disini. Tolongin Bapak dong bikin kopi. Ada tamu."
"Tumben Pak. Emang siapa tamunya?"
Bu Kartini penasaran. "Itu Bu, tetangga baru. Yang beli rumah didepan Kita. Baru pindah. Ini lagi lapor diri."
"Nah Tik! Bener! Cepet bikin kopi! Terus Kamu suguhin deh pisang goreng!"
"Mana pisang goreng Bu?" Pak Kartono malah mencari, tidak terlihat pisang goreng yang ada adonan donat sama bakwan jagung.
"Maksud Ibu itu bakwan jagung, udah mateng kan. Cepet sana! Buruan Tika!"
Bapak ke depan lagi deh, ga enak tamunya ditinggal lama-lama.
Bingung juga Si Bapak kok Bu Kartini semangat amat ada warga baru.
"Lah kok malah sibuk goreng! Bikin kopi Tika!"
Haduh! Baiklah! Nurutin kata-kata orang tua pahala ya kan. Marilah sejenak Kita tarik nafas, menetralkan kesal yang sudah diubun-ubun sebelum Kita meracik kopi untuk Si Warga Baru.
"Tika! Kamu ganti baju dulu,"
"Bu, ini ribet amat ya. Udah begini aja! Emang yang dateng Pak Prabowo!" Tika emang asal jeplak.
"Tapi warga baru yang ada di depan statusnya sama Tik kayak Presiden. Udah nurut sama Ibu!"
"Udah gini aja! Ibu ribet amat!"
Tika membawa keluar kopi buatannya, bersama sepiring bakwan jagung dan menyuguhkannya didepan Tamu.
"Nah ini Anak Saya, namanya Kartika."
"Kartika."
"Karim."
"Eh! Ada Tamu," Bukan Bu Kartini kakai gak kepo, termasuk urusan kali ini.
"Saya Bu RT, Istrinya Pak RT, sini duduk Tika!"
"Tika ke belakang dulu, mau lanjut goreng Bu."
Meski bolamata Bu Kartini sudah hampir mau keluar, Tika tetap saja ke dalam.
"Saya Karim Surya Darma Bu, Saya yang baru pindah di depan rumah Ibu."
"Oh Pak Karim. Pindahan hari ini Pak? Sama keluarga ya?"
Tika masih bisa mendengar basa-basi busuk.
"Saya tinggal sendiri Bu, Pak RT."
"Oh, Pak Karim single?"
Kali ini Pak Kartono melirik Istrinya. Bukan cemburu tapi ga enak, masa baru pertama sudah nanya-nanya status.
"Saya Duda Bu RT."
"Oh, maaf. Cerai atau,"
"Bu, Bapak minta tolong, itu celana boxer Bapak tolong dijahit, sobek."
Bola mata Bu Kartini membesar, gak elegan banget depan tamu laporan boxer bolong.
Sedangkan Karim, Si Warga baru hanya bisa mengulum senyum. Aneh sekali keluarga Ketua RTnya.
Setelah berhasil meminta Istrinya masuk, keduanya melanjutkan obrolan.
"Oh ya, nanti malam pas sekali, ada rapat RT, sekaligus rapat pembentukan panitia buat acara agustusan, siapa tahu Pak Karim bisa hadir, jam 8 malam, disini. Soalnya Kantor Sekretariat RW lagi diperbaiki, itu bocor atapnya."
"Oh iya Pak. Insha Allah, Nanti Saya hadir."
Setelah urusannya lapor diri selesai Si Warga Baru pamit pulang.
"Bapak nih! Gak elegan banget! Ibu lagi ngobrol sama Warga Baru pake disuruh jahit boxer bolong! Alesan Bapak klise!"
Tika geleng kepala saja, ini nih! Efek kebanyakan nonton youtube sama lihat tiktok! Ibunya jadi makin banyak kosakata keren.
"Ya Ibu juga, masa nanya-nanya masalah pribadi. Nanti orangnya gak nyaman."
"Bapak gak asik!"
Bukannya menjawab Istrinya Pak Kartono malah bersenandung.
Memangnya saya tak tampan lagi
Merasa sudah tak asik lagi
Biasanya tak pakai minyak wangi
Biasanya tak suka begitu
Saya cemburu saya curiga
Takutnya ada main di sana
Solali lali ola ola la
Solali lali ola ola la
"Bapakmu Tik! Tak bilangin malah nyanyi! Gaya bener!"
"Loh! Kamu mau kemana?"
"Bakwan jagung udah beres Bu. Ada lagi yang mau digoreng?"
"Itu angkatin bekas gelas kopi bekas tamu."
"Siap Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono,"
"Tika!"
"Iya Bu!"
Tika bergegas keluar sebelum singa ngamuk dan ada barang yang melayang.
Tika memperhatikan mobil berisi barang-barang yang membawa masuk ke dalam rumah Pak Karim.
Saat Tika sedang melihat tak sengaja Pak Karim juga sedang melihat kearah Tika.
Namun berbeda dengan saat datang ke rumahnya, Pak Karim, Si Warga Baru malah membuang muka.
"Dih! Situ Oke! Dasar Duda Karatan! Sok Iye! Awas Lu kesini lagi! Gue kasih Kopi Sianida!"
Tika membawa masuk gelas bekas kopi, tanpa menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan gerakannya.
"Pak, ini kursinya ditaro dimana?"
"Oh, itu taro aja dikamar yang depan, ruang kerja."
Kembali memperhatikan gadis yang sudah tak ada lagi diteras rumahnya.
Tama yang baru selesai latihan futsal, mendekati sopir truk yang sedang merokok memperhatikan anak buahnya yang masih memasukan barang terakhir.
"Pindahan ya Bang?"
"Ho oh!"
Tama melirik-lirik, tapi tak menemui siapa si pemilik rumah.