NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Tuan Muda

Mengandung Benih Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: rafizqi

Seorang wanita miskin bernama Kirana secara tidak sengaja mengandung anak dari Tuan Muda Alvaro, pria tampan, dingin, dan pewaris keluarga konglomerat yang kejam dan sudah memiliki tunangan.

Peristiwa itu terjadi saat Kirana dipaksa menggantikan posisi anak majikannya dalam sebuah pesta elite yang berujung tragedi. Kirana pun dibuang, dihina, dan dianggap wanita murahan.

Namun, takdir berkata lain. Saat Alvaro mengetahui Kirana mengandung anaknya. Keduanya pun menikah di atas kertas surat perjanjian.

Apa yang akan terjadi kepada Kirana selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 – Pewaris Tuan Muda

Kirana diam dengan wajah tegang.

"Apa orang itu yang mencariku sekarang setelah dia pergi dari kamar itu? Ahhh.... Gak mungkin..... Mana mungkin dia tau tempat tinggal ku. Kami saja tidak saling mengenal." Batinnya.

"Kirana, apa yang kamu pikirkan? Cepat temui orang itu! Tamu Papa nya Rani akan segera datang. Kamu harus segera membersihkan rumah" Ujar Arita.

Kirana tersadar dari lamunannya, "Iya.... iya... Nyonya" Kirana segera pergi untuk menemui seseorang yang datang mencarinya tersebut.

Sesampainya di depan pintu. Kirana menatap punggung seorang pria. Ia mencoba menajamkan pandangannya. Menelisik setiap inci sudut tubuh pria itu. Pria yang begitu ia kenal. Ya..... Itu Bram pacarnya.

"Bram...... " seru Kirana setelah mengenali siapa yang telah datang kerumahnya.

Bram berbalik. Tersenyum setelah saling bertemu tatap dengan Kirana.

Kirana menarik tangan Bram pergi menuju taman samping rumah. Ia membawa Bram duduk disana.

"Kenapa kamu kesini?" Tanya Kirana.

"Kuliah ku sedang libur. Aku merindukan mu, jadi aku langsung kesini" jawab Bram dengan senyuman sumringahnya.

"Tapi...... apakah orang tuamu tau?"

Bram menggeleng, membuat Kirana menganga karena terkejut.

"Apa yang kamu lakukan? Pergi dari luar negri dan datang kesini tanpa sepengetahuan orang tua mu? Bagaimana terjadi sesuatu? Jika kamu rindu, kamu bisa menelpon ku, tidak perlu sampai harus datang kesini. Apalagi kedua orang tua mu tidak tau tentang ini, Bram" omel Kirana agak kesal dengan aksi nekat pacarnya tersebut.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu, Kirana. Aku sangat merindukan mu" jawab Bram dengan aksi wajah memelasnya.

Kirana menarik nafas dalam, "Tapi tidak harus sampai datang kesini, Bram. Bahaya untuk keselamatan mu. Jika terjadi sesuatu kepadamu, dan itu karena aku,.... aku tidak akan memaaafkn diriku sendiri, Bram"

"Maaf, Kirana. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji" ucap Bram sungguh-sungguh dengan dua jari yang terangkat, bersanding sejajar, sebagai simbol bahwa ia bersungguh-sungguh.

Kirana diam. Memandang pacarnya yang begitu menyanyanginya. Terbesit rasa bersalah. Pantaskah jika dirinya menjadi pendamping hidup seorang pria sebaik Bram. Sedangkan dirinya sudah begitu hina. Dia melepaskan sesuatu yang seharusnya ia jaga untuk Bram sampai mereka menikah nanti.

"Kirana, ada apa? Apa kamu masih marah?" tanya Bram saat melihat Kirana hanya diam.

Kirana tersenyum tipis, "Tidak, Bram. Aku hanya sedang memikirkan pamanku yang sedang sakit" jawab Kirana berbohong. Sebenarnya bukan itu yang dia pikirkan.

"Apa perlu biaya?" tanya Bram serius.

Kirana menggeleng.

"Lalu?" tanya Bram lagi.

"Tidak ada Bram. Akhir-akhir ini paman sering sakit. Aku hanya khawatir dengan keadaannya. Aku takut dia meninggalkan aku. Aku tidak memiliki keluarga lagi selain dia setelah kedua orang tuaku tiada"

Bram menarik nafas, "Kita bedoa saja. Semoga pamanmu baik-baik saja dan diberikan kesembuhan lagi seperti biasa"

"Dan...... kamu jangan khawatir. Aku adalah keluarga mu. Aku menyayangimu dan kita akan menikah juga nanti. Aku janji akan menjagamu dan membahagiakan kamu, Kirana" lanjutnya.

Kirana hanya bisa tersenyum, "Entah setelah kamu mengetahui semuanya tentang diriku, apa kamu akan tetap seperti ini atau tidak Bram. Aku takut, diriku yang hina ini tidak akan pantas untuk mu." batin Kirana.

...----------------...

Sementara itu ditempat lain.

Di depan gedung pencakar langit milik Wilantara Grup. karpet merah terbentang, dan jajaran petinggi perusahaan berdiri berjajar dengan napas yang tertahan.

Para wartawan, investor, hingga pengusaha ternama telah berkumpul—semua menanti satu nama yang selama ini hanya mereka dengar melalui bisikan kabar luar negeri.

Tuan Muda Alvaro Wilantara.

Sebuah mobil hitam mewah berhenti perlahan di depan lobi utama. Pengawal pribadi buru-buru membuka pintu belakang, dan dari dalamnya keluar seorang pria tinggi dengan setelan jas hitam sempurna. Wajahnya teduh namun dingin seperti musim salju di Eropa Timur. Tatapan matanya menusuk tajam, seperti pisau yang siap menelanjangi siapa pun yang menatapnya terlalu lama.

Ia tidak tersenyum. Bahkan sekilas pun tidak.

Langkahnya mantap, terukur, dan penuh wibawa, seperti seorang raja yang kembali ke tahtanya. Orang-orang spontan memberi jalan, seakan tubuh mereka bergerak atas kehendak aura kuat yang memancar darinya.

“Selamat datang kembali, Tuan Muda,” ucap Direktur Eksekutif yang berdiri di barisan depan, sedikit menundukkan kepala memberi hormat.

Alvaro hanya menatapnya sebentar, lalu mengangguk kecil. Tidak ada basa-basi. Tidak ada pelukan hangat keluarga. Bahkan sang ayah—Tuan Herman Wilantara—yang berdiri menantinya di tangga lobi, tak mendapat sapaan.

Yang ada hanya diam.

Diam yang mencekam.

“Perkenalkan, inilah putra saya, pewaris utama Wilantara Grup,” ujar Tuan Herman kemudian, dengan suara yang berusaha terdengar tegas, padahal nadanya sarat tekanan.

“Alvaro Wilantara.”

Tepuk tangan menggema disana. Alvaro berdiri di tengah perhatian, namun seakan tidak terlibat secara emosional. Ia hanya memandang lurus ke depan, ekspresinya tetap datar tanpa celah.

_ _

“Lihat ini, Kirana! Astaga... dia tampan banget!” seru Rani, sambil nyaris melompat dari dudukannya di sofa ruang tamu.

TV di ruang tamu menayangkan siaran berita langsung dari sebuah gedung pencakar langit di pusat kota Jakarta. Tampak seorang pria muda turun dari mobil hitam mewah, mengenakan setelan jas mahal dengan postur tegap dan aura mengintimidasi.

“Pemirsa, inilah momen yang dinanti-nanti. Alvaro Wilantara, pewaris utama Wilantara Grup, akhirnya kembali ke Indonesia setelah bertahun-tahun berada di luar negeri. Hari ini, ia resmi diperkenalkan sebagai penerus tahta bisnis keluarga yang telah berdiri selama lebih dari tiga dekade…”

Rani berseru lagi, tangannya menunjuk layar, matanya berbinar seperti remaja yang melihat idola K-Pop.

“Duh, dia kayak bukan manusia, Ran. Lihat tatapannya! Gila banget!” ujarnya sambil mendekat ke layar TV, padahal gambarnya sudah cukup besar.

Di sudut ruangan itu, Kirana menyapu lantai dengan gerakan pelan. Awalnya dia tak terlalu memperhatikan. Namun saat nama itu disebut lagi—Alvaro Wilantara—telinganya bergerak sedikit, dan refleks ia menoleh.

Pandangan matanya menumbuk layar TV.

Seketika tubuhnya kaku.

Kirana berdiri mematung dengan sapu masih digenggam. Matanya menatap lurus ke wajah pria yang ditampilkan di layar.

"Wajah itu... ada sesuatu yang aneh." gumam Kiran dalam hati.

Bukan karena ketampanannya. Bukan karena jas mahal atau sorot mata tajam seperti elang yang seperti mengintai mangsa.

Tapi kanapa... Kirana merasa dia pernah melihat wajah itu. Entah di mana. Entah kapan. Samar. Kabur. Tapi anehnya, perasaan itu begitu kuat. Seolah alam bawah sadarnya sedang berteriak, mengingatkan sesuatu yang terlupakan.

“Kirana? Hey... kamu kenapa?” tanya Rani, akhirnya menyadari temannya diam tak bergerak.

Kirana tersentak sedikit. Ia tersenyum kaku, menyembunyikan kegugupannya, lalu kembali menyapu dengan gerakan terburu-buru.

“Enggak apa-apa,” jawabnya singkat.

“Eh, jangan bilang kamu juga jatuh cinta ya sama pria tampan itu? Hahaha!” goda Rani.

"Ngawur ah..... kenal aja nggak kan" jawab Kirana yang segera menepis ucapan Rani.

Kirana hanya tersenyum kecil, tapi di dalam hatinya bergemuruh memikirkan.

Ia menunduk, berpura-pura fokus pada sapu yang menyisir debu di sudut ruangan. Tapi pikirannya tak bisa lepas dari wajah di layar itu. Kirana merasa wajah itu tidak asing, namun tak tahu siapa dia.

.

.

.

Bersambung.

1
Ma Em
Kirana kamu jgn lemah Kirana hrs berani lawan mereka yg merendahkan kamu kalau Kirana lemah siapa yg mau melindungi Arya dari orang2 yg tdk menyukainya , Kirana hrs bangkit tegas dlm bertindak dan berani dlm mengambil keputusan 💪💪💪
Ma Em
Clarissa kamu cuma tunangan sedangkan Kirana adalah istri sah Alvaro siapa yg paling berhak tinggal bersama Alvaro , dasar ulat bulu yg tdk tau malu .
Ma Em
Syukurlah Kirana bertemu dgn Bram , semoga Bram bisa melindungi Kirana dari niat jahat Clarisa .
Ma Em
Kirana kamu jgn percaya dgn omongan beracun Clarisa dia hanya akan memecah belah hubungan mu dgn Alvaro, jgn terlalu polos dan bodoh karena bisa dihasut sama wanita ular seperti Clarisa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!