Luna Delfina berprofesi sebagai seorang penulis di hidupnya, ia memiliki cukup banyak pengikut setia yang selalu mendukung setiap karyanya.
Suatu hari muncul satu komentar misterius di karya tulisannya yang pada akhirnya membawa dirinya ke dalam Dunia Karya Ciptaannya tersebut.
Segala cara telah ia lakukan agar dapat terlepas dari ikatan dunia ini, namun tak ada satupun cara yang berhasil. Satu-satunya jalan terakhir baginya adalah dengan menjodohkan kedua Pemeran Utama sesegera mungkin agar ia dapat segera terlepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang Pemeran yang tidak diketahui Perannya disini.
Apakah ia dapat berhasil menjodohkan mereka di tengah badai-badai konflik yang ditulis olehnya sendiri? Ataukah semua tindakannya ini malah membuatnya terjerumus lebih dalam? Dan.. Siapakah orang misterius itu?
Ayo baca drama seorang Penulis kecil ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MllyyyStar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 Bertemu Pemeran Utama Wanita
^^^“Apa anda tidak merasa penasaran dengan kehidupan asli di dunia ciptaanmu?” ^^^
^^^“Tugasmu adalah menulis ulang Adegan secara nyata sesuai dengan semua yang anda tulis disini, hanya itu. Dan jika beruntung.. Anda bisa kembali.”^^^
^^^“Membosankan? Kupikir cerita ini tidak akan menjadi membosankan lagi jika ada Penulisnya langsung disini.”^^^
Pesan-pesan itu terus muncul di pikiran Luna, seakan terbesit tanpa bisa dikontrol. Kepalanya terasa sakit ketika ia berusaha berpikir dengan lebih dalam, dan dadanya terasa sesak.
“Siapa orang itu?”
“Pasti dia yang melakukannya.”
Luna mengacak rambutnya, ia merasa frustasi.
Dan bahkan ia telah mencoba melukai dirinya sendiri, berharap agar ia dapat segera kembali ke dunianya dan terbangun dari mimpi panjang ini.
Namun usaha-usaha itu gagal, bukannya mendapatkan sebuah kenyataan bahwa akhirnya ia dapat segera kembali ke dunianya. Melainkan sebaliknya, hanya rasa sakit yang dapat ia rasakan dari perbuatan nekadnya itu.
Luna melihat kedua tangannya, kecil dan kurus. Tubuhnya kini tampak sedikit lebih muda dibandingkan tubuh aslinya, mungkin usianya saat ini sekitar 14 tahunan.
Ia tidak tahu apa yang sebenarnya telah pemilik asli tubuh ini alami, namun melihat dari responsif Profesor Ella sebelumnya serta beberapa kalimat yang ia katakan, Luna tahu ada hal tidak beres yang telah terjadi kepada gadis ini, pemilik tubuh aslinya.
“Perundungan..”
“Ya! Perundungan, aku mendengar mereka membicarakan hal ini sebelumnya!” Ucap Luna yakin, sebelumnya Profesor Ella berusaha untuk menginterogasinya tentang hal itu, dan kini Luna tahu mengapa ia melakukannya.
“Pasti pemilik asli tubuh ini telah dirundung..”
“Tugasmu adalah menulis ulang Adegan secara nyata sesuai dengan semua yang anda tulis disini, hanya itu. Dan jika beruntung.. Anda bisa kembali.”
“Dan untuk pesan itu.. Apa maksudnya?”
"Aku bisa.. Kembali?" Pikir Luna, berusaha untuk mencari tahu.
Mau berapa kali pun ia berusaha memikirkan nya, tetap tak ada hasil yang cukup masuk akal untuknya pikirkan.
“Baiklah! Karena aku sudah berada disini, jadi langkah pertama yang harus kulakukan adalah mencari tahu terlebih dahulu tentang dunia apa yang ada disini!” Ujar Luna serius, kini ia telah bertekad.
Luna mengambil kembali pakaiannya yang terjatuh, ia pergi untuk mengganti pakaiannya. Namun cukup aneh baginya untuk keluar dengan pakaian tersebut, meski tak buruk tetapi ia cukup tak terbiasa dengan jubah panjang semacam itu.
Akhirnya ia melangkah keluar dari ruangan itu, Asrama tempatnya tinggal sekarang.
Luna berjalan pelan menyusuri lorong koridor yang amat sangat luas baginya, ada banyak lengkungan di sudut manapun dan bagi siapapun yang baru saja pertama kali kemari pun pasti akan merasa kebingungan untuk menghafal jalan.
Koridor itu tampak sepi tanpa ada seorang pun disana, Luna berpikir jika semuanya telah pergi dari Asrama mereka. Namun tidak dengan seorang gadis yang ternyata berdiri di sudut Koridor, diam-diam memperhatikannya.
Luna menghela nafasnya untuk yang kesekian kalinya.
“Kurasa aku sudah melewati tempat ini beberapa kali, sebenarnya dimana jalan keluarnya?” Ocehnya, sedikit merasa frustasi.
“Nona, apa ada masalah?” Tanya seorang gadis, menghampiri Luna.
Karena kemunculannya yang cukup tiba-tiba dan tidak disadari oleh Luna, itu cukup mengagetkannya.
“Ah maaf, maaf. Apa saya mengejutkan anda?” Tanya gadis itu lagi dengan rasa bersalah.
“Tidak, tidak. Itu bukan salah anda, saya yang memang mudah terkejut.” Ujar Luna, menggeleng.
“Saya melihat anda sudah beberapa kali kembali disini, apa ada yang bisa saya bantu?”
“Ya!” Dengan cepat Luna mengangguk.
“Bisakah anda membawa saya keluar? Lorong-lorong disini tampak sama semua, dan saya cukup kesulitan untuk mencari arah keluar dari Asrama ini.” Pinta Luna.
“Tentu, saya akan membawa anda keluar dari tempat ini. Apa anda Pelajar Pindahan disini?” Ia bertanya sembari mulai berjalan dan Luna mengikutinya disampingnya.
“Em..” Luna bergumam sejenak, ia berpikir tentang situasi kemarin malam ketika Profesor memberitahu Sierra bahwa dirinya adalah Pelajar Tahun Pertama Akademi yang artinya adalah bahwa dirinya bukanlah seorang Pelajar Pindahan.
Luna menggeleng. “Aku masih Pelajar Tahun Pertama disini.” Ucapnya.
“Oh.. Berarti kita berada di Tahun yang sama, aku juga merupakan Pelajar Tahun Pertama yang baru masuk Akademi tahun ini.” Kata gadis itu, tersenyum ramah.
“Boleh kutahu siapa namamu?” Tanya Luna.
“Kamu bisa memanggilku Elena.” Jawabnya.
Nama itu terdengar tidak asing bagi Luna, terasa akrab namun ia tak tahu dimana ia pernah mendengar nama itu.
“Lalu.. Bagaimana aku memanggilmu?” Tanya Elena balik.
“Aku Luna. Senang berkenalan denganmu Elena.” Ujar Luna, Elena tersenyum dan mengangguk.
Mereka telah berjalan melewati beberapa lengkungan, dan Luna masih memikirkan nama tidak asing itu hingga kemudian sebuah nama melewati benaknya, Elena Evigheden.
Nama Pemeran Utama dalam Novel yang telah ia tulis. Namun tidak mungkin jika gadis itu benar-benar merupakan Tokoh Utama dalam Novel Ciptaannya bukan?
Luna melirik gadis itu, dari penampilannya memang sangat cocok dengan deskripsi yang ia tulis di Novelnya.
Elena Evigheden, gadis cantik berkulit putih dengan mata birunya yang mempesona serta bentuk tubuh yang ideal dan rambut pirang alami yang panjang turut melengkapi penampilan sempurnanya.
Untuk melepas keraguannya, Luna mencoba untuk memastikannya secara langsung. “Elena Evigheden..” Gumamnya, Elena memandangnya.
“Apa itu adalah namamu?” Lanjut Luna, menyelesaikan ucapannya.
Gadis itu mengangguk. “Ya, bagaimana kamu bisa tahu nama lengkapku?” Tanyanya kembali.
Jawaban darinya tentunya sangat mengguncang hati Luna, mau bagaimanapun ia belum siap atas situasinya saat ini.
Sebelumnya ia tidak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi secara nyata kepada dirinya sendiri, tentu saja karena ini semua sangat tidak masuk akal untuk dipikirkan dari sisi manapun.
Tugasmu adalah menulis ulang Adegan secara nyata sesuai dengan semua yang anda tulis disini
Pesan itu kembali terlintas seolah peringatan yang tak kunjung hilang.
“Apa ini adalah maksud dari Pesan itu? Pesan itulah yang telah membawaku masuk kesini, ke dalam Cerita Novel yang telah kutulis sendiri. Dan.. Apa orang itu ingin aku berpartisipasi dalam Adegan nyatanya juga?”
Elena berhenti sesaat, ia bertanya karena menyadari ada sesuatu dari Luna yang tidak beres. “Luna, apa kamu baik-baik saja?” Tanyanya khawatir.
Di tengah itu, Luna berusaha tersenyum agar Elena tidak merasa khawatir serta mencari tahu lebih dalam atas kondisinya.
“Aku tidak apa-apa, hanya merasa sedikit pusing saja.” Ujarnya.
Mereka kemudian lanjut berjalan, namun tidak ada percakapan yang terjadi lagi selama itu.
Pikiran Luna menjadi berisik setelah beberapa saat ia mengetahui semuanya, jika dipikir dan dilihat kembali dari situasi malam itu, serta dengan penjelasan dari Profesor Ella yang mengatakan bahwa tempat ini adalah Akademi Aden.
Dapat dipikirkan secara terperinci lagi bahwa tempat ini memang adalah Dunia yang diciptakan olehnya sendiri, Dunia dalam Novel berjudul Whispers of the Enchanted Realm.
“Elena!” Seseorang memanggilnya, dan Luna turut menoleh ke arahnya.
“Profesor Eloise mencarimu.” Katanya.
“Baiklah, aku mengerti.” Ucap Elena, gadis itu kemudian pergi setelah selesai menyampaikan pesannya.
“Luna, aku harus pergi, kamu hanya perlu berjalan lurus dari sini untuk dapat keluar dari Asrama. Disana adalah Taman, dan setelah kamu berjalan sedikit lebih jauh lagi kamu akan dapat melihat Akademi dengan lebih luas lagi.” Ujarnya, Luna mengangguk. Dan ia kemudian pergi terlebih dahulu dari tempat itu.
Luna kembali melangkah, kali ini suasana hatinya sudah sedikit lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Ia memandang sekitarnya, banyak Lukisan indah terpajang di dinding-dinding itu sampai akhirnya ia memasuki ke lorong koridor yang lebih terbuka, banyak tanaman indah yang tumbuh di sana, bunga-bunga yang bahkan belum pernah ia lihat dan ketahui bahwa itu ada di Dunia ini.
Semakin ia melangkah, semakin takjub pula dirinya.
Hal-hal aneh seperti warna Tanaman yang berubah dengan cepat setelah beberapa detik dan proses mekarnya bunga yang berlangsung instan, tentunya hal ini tak dapat diproses secara logika jika itu terjadi di Dunia nyata.
Dari jarak beberapa langkah, Luna melihat sebuah bunga yang telah layu dan tak lama kemudian bunga itu gugur hingga akhirnya kembali tumbuh menjadi suatu bentuk bunga baru yang indah kembali.
Seorang wanita disana, berdiri di samping bunga itu. Ialah yang membangunkan kembali seluruh bunga indah disana.
Tampaknya kehadiran Luna disana disadari oleh wanita tersebut. “Bukankah bunga-bunga ini tampak indah?” Katanya. Luna menoleh ke sekitarnya, mencoba memastikan dengan siapa wanita itu berbicara sekarang.
“Jenis bunga-bunga ini tumbuh berbeda di setiap musimnya, dengan gaya dan wujud yang selalu berubah.” Lanjut wanita itu, kali ini ia memandang ke arah Luna.
Luna melangkah mendekat. “Bagaimana cara anda melakukannya?” Tanyanya penasaran.
“Dengan Sihir semua hal bisa dilakukan dengan mudah.” Jawabnya.
“Sihir?”
“Disini bahkan ada Sihir?!”
“Jika penasaran, anda bisa mengikuti Kelas Herbologi atau Kelas Botani Sihir. Kedua Kelas itu mencakup tentang Sihir beserta manfaat penggunaannya untuk Tanaman-Tanaman ini.” Ucap wanita itu kepadanya.
“Dimana saya bisa masuk ke Kelas itu?”
Wanita itu menatapnya seakan berkata, serius? Kau bertanya kepadaku?
Tentunya tatapan itu membuat Luna merasa tidak nyaman. “Apa ada yang salah, Nyonya?” Tanyanya lagi.
“Oh, tidak, tidak. Untuk memilih Kelas ulang, anda bisa menemui Profesor Darla, dia yang akan mengatur ulang Kelasmu jika anda mau.” Ucapnya.
“Bukankah seharusnya saat ini para Pelajar Sedang berkumpul di ruang Aula Utama? Mengapa anda masih berada disini?”
“Benarkah? Pantas saja aku tak melihat ada Pelajar lain lagi disini..” Gumam Luna, mempertimbangkan suasana sepi yang dilaluinya sedari tadi.
“Bisakah anda memberitahu saya jalan untuk menuju ke ruang Aula itu?” Pinta Luna.
Wanita itu akhirnya memberitahu Luna jalan apa saja yang perlu ia lewati untuk tiba di ruang Aula Utama Akademi ini, dan Luna mengikuti Jalur paling cepat yang dikatakan oleh wanita itu kepadanya.
Wanita itu masih memandangi Luna yang telah pergi. “Melihat dari pakaian yang dikenakan dan usianya.. Bukankah dia adalah seorang Pelajar? Pembukaan untuk Pelajar Tahun Pertama sudah berlalu sekitar 6 bulan yang lalu, dan bukankah seharusnya semua Pelajar sudah memiliki Kelas yang mereka pilih sendiri?” Pikirnya, merasa cukup aneh atas ketidaktahuan Luna.