NovelToon NovelToon
SYSTEM TUKANG OJEK PART II

SYSTEM TUKANG OJEK PART II

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alijapul

Kisah Iyan yang terpuruk karena ayahnya pergi dan meninggalkan banyak hutang,sedangkan Iyan masih SMA,iya pun menjadi tukang ojek untuk membayar hutang tersebut.iyan menemukan system tukang ojek tanpa sengaja bagaimana kisah selanjutnya silahkan dibaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alijapul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Misi yang Mengejutkan dan Motor Baru Juga Rencana Gila

Hari Kamis tiba, dan Iyan bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat membara, ia langsung bertanya kepada Sistem Tukang Ojek. “Halo, sistem! Apa misi kita hari ini? Aku sudah siap untuk jadi miliarder!”

“Sebelum kita mulai misi hari ini, Iyan, aku punya kabar menarik!” suara sistem itu menjawab penuh semangat.

“Apa? Jangan bilang aku dapat pulau atau perusahaan!” Iyan mencela, merasa tak percaya.

“Lebih menarik dari itu! Kamu akan mendapatkan kendaraan baru jika menyelesaikan misi hari ini! Misi kamu adalah mengantarkan lima penumpang dalam waktu dua jam!”

“Wow, mobil baru? Atau… mungkin motor sport?” Iyan bermimpi.

“Bergantung pada kecepatan dan kreativitasmu, Iyan! Tapi ini adalah kendaraan yang bisa membantumu mengantar penumpang dengan nyaman!” sistem menjelaskan.

Iyan tidak sabar untuk memulai. “Oke, ayo lakukan! Aku sudah memiliki penumpang pertama!”

Begitu keluar rumah, ia bertemu Udin yang kebetulan sedang menunggu angkot. “Iyan! Bantu aku dong, aku terlambat untuk les. Bolehkah kau mengantarkan?”

“Siap, bro! Ini adalah misi pertama hari ini!”iyan berkata dalam hati, lalu mempersilakan Udin naik.

Selama perjalanan, Udin tidak henti-hentinya berkelakar. “Kalau kamu jadi tukang ojek seperti ini, nanti aku pengin diskon, ya! Siapa tahu bisa dapat free pass seumur hidup!”

“Diskon? Kamu mau gratisan? Itu hanya terjadi di imajinasimu, Udin!” Iyan tertawa sambil mengemudikan motor tuanya.

Setelah mengantarkan Udin, Iyan segera mencari penumpang berikutnya. Di pangkalan ojek, ia melihat Mira dan Sari sedang bingung mencari ojek. “Ayo, aku antar kamu berdua!”

“Kamu benar-benar ngojek? Wah, ini baru repot!” Mira menjawab sambil melirik Sari.

“Sudah lah, kita cukup bayar! Jadi, berapa?” Sari bertanya penuh antusias.

“100 ribu sepertinya layak untuk perjalanan ini!” Iyan berdecak.

“Wah, kemahalan! Cuma jarak dekat!” Mira komplain.

“Tapi kita juga butuh gadget baru! Apa kamu mau bayar dengan hug? Hahaha!” Iyan bercanda.

Setelah menyelesaikan perjalanan dengan Mira dan Sari, Iyan merasa percaya diri. “Tinggal dua penumpang lagi!”

Di tengah perjalanan, Encep tiba-tiba menelepon. “Iyan! Tolong! Aku di pantai dan mau pulang! Bisa tolong antar?”

“Bisa-bisa! Ini misi yang tepat untukku! Jawab Iyan dalam hati.Tunggu ya!” Iyan menjawab, terpaksa berbelok ke arah pantai.

Sesampainya di pantai, Iyan melihat Encep sedang asyik bermain bola. “Eh, bukan waktu main! Kita harus segera pulang!

“Aku punya uang di dompetku, jadi kita sudah aman!” Encep menjawab sambil berlari mengejar bola.

Iyan tak habis pikir, “Kamu bisa bakar dompet itu dalam perjalanan!” dan mereka pun bergegas kembali ke sekolah.

Satu penumpang lagi kelihatannya sulit dicari. Saat itu Joko muncul dari arah kantin, dengan kepingan kue di tangan. “Iyan! Kenapa kamu kelihatan bengkak? Apa kamu nabrak angkot!”

“Cowok, pantang menyerah! Ayo, naik!” Iyan mengajak sambil menyalakan mesin motor. Saat Joko naik, Iyan menabrak lampu lalu lintas, tetapi segera menyeimbangkan sepeda motor. “Ini namanya adrenalin, bang! Joko harus merasakan, ya!”

“Aku tahu, berkendara tanpa kacamata bukan adrenalin melainkan salah kaprah!” balas Joko sumringah.

Tak lama kemudian, Iyan berhasil mengantarkan semua penumpang dalam waktu dua jam. “Yeay! Misi selesai! Sekarang saatnya mendapatkan kendaraan baru!”

“Iyan, selamat! Kamu telah menyelesaikan misi!” suara sistem menggema di kepalanya. “Kendaraan baru kamu adalah… sepeda motor sport berwarna biru yang mengagumkan.

Iyan tidak bisa mempercayai matanya. Di depan rumahnya, berdiri sepeda motor sport berwarna biru yang mengkilat. “WOOOOOW! Ini benar-benar motor impian!” teriak Iyan, tak sabar untuk mengendarainya. Semua teman-temannya, Udin, Encep, Mira, Sari, dan Joko, yang sedang berkumpul, langsung melongok penasaran.

“Eh, Iyan! Motor siapa itu?” tanya Joko, dengan mata yang berbinar-binar.

“Motor baru! Dan yang lebih penting, ini hasil kerja kerasku!” jawab Iyan dengan bangga.

“Masa sih? Kok kayak di iklan? Berhasil dalam semalam?” Udin menimpali sambil melirik motor dengan penuh rasa ingin tahu.

Sistem Tukang Ojek menginterupsi. “Iyan, ingat untuk mengendarai motor ini dengan hati-hati. Kecepatan dan keselamatan adalah prioritas!”

Iyan tersenyum. “Tenang saja, sistem. Tidak ada gaya balap di sini, hanya gaya tukang ojek!”

Tanpa membuang waktu, Iyan mengajak teman-temannya untuk melihat lebih dekat. “Ayo, kita uji coba! Siapa yang mau naik pertama?”

“Gak usah nanya, aku mau!” teriak Sari penuh semangat.

Tak lama kemudian, mereka semua berebut untuk naik motor. Joko, yang mendapatkan kesempatan pertama, langsung melompat ke jok motor. “Ayo, Iyan! Ajak aku berkeliling desa! Kita pasti terlihat seperti bintang film!”

Di tengah perjalanan, Joko berteriak, “GASS! GASS! Kita harus cepat! Nanti ada fotonya di Instagram!”

Iyan tertawa. “Sabar! Kita bukan sedang balapan. Fokus juga jangan hilang ya!”

Tetapi saat menikung, Joko tiba-tiba berteriak, “Bawa ke kanan! Ke kanan! Tidak! Salah arah!”

“Astagfirullah! Jangan panik! Aku tahu mana yang benar!” Iyan berusaha menyeimbangkan motor, tapi itu justru membuat mereka berputar-putar seperti roller coaster.

Begitu akhirnya berhasil mengendalikan motor, Iyan melirik Joko dan menambahkan, “Nah, jadinya apa? Kita jadi bintang film yang tersesat?”

Sesampainya di pangkalan ojek, mereka turun dari motor sambil terbahak-bahak. “Iyan, kamu harus sering-sering bawa kami! Ini bikin adrenalin!” Sari berkomentar, masih tertawa.

“Ya, cuman jangan terlalu ketat di belokan, Iyan!” kata Udin sambil menggelengkan kepala.

Setelah tawa reda, Iyan keluar dari kerumunan. “Kalian tahu, aku rasa sudah saatnya kita melakukan sesuatu yang lebih besar dengan motor ini.Mengumpulkan uang lebih banyak untuk membantu membayar hutang!

“Wow, hebat! Misi berkeliling desa, ngojek kan?” Encep memberikan ide cemerlang.

“Yup! Besok kita adakan acara tukang ojek! Siapa mau ikut?” Iyan mengusulkan dengan penuh semangat. “Kita bisa bawa makanan, bikin acara, sembari ngojek!”

Teman-temannya saling berpandangan. “Keren! Ayo! Kita adakan acara!” teriak Udin semangat.

“Iya, kita bisa menjajakan kue buatan ibu kamu! Makanan dan layanan ojek jadi satu!” Sari menambahkan.

“Gak ada cara yang lebih lucu dibanding memperkenalkan tukang ojek dengan makanan! Biar kita semua bisa santai!” Mira menyetujui.

Seluruh teman-teman setuju, dan Iyan merasa semangat baru mengalir dalam dirinya. Mereka merencanakan acara tukang ojek di sekolah untuk akhir pekan agar semua orang bisa ikut.

Malam itu, Iyan pulang ke rumah dengan hati yang penuh harapan. Ia memberitahu ibunya tentang rencana dan motor barunya. “Bu, lihat! Aku dapat motor baru! Dan aku juga punya rencana mengadakan acara tukang ojek!”

Ibu Iyan tersenyum. “Bagus, Nak! Tapi ingat, yang paling penting adalah kamu belajar dan punya tanggung jawab!”

“Iya, Bu! Aku akan buktikan kalau ini semua untuk membangun masa depan kita!” Iyan bertekad.

Dalam hati, Iyan tahu jika bisa menjalankan acara ini dengan baik, ia tidak hanya bisa membayar hutang ayahnya, tetapi juga memberikan kebahagiaan untuk ibunya dan teman-teman.

Hari Jumat tiba, dan seluruh sekolah sudah bersemangat menanti acara yang direncanakan oleh Iyan dan teman-temannya. Mereka telah membagi tugas,Udin yang bertugas membawa makanan, Sari menangani dekorasi, dan Mira serta Encep merencanakan iklan untuk acara hari sabtu. Joko di sisi lain, dengan kebanggaan yang berlebihan, akan menjadi MC dalam acara tersebut.

“Iyan! Kamu sudah siap? Kita hanya punya satu hari lagi sebelum acara!” teriak Joko sambil berlari mendekati Iyan.

“Iya! Sudah hampir semua siap! Kita hanya butuh mengingat jadwal dan siapa yang harus membawa apa,” jawab Iyan sambil menggenggam tangan.

“Baiklah, aku akan bangun pagi, gigit jari, dan terbang ke sana!” Joko berpura-pura terbang dengan tawa.

Malam itu, setelah rapat terakhir di rumah Iyan, mereka semua pulang dengan semangat yang membara. Iyan berdiam diri di kamar memikirkan rencananya. “Sistem! Apa kamu punya saran untuk acara besok?”

“Sebagai sistem tukang ojek, aku sarankan karisma dan humor kalian harus ditonjolkan!” suara sistem itu menjawab.

“Karisma? Ketika perutku keroncongan?” Iyan menggelengkan kepala, membayangkan semua makanan yang akan dinikmati. “Bisa gak ada makanan berat?”

“Yang terpenting adalah kesenangan! Mau misi di tengah acara atau cukup fokus menghibur orang?” sistem berbalik bertanya.

Iyan berusaha berpikir sejenak. “Kita akan lebih fokus pada acara, dan jika kesempatan muncul, baru kita ambil misi! Siapa tahu kita bisa dapat uang tambahan!”

Setelah berdiskusi dengan sistem, Iyan merasa lebih siap untuk menghadapi besok.

Hari acara tiba, dan Iyan serta teman-temannya berdiri di depan pangkalan ojek di sekolah dengan berbagai makanan yang telah disiapkan. Joko sudah mulai mengatur mic dan berlatih pengantarannya.

“Selamat datang semuanya! Mari saksikan acara tukang ojek yang akan menghancurkan rasa lapar kalian!” Joko berteriak meriah, dan semua orang mulai berkumpul.

“Joko, jangan lebih sok! Kita bukan pameran makanan, kita hanya berbagai makanan ke tukang ojek!” Mira menambahkan, sambil menyiapkan makanan.

“Aku tidak terlihat sok! Tapi kita perlu menjaga branding! Ingat, kita adalah tim ojek yang menawarkan lebih dari sekadar perjalanan!” Joko membalas dengan serius.

Setelah semua siap, Iyan memanggil temannya untuk bergabung lagi. "Oke, kita siap untuk mulai ngojek! Ingat, bawa energi positif dan humor!”

Iyan mengambil posisinya di depan motor barunya, siap menunggu penumpang pertama. Tak lama kemudian, Encep berlari sambil melambaikan tangan. "Iyan! Kita sudah setengah jam dan belum ada penumpang!"

Iyan tertawa. "Tenang, jangan panik! Ini baru awal! Kalian sudah melihat iklan di poster?”

"Aku rasa iklan kita kurang menarik, lebih mirip karya seni anak TK!" jawab Sari sambil tertawa.

Justru di saat yang sama, beberapa siswa dari kelas lain mendekat, penasaran dengan acara tersebut. "Wah, apa ini? Ojek dengan menu? Mau pesan berapa porsi?” tanya salah satu siswa.

“Pesan satu porsi pelayanan ojek plus makanan adalah 50 ribu rupiah! Makanan ditangani oleh koki sekolah kami!” Mira menjawab penuh semangat.

"Dan untuk perjalanan, gratis! Hanya dengan senyum dan tawa!" tambah Iyan, berusaha menarik perhatian mereka.

Seiring berjalannya waktu, penjualan makanan meningkat, dan Iyan serta teman-temannya mengantar penumpang dengan gembira. Tiap kali mengantar penumpang, Iyan mengingatkan mereka untuk memberikan umpan balik.

“Kalau ingin kami tetap ngojek, kasih tahu kami di Instagram! Kami juga menerima kritik!” kata Iyan sambil terkekeh.

Setelah mendapatkan banyak penumpang, Iyan mendengarkan suara sistem yang memberi tahu. “Selamat, Iyan! Kamu mendapatkan 1 juta rupiah dari acara ini! Hadiah tambahan untuk misi yang kamu kerjakan!”

“WOOOW, satu juta?! Ini luar biasa!” Iyan menjawab dengan sirene dan membagikan kabar baik kepada teman-temannya.

Di tengah keseruan, mereka melihat seorang siswa baru yang kesulitan membawa barang.

Bersambung...

1
Nino Ndut
Hmm, kayak bukan ngomong ma sistem yak.. mirip kayak ma orang biasa..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!