Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BONEKA BERUANG
Aurora merasa betapa beruntung wanita yang mendapatkan cincin itu, selain cincinnya terlihat mewah harganya pun sangat fantastis.
Segera Aurora membuyarkan lamunannya, kemudian dia bersiap siap untuk pulang. Tak lupa dia mengecek ponselnya berharap ada notifikasi pesan dari William, namun justru sebaliknya.
Aurora berfikir mungkin William sangat sibuk.
Marina mulai menyadari dari tadi Aurora selalu memperhatikan ponselnya.
"Ra,,,, Apa sampai sekarang William belum mengirim pesan ?", tanya Marina sambil memperlihatkan ekspresi Aurora.
"Belum Rin,,,, mungkin dia lagi sibuk", jawab Aurora tenang sambil tersenyum.
Marina menarik nafas dan menghela nafasnya dengan panjang dengan ekspresi gregetan,
"Aku gak tau lagi Ra,,, dia itu nganggep kamu pacar atau gak, setelah dia jadi manager kamu malah diperlakukan kaya gini aku juga yakin kalau dia pasti lupa kalau hari ini adalah hari anniversary kalian."
Aurora tersenyum getir dan menjawab," gak apa apa Rin,,, dia pasti sibuk banget kamu jangan suudzon dong...".
Marina memalingkan muka dengan ekspresi marah karena menurutnya sahabatnya itu hanya diperalat oleh William.
Sesampainya dirumah, Aurora mencuci baju pelanggan karena seiring berjalannya waktu, Aurora mendapat pelanggan yang cukup banyak dan lumayan mendapatkan uang tambahan.
Aurora tampak tersenyum getir.
Aurora mengintip kamar nenek Hamida yang selama ini merawatnya. Aurora merasa bersalah karena belum bisa membahagiakannya.
Sambil mengusap wajah nenek Hamida, Aurora meneteskan air mata.
"Maafin Aurora ya nek, selalu bikin nenek susah", ucap Aurora sambil menyelimuti nenek Hamida yang tertidur pulas.
Selama ini Hamida ikut membantu Aurora berjualan di warung kecil depan rumahnya. Walaupun sudah berkali kali Aurora melarangnya, namun Hamida tetap kekeh untuk berjualan.
Aurora mengecup kening nenek Hamida lalu melanjutkan untuk mencuci baju baju tadi yang belum selesai. Setelah selesai mencuci baju, Aurora memotong sayur dan bumbu bumbu dapur untuk jualan nenek Hamida besok.
Aurora gak mau jika Hamida terlalu lemah mengingat nenek Hamida sudah berumur. Aurora kembali mengecek ponsel miliknya, namun tidak ada notifikasi satupun dari William.
Aurora menarik dan melepaskan hembusan nafasnya dengan pelan sambil bergumam," aku gak boleh suudzon mungkin dia lagi sibuk."
Diluar sana mobil Devandra melaju dengan kencang menuju apartemen milik Casandra, Devandra sudah tak sabar akan melamar Casandra. Sesampainya di apartemen Casandra, Devandra segera menuju ke lift dan menekan lantai 10.
Sementara John menunggu di lantai bawah. Devandra mengetuk pintu milik Casandra, namun sama sekali tidak ada sahutan, karena khawatir Devandra menekan pin yang terletak di pintu apartemen karena Devandra sudah mengetahui pin apartemen milik Casandra.
Setelah pintu terbuka betapa kagetnya Devandra karena Casandra tidak ada di kamarnya. Kemudian Devandra mencoba menghubungi Casandra.
"Hallo Devan, aku dirumah ayah maaf kalau aku gak ngabarin karena ayah badannya sedikit gak enak", ucap Casandra tanpa menunggu Devandra berbicara
Mendengar hal itu, Devandra terlihat kaget dan khawatir lalu buru buru Devandra menjawab
"Keadaan ayah sekarang bagaimana apakah sudah baikan, aku kesana sekarang ya."
Casandra tersenyum lalu menenangkan Devandra
"Keadaan Ayah sudah baikan, besok aku pulang jadi kamu gak perlu kesini", jawab Casandra sambil memegang kening ayahnya.
"Oh ya besok aku sekalian mau ke Rumah Sakit untuk periksa kehamilan, apa kamu mau ikut" ucap Casandra kembali.
Mendengar hal itu Devandra nampak bersemangat lalu berucap" besok kabari ya , atau besok aku suruh John untuk menjemput kamu."
Casandra mengerti kekhawatiran Devandra mengingat dia yang lagi hamil muda kemudian dia mengiyakan penawaran Devandra.
"iya Devan", jawab Casandra.
Saat Hamida ingin pergi ke dapur, dia begitu kaget karena sayur yang terletak di lemari es telah selesai di potong dan di bersihkan.
Hamida juga melihat bumbu bumbu dapurnya telah selesai di tumis. Hamida mengecek ke kamar Aurora, dia melihat Aurora tampak tertidur pulas.
Hamida merasa kasihan melihat kondisi Aurora, dia bekerja keras demi memenuhi kebutuhannya, dan selalu menebus obat untuknya. Dengan perlahan Hamida membangunkan Aurora untuk melaksanakan shalat Shubuh.
"Ra,,, bangun nak udah adzan saatnya shalat shubuh", ucap Hamida sambil menggoyang goyangkan kaki Aurora dan mengusap usap kepala Aurora.
Aurora merasa ada benda hangat yang menyentuh kepalanya kemudian dia terbangun dan membuka mata.
"iya nek,,,, makasih ya nek udah bangunin aku", jawab Aurora sambil tersenyum dan memegang tangan Hamida kembali.
Hamida melanjutkan untuk menyelesaikan masakan yang belum selesai untuk di jual, sementara Aurora mengambil air wudhu dan menjalankan shalat shubuh.
Selepas sholat shubuh, Aurora ikut membantu Hamida memasak dan menyiapkan bahan bahan untuk berjualan, mulai dari membereskan meja dan menyiapkan piring piring bersih untuk para pelanggan. Karena kebanyakan para pelanggan Hamida adalah orang orang pekerja yang malas membuat sarapan.
Tepat pukul 07.00 Aurora akan berangkat kerja dengan mengendarai motor bututnya, namun saat dia menoleh kesamping, Aurora kaget saat melihat William tersenyum dan membawa pasangan boneka beruang yang berwarna hitam putih dan berkemeja untuk boneka cowok dan warna pink muda untuk boneka cewek.
Saat menunjukkan boneka tersebut, wajah William sangat bahagia.
Aurora juga nampak bahagia terlihat dari dia tersenyum dan matanya berkaca kaca.
Melihat hal itu, William mengusap air mata Aurora dan langsung memeluknya.
"Maaf ya sayang,,, akhir akhir ini aku sibuk banget sampai gak sempat bertukar kabar denganmu, pasti kamu mikir aku lupa hari penting kita", ucap William sambil mengusap punggung Aurora.
Aurora melepas pelukan William sambil menjawab dan menggelengkan kepala.
"Gak sayang,,, maaf ya aku sedikit suudzon sama kamu."
William menyerahkan boneka cowok untuk diberikan ke Aurora dan mengambil boneka cewek untuk dia simpan sendiri.
Aurora menerimanya dengan hati berbunga bunga.
William melihat jam di tangannya kemudian dia menawarkan diri untuk mengantar Aurora di tempat kerjanya.
"Aku anterin kamu kerja ya,,, udah lama kita gak jalan bareng" ucap William
Aurora mengiyakan tawaran William dan memasukkan motor bututnya kembali kedalam rumah.
Didalam mobil, mereka bedua nampak terlihat bahagia. William menyetir mobil sambil mengusap punggung tangan Aurora.
Karena masih ada waktu, William meminggirkan mobilnya ke tepi jalan kemudian mematikan mobil tersebut sambil melihat wajah Aurora.
"Sayang aku sayang banget sama kamu, aku ingin cinta kita dibawa ke jenjang yang lebih serius,, bagaimana kalau nanti malam aku jemput kamu sepulang dari kerja?", ucap William sambil berbisik di telinga Aurora yang membuat bulu kuduk Aurora merinding.
Aurora sedikit mendesah saat bibir William menggigit kecil telinganya. Tanpa terasa bibir William sudah berada di dekat bibir Aurora.
Dengan lahap William mengulum bibir tipis Aurora yang telah lama tidak dia sentuh, Aurora pun juga membalas pagutan William dengan lembut.
Hingga aktivitas panas mereka pun terhenti saat ponsel William berbunyi.
"Apa,,,, oke aku kesana sekarang", jawab William dengan khawatir dan kaget.