perjalanan seorang anak yatim yang berusaha menjadi pendekar untuk membalaskan dendam atas kematian pamannya karena perampokan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kitab Pengobatan Tabib Dewa Mata Tiga
Setelah beberapa jam aliran tenaga dari Ki Ludira itu melemah dan akhirnya berhenti.
Bluk
Ki ludira terjatuh dari duduknya , Arya mengeraskan rahangnya ,
aaargh
Arya menjerit saat totokan di tubuhnya terbuka , ia dengan cepat melihat Ki Ludira , namun ia mendapati Ki ludira telah tewas kehabisan tenaga .
" kenapa kakek mengorbankan diri seperti ini" tangis Arya , dia merasa menjadi anak pambawa sial , setiap ada yang dekat dengannya selalu berakhir dengan kematian.
dengan pedang pendeknya dia menggali tanah , untuk menguburkan jasad Ki Ludira.
" jangan Khawatir kek, aku akan menuruti pesan terakhirmu, aku akan menjadi pendekar yang membela kebenaran." Arya berjanji di depan makam Ki ludira , kini ia sendiri lagi di dunia yang luas ini , ia memeriksa buntelan yang terbawa saat ia jatuh .
Arya membuka simpul yang terdapat di ujung kain, ada banyak koin emas dan beberapa koin perak.
mata uang yang di pakai pada masa itu , koin emas , koin perak dan koin tembaga .
satu koin emas sama dengan sepuluh koin perak, dan satu koin perak sepuluh koin tembaga, selain koin ada banyak juga baju baju yang pas di tubuhnya ,
" ini sepertinya baju Luwi " gumam Arya.
" kitab racun, huh dasar manusia durjana " ucap Arya menjauhkan kitab itu setelah membaca sekilas ,ternyata dalam mengembangkan racunnya Tapak Merah tak segan segan menangkap pendekar yang memiliki ilmu di bawahnya sebagai percobaan racunnya.
" kotak apa ini yah?" tanya Arya melihat sebuah kotak yang indah berukuran 15 X 20 centimeter dengan ketinggian 15 centian dalam bungkusan itu, dengan berhati hati Arya membuka kotak itu.
cahaya menyilaukan keluar dari dalam kotak yang terbuka,
" perhiasan, " seru Arya senang , tapi ia kembali kehilangan kesenangannya, perhiasan dan koin emas itu jelas berharga, tapi apa gunanya di dasar jurang. Saat memeriksa kotak itu kembali ia menemukan di dasar kotak ada sebuah kitab dengan sampul sebuah tanaman . Seperti teratai tapi berwarna transparan.
Arya mengambil dan membaca kitab itu.
" buku pengobatan tabib Dewa Mata Tiga" gumam Arya membaca tulisan di halaman pertama . Buku itu menjelaskan semua tanaman herbal juga menjelaskan khasiat serta efek sampingnya. selain itu ada juga ramuan untuk memperkuat badan , yang tanamannya banyak terdapat di hutan hutan, juga ada yang bisa menaikan tenaga dalam hanya saja bahannya cukup langka.
Arya terus mempelajari buku itu, dari cara mengenali tanaman berkhasiat , memeriksa dan mengobati penyakit, membuat Arya semakin giat mempelajari kitab itu , dalam hatinya ia berpikir, tak apa aku tak bisa silat dan hanya mempunyai tenaga dalam, setidaknya ia bisa mengetahui cara mengobati penyakit dan luka dalam, dan juga ada satu latihan khusus untuk memperkuat diri, dengan ramuan, pelatihan kasar untuk membentuk tubuh kuat dari racun dan pukulan biasa.
dasar jurang selain danau nya yang jernih , banyak juga tanaman herbal yang cukup langka, tak ada binatang buas di sini, hanya Arya harus mewaspadai ular yang sering berkeliaran di sana.
Walau mempunyai tenaga dalam yang tinggi hasil operan dari Ki Ludira, Arya tak tahu cara menggunakannya, dan tenaga itu mengendap di pusat tenaga dalamnya . Arya juga mengambil kembali kitab milik Tapak Merah, bukan ingin mempelajari racun tapi mempelajari cara mengobatinya, apalagi dalam kitab Tabib Dewa Mata Tiga dalam mengobati racun bisa dengan metode racun lawan racun , pesan terakhir dari pemilik kitab sang Tabib Dewa, menyuruh siapapun yang mempelajari buku itu harus membakar buku itu bila sudah selesai mempelajarinya. Setelah mempelajari bagian titik titik nadi penting Arya membakar kitab itu
Walau sayang mau tak mau Arya harus membakar ia sudah menganggap Tabib Dewa Mata Tiga sebagai gurunya maka ia akan menuruti apa perintahnya apalagi itu hanya membakar kitab yang sudah selesai ia pelajari. Arya juga membakar kitab Tapak Merah, ia sudah mengetahui racun racun apa yang biasa di gunakan di rimba persilatan ,ia tak mau nantinya kitab racun itu jatuh ke tangan yang salah.
Api dengan cepat membakar kedua buku itu, hanya saja sampul buku kitab Tabib Dewa Mata Tiga tak juga terbakar , ia menambah lagi kayu pada api yang sedang menyala, namun sampai dua jam sampul buku itu masih saja utuh.
" tang" terdengar suara logam beradu saat pedang pendek Arya membentur sampul buku itu.
" sepertinya ada logam di sampul itu" kata Arya dalam hati , ia mencongkel sampul itu dengan pedangnya agar keluar dari api unggun
" teng"
" teng"
Arya membenturkan kembali pedangnya untuk memastikan dan ternyata benar ada lapisan logam di dalam sampul itu.
" setelah dingin Arya membersihkan sampul itu, kini baru nampak ternyata sampul itu adalah selembar logam , dan ada garis lurus menandakan logam itu ada dua lapis yang menandakan sampul itu berlapis, Arya memastikan ada sesuatu di dalam logam berlapis itu.
Dengan hati hati ia mencongkel tepian
klaaang
logam itu terbelah dua, dan satu kitab tipis ada di sana.
Arya mengambil kitab itu, dan membacanya.
" ilmu tenaga dalam"! Arya berteriak kesenangan, di dalam kitab itu ternyata memuat pelajaran tentang menghimpun tenaga dalam dan juga cara menyalurkan ,di sana juga ada ilmu khusus yang membuat Tabib Dewa terkenal pada masanya , Cara mengaktifkan mata Ketiga. Arya mulai berlatih dengan tekun mempelajari kitab Tenaga dalam peninggalan dari Tabib Dewa .
Di atas jurang ,tak lama setelah Tapak Merah pergi , para pendekar mulai berdatangan. Mereka terkejut dengan mayat mayat yang bergelimpangan dengan kondisi yang mengenaskan.
" siapa yang melakukan tindakan kejam seperti ini?" para pendekar mulai bertanya tanya.
" coba kita periksa ada luka dalam khusus tidak" seorang pendekar menyarankan untuk memeriksa kondisi mayat mayat itu.
Sepandai pandainya menyimpan barang busuk, pasti tercium juga.
" tapak merah beracun!?" seru seorang pesilat yang memeriksa kondisi mayat mayat itu.
" ya disini juga bekas pukulan Tapak merah beracun " sahut seorang pendekar lagi.
hampir semua yang tewas di sana terkena serangan telapak merah, hanya beberapa saja yang tewas karena pedang dan pukulan lain.
" Tapak merah, terlalu kejam, kita harus berhati hati bila bertemu dengannya," ucap seorang pendekar,
" ya, tapi bagaimana dengan kabar harta pusaka peninggalan pendekar itu?" tanya seorang pendekar lagi, di punggungnya membawa sebatang pedang panjang dengan pita di gagang berwarna biru yang menandakan ia seorang pendekar Berpedang. Tidak sembarang orang memakai pita berwarna biru, karena tingkatan ilmu pedang sangat di hormati, bila kemampuannya belum di kenal berani memakai pita berwarna biru sudah di pastikan akan banyak yang menantang nya untuk membuktikan ilmu pedangnya. Pendekar pedang yang biasa biasa saja hanya bisa memakai pedang tanpa tanda pita.
Di saat itu tingkatan pedang di bagi menjadi tujuh tingkat dengan di tandai oleh Pita berwarna
Tingkat pertama putih
Tingkat Kedua merah
Tingkat ketiga kuning
Tingkat keempat orange
Tingkat kelima hijau
Tingkat ke enam Biru
Tingkat ketujuh Emas.
Tingkatan ini sudah lama di tetapkan, namun banyak juga yang tak memakai tanda pita karena tak mau menyombongkan diri, atau juga tak mau mengikuti Ujian Pedang yang di adakan oleh pihak kerajaan.
Setiap Tiga tahun sekali , semua kerajaan mengadakan test Ujian pedang untuk menentukan tingkatan mereka , selain untuk mengetahui tingkat ilmu pedang, pihak kerajaan juga merekrut generasi muda yang mempunyai ilmu tinggi untuk bergabung bersama pasukan kerajaan.
Bagi para tuan muda acara itu sangat bergengsi , karena mereka bisa menyombongkan ilmu pedang warisan keluarga mereka ,namun bagi para pendekar bebas hal itu kurang menarik.
Di Atas Jurang para pendekar berkumpul
" sepertinya Tapak merah sudah mendapatkan pusaka itu, kita harus memberitahukan yang lainya " ucap seorang pendekar saat mereka melihat banyaknya mayat yang bergelimpangan di sana,Mereka semua membubarkan diri setelah menguburkan mayat mayat itu.