Velia diperlakukan dingin oleh suaminya, Kael setelah menikah. Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan dirinya malah mendapati Kael mengkhianati dirinya.
Dalam semalam, Kael menunjukkan sifat aslinya membuat Velia tak tahan dan mengakhiri hidupnya. Namun, Velia justru terbangun di masa lalu dimana dirinya belum mengenal Kael sama sekali. Apa yang akan di lakukannya pada kesempatan kedua ini? Apakah gadis itu berhasil mengubah takdir? atau justru menempuh jalan yang sama?
cr cover: https://pin.it/5RJgxu4Ex :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Teriakan Velia terdengar samar-samar di telinga Gaby, membuat wanita itu menghentikan aktivitasnya. "Apa itu? Kau juga mendengarnya, kan?" tanya Gaby dengan napas yang tersengal-sengal, detak jantungnya masih tak beraturan akibat pertarungannya dengan Kael.
"Hanya perasaanmu saja. Tidak usah di pikirkan," jawab Kael santai.
"Cih! Jalang sialan, aku akan membuat perhitungan padamu setelah ini," batin Kael, rahangnya menegang.
Di sisi lain Velia yang berteriak sejak tadi mulai kelelahan. "Sial! Kaca ini terlalu tebal," umpatnya sambil memukul kaca yang menutupi ventilasi.
Wanita itu terus berusaha membuka kunci kecil ventilasi itu dengan jarinya, "Kuncinya juga macet, bajingan ini sepertinya telah merencanakannya sejak lama— aw!" ujarnya. Barang yang menjadi pijakan Velia ambruk, membuatnya terjatuh.
Tanpa mempedulikan rasa sakit di tubuhnya, ia bangkit kembali dan mengelilingi ruangan gelap itu dengan harapan menemukan jalan keluar. Suara desahan itu masih menghantui pikirannya, membuat dadanya terasa sesak seperti ada yang meremasnya dari dalam.
"Kael—" gumam Velia, tubuhnya mulai limbung disusul oleh penglihatannya yang kian menggelap. Suara erangan wanita yang tengah digagahi suaminya kini terdengar jauh, seperti di bawah air sebelum akhirnya wanita itu kehilangan kesadarannya.
Sinar matahari yang membawa kehangatan menerobos ke kamarnya melalui jendela, membelai wajahnya dengan kelembutan. Kesadaran Velia perlahan mulai kembali, wanita itu membuka matanya perlahan. "Kael?" gumamnya dengan suara parau.
Pipinya dipenuhi oleh jejak air mata yang mengering, pikirannya langsung tertuju pada kejadian semalam. Kejadian dimana suaminya justru berhubungan dengan wanita lain di hadapannya. "Bagaimana bisa kau berbuat seperti itu di depan istrimu sendiri!!" bentak Velia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu bangkit dari tidurnya.
Kael terkekeh, "Heh, apa hakmu bertanya padaku?" tanua Kael menyeringai, memperlihatkan deretan gigi yang rapi. Senyumnya seolah mengejek keputusasaan wanita di hadapannya.
Velia tertegun, mulutnya sedikit terbuka. "Apa hakku katamu? Aku istrimu, Kael! Istrimu!" ucapnya seraya menunjuk-nunjuk dadanya.
"Alasannya ... karena wanita hina sepertimu pantas mendapatkannya! Jalang sepertimu tidak berhak bahagia!" balas Kael, tangannya lalu mencengkeram rahang Velia dengan keras membuat wanita itu meringis kesakitan.
Velia berusaha melepaskan cengkraman tangan Kael, "Lalu kenapa kau menikahiku?! Kenapa kau bersikap baik padaku?! Kenapa kau membuatku mencintaimu?! Kenapa?!" ucap Velia menghujani Kael dengan pertanyaan.
Jantungnya berdentum tak beraturan, air matanya luruh membasahi pipinya. Velia menelan ludahnya dengan kasar, "Ayo kita bercerai dan tinggal terpisah selama proses perceraian itu," ujar Velia dengan napas yang tersengal.
"Jalang sepertimu tidak berhak memerintahku. Seharusnya kau berterima kasih karena aku telah memungutmu dan membiarkanmu tinggal di rumah yang nyaman seperti ini," desis Kael mendekatkan wajahnya ke wajah Velia.
Tangan Velia bergerak dengan sendirinya, mendaratkan tamparan di pipi Kael. Matanya membola, tapi tapapannya kosong. "Jaga bicaramu, Kaelion! Memungutku katamu? Hah sialan! Kau yang mendekatiku lebih dulu, siang dan malam yang kau lakukan hanya mengejarku! Ingat itu!"
Kael menggeretakkan giginya, "Lalu? Kau termakan umpanku bukan? Dengar ini baik-baik Velia. Aku, tidak akan menceraikanmu sampai kapan pun. Jangan bermimpi bisa lepas dariku dengan mudah," desis Kael kemudian berlalu meninggalkan Velia seorang diri.
Velia tertunduk, "Keparat!" umpatnya, tangannya mengepal erat hingga buku-buku kukunya memutih. Dengan mengerahkan seluruh tenaga, wanita itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Velia berdiri, melihat pantulan dirinya di cermin. "Hah! Bahkan pernikahan kita masih seumur jagung, tapi kau sudah mengkhianatiku," gumamnya sambil tersenyum getir.
Tangannya meraih botol shampo di dekatnya, "Aku ... tidak akan memberikan sisa umurku untuk bedebah sepertimu!"