NovelToon NovelToon
Tua Dalam Luka

Tua Dalam Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Beda Usia / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

aku temani dia saat hidupnya miskin, bahkan keluarganya pun tidak ada yang mau membantu dirinya. Tapi kenapa di saat hidupnya sudah memiliki segalanya dia malah memiliki istri baru yang seorang janda beranak 2? Lalu bagaimana denganku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB

Akhirnya, setelah semuanya meledak seperti bara yang tak bisa lagi dipadamkan, aku membuat keputusan.

Keputusan yang tidak mudah. Tapi aku sadar, hidup kadang memang tidak memberi pilihan yang menyenangkan.

Aku menatap suamiku—lelaki yang dulu begitu aku cintai, kini duduk lesu di hadapan Pak Lurah. Di sebelahnya, Wulan menunduk diam, wajahnya pucat pasi.

"Aku izinkan kalian menikah," ucapku pelan namun tegas.

Ruangan mendadak hening.

Bahkan angin yang masuk lewat jendela balai desa pun seolah ikut berhenti.

"Tapi," lanjutku, menatap lurus ke arah suamiku, "harus ada perjanjian. Tertulis. Di atas kertas. Di depan saksi. Supaya suatu hari nanti, kalau kamu lupa lagi siapa yang dulu bersamamu dari nol, kamu bisa baca sendiri."

Suamiku menatapku, matanya berkaca-kaca.

“Yah… aku—”

“Diam dulu,” potongku cepat.

Aku menoleh ke Pak Lurah.

“Bisa bantu siapkan surat perjanjian, Pak? Saya ingin semuanya jelas. Hak dan kewajiban. Pembagian harta. Nafkah anak-anak. Termasuk batas-batas keuangan yang boleh kamu berikan ke istri mudamu.”

Pak Lurah mengangguk. “Bisa, Bu. Nanti saya minta bantuan dari pihak kelurahan untuk menyusun surat pernyataan bermeterai.”

Wulan tampak tersentak.

Mungkin ia baru sadar, menikahi suamiku bukan sekadar menang dari istri tua.

Tapi juga ikut memikul beban perhitungan dan tanggung jawab.

...****************...

Sore itu, di balai desa, surat perjanjian yang kususun dengan penuh pertimbangan akhirnya selesai diketik oleh staf kelurahan.

Aku duduk dengan punggung tegak, menyimak satu per satu isi kalimat yang dibacakan oleh Pak Lurah dengan suara lantang.

"…bahwa istri kedua, atas nama Wulan, tidak berhak atas kepemilikan atau pemanfaatan harta yang dihasilkan dari usaha milik Bapak Ramli sebelum maupun sesudah pernikahan dengan Wulan.

Dan bahwa anak-anak dari hasil pernikahan tersebut pun tidak memiliki hak waris atas tanah, toko, dan aset yang dimiliki Pak Ramli saat ini."

Mataku menatap lurus ke arah Wulan, yang mulai gelisah.

Ia mencubit jari-jarinya sendiri, wajahnya merah padam.

“Apa maksudnya ini?” tanyanya dengan suara meninggi, tak sanggup lagi menyembunyikan kekesalannya. “Jadi aku ini istri cuma di atas kertas? Anakku nanti dianggap apa?”

Aku tetap diam, membiarkannya meledak.

Suamiku mencoba menenangkannya, tapi Wulan menepis tangannya.

“Kamu bilang mencintaiku! Kamu janji akan bahagiakan aku! Sekarang malah suruh tanda tangan surat yang bikin aku kayak numpang hidup? Bahkan aku tidak bisa menikmati harta yang kamu punya? Lalu gunanya aku menikah sama kamu apa, Mas?"

Aku mengangkat tangan, menyela.

“Itulah resiko yang harus kamu hadapi, jangan pernah bermimpi untuk menjadi nyonya di rumahku, Wulan. Kamu datang di tengah pernikahan orang lain. Kamu terima suamiku ketika dia sudah punya semuanya. Lalu sekarang kamu marah karena tak tak bisa menikmati hartanya? Kamu pikir aku dapat semua ini dengan duduk manis?”

Wulan terdiam. Wajahnya memerah karena malu dan marah bercampur jadi satu. Aku lanjut bicara, kali ini menatap suamiku.

“Kamu boleh tetap menafkahi Wulan. Tapi hanya sebatas kebutuhan harian. Tidak lebih. Semua harta yang selama ini kita bangun, toko material, tanah 10 hektar, rumah-rumah itu—itu semua bukan untuk dibagi. Dan kalau kamu melanggar perjanjian ini, kamu akan kehilangan semuanya.”

Sebenarnya, dari awal Wulan sudah menunjukkan keberatan saat mendengar isi perjanjian itu. Raut wajahnya berubah drastis—pucat, tegang, dan penuh kebimbangan.

Tangannya yang menggenggam kertas perjanjian tampak gemetar, sementara matanya menatap suamiku, Ramli, dengan pandangan yang tak lagi yakin.

"Aku nggak yakin mau lanjut menikah, Mas," ucapnya pelan pada saat itu.

"Kalau perjanjian ini ditandatangani, apa yang bisa aku dapat selain status? Semua dibatasi... semuanya seperti jebakan."

"Kalau merasa dirugikan, silakan mundur. Tapi sebelum itu, saya ingatkan, semua warga sudah tahu kejadian di kontrakan. Perzinahan dengan suami orang, disaksikan banyak orang. Itu sudah cukup untuk dilaporkan secara hukum."

Wulan tersentak.

Ia menoleh ke arah Pak Lurah, lalu ke Ramli yang tampak serba salah.

"Tapi… saya nggak sanggup kalau harus berurusan sama hukum…" bisiknya, nyaris menangis.

"Kalau tidak ingin berurusan dengan hukum, maka selesaikan ini secara baik-baik. Tandatangani perjanjian. Status izin untuk menikah dari istri pertama sudah didapat, tapi hak atas harta tidak akan dibagi. Itu saja. Semua kembali ke pilihan masing-masing."

Wulan tertunduk. Ia tahu dirinya terpojok. Menolak berarti berhadapan dengan proses hukum dan aib yang makin tersebar luas.

Menerima berarti menjalani pernikahan tanpa memiliki kendali apa pun atas masa depan dan keuangan.

Akhirnya, dengan napas berat dan air mata yang mulai menggenang, Wulan menandatangani perjanjian itu. Sedangkan suamiku sendiri… hanya bisa tertunduk diam di sudut ruangan balai desa.

Sudah lebih dari lima puluh tahun usianya, rambutnya pun mulai memutih, punggungnya tak lagi tegak seperti dulu. Tapi alih-alih memperbanyak amal dan mempersiapkan diri untuk hari tua, justru memilih jalan yang memalukan—berzina dengan janda yang bahkan punya dua anak dari lelaki sebelumnya.

Aku memandangnya, dan entah mengapa tak ada lagi rasa iba.

Yang ada hanya lelah dan kecewa yang tak bisa disembunyikan.

Suamiku, yang dulu bersamaku saat hidup masih digenggam dengan kesederhanaan, kini justru menampar semua kenangan itu demi kesenangan sesaat.

Apa tak cukup sudah aku mendampingi sejak masa-masa paling sulit?

Apa harus dibayar dengan pengkhianatan seperti ini?

"Sudah tua, tapi kelakuan seperti anak remaja yang baru belajar cinta," gumamku pelan sambil memalingkan wajah.

Ia masih diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Mungkin malu.

Setelah keduanya beres mendatangani surat tersebut, suamiku terlihat tenang dan santai. Pasti dia mengira semuanya sudah selesai.

Pasti dia merasa masalah ini sudah ditutup rapat dengan perjanjian yang aku buat bersama Wulan.

Hoh, tentu saja tidak semudah itu.

Aku belum selesai. Luka ini belum reda, dan hatiku belum benar-benar tenang.

Dia lupa, yang dia khianati bukan hanya aku sebagai istri…tapi juga kepercayaan puluhan tahun yang kami bangun bersama. Dia pikir perjanjian dengan Wulan cukup untuk mengakhiri semua masalah?

Tidak.

Aku sudah menyiapkan satu lagi perjanjian.

Kali ini bukan untuk Wulan.

Tapi untuk dia—suamiku sendiri, dan keluarga besarnya yang selama ini hidup seperti benalu.

Ya, benalu.

Datang hanya saat butuh.

Mendekat hanya saat dia mulai punya harta.

Dulu, waktu kami masih numpang di rumah orang, satu pun tak ada yang peduli.

Tak ada yang sudi bantu. Bahkan sekadar tanya kabar pun tidak.

Tapi sekarang? Mereka datang satu per satu. Menumpang, meminta, meminjam, lalu hilang begitu saja tanpa rasa malu.

Sudah cukup.

Akan aku buat hitam di atas putih.

Tidak satu pun dari mereka berhak atas tanah, rumah, toko, atau sawah milik kami. Tidak ada warisan, tidak ada hibah, tidak ada belas kasihan.

Aku akan pastikan semuanya hanya untuk anak-anakku. Untuk darah dagingku yang pernah tidur beralaskan tikar tipis bersamaku.

Bukan untuk mereka yang datang hanya saat semuanya sudah tersedia. Kalau mereka tersinggung, silakan. Kalau mereka marah, itu urusan mereka.

1
Ninik
Thor kenapa tokoh rukhayah dibikin jd pendendam gitu kayak dah dikuasai iblis jadi manusia tak berhati aku JD g suka
Ninik
tp rukhayah kebablasan hidupnya jd dikuasai dendam kalau kata org Jawa tego warase Ra tego ro larane tego larane ratego ro ngelihe tego ngelihe Ra tego ro patine
Ninik
aku suka perempuan kaya rukayah sepemikiran dgn ku ini
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
laki tua g tau diri
kalea rizuky
kapok
kalea rizuky
laki dajjal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!