NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:106k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Sila, seorang gadis karier dari dunia modern yang tajam lidah tapi berhati lembut, terbangun suatu pagi bukan di apartemennya, melainkan di sebuah istana mewah penuh hiasan emas dan para pelayan bersujud di depannya—eh, bukan karena hormat, tapi karena mereka kira dia sudah gila!

Ternyata, Sila telah transmigrasi ke tubuh seorang selir rendahan bernama Mei Lian, yang posisinya di istana begitu... tak dianggap, sampai-sampai namanya pun tidak pernah disebut dalam daftar selir resmi. Parahnya lagi, istana tempat ia tinggal terletak di sudut belakang yang lebih mirip gudang istana daripada paviliun selir.

Namun, Sila bukan wanita yang mudah menyerah. Dengan modal logika zaman modern, kepintarannya, serta lidah tajamnya yang bisa menusuk tanpa harus bicara kasar, ia mulai menata ulang hidup Mei Lian dengan gaya “CEO ala selir buangan”.

Dari membuat masker lumpur untuk para selir berjerawat, membuka jasa konsultasi percintaan rahasia untuk para kasim.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

Sejak kejadian tak terduga di taman timur, nama Mei Lin mendadak menjadi buah bibir seantero Istana Dalam. Para pelayan, dayang, hingga juru masak dapur istana mulai bertanya-tanya, siapa sebenarnya selir muda yang satu itu?

“Apakah dia keturunan bangsawan dari wilayah selatan?” bisik seorang dayang di dapur.

“Entahlah,” jawab yang lain. “Namun yang jelas, selir itu membawa bubur sendiri untuk sarapan pagi Kaisar.”

“Bubur?” tanya yang lain

“Ya. Bubur ayam kampung, katanya.”

Di kediaman Paviliun Anggrek Putih, Mei Lin tengah duduk di hadapan cermin perunggu, wajahnya cemas. Ia menatap bayangannya sendiri, rambutnya telah disisir rapi oleh Lian, pelayannya yang setia.

“Lian... bagaimana ini? Aku diundang sarapan bersama Kaisar pagi ini. Haruskah aku memakai bedak lebih tebal?” tanyanya ragu.

Lian justru tampak lebih gugup. “Nyonya, ini kesempatan besar. Mengenakan riasan tipis akan menambah pesona. Mungkin sedikit pemerah bibir, atau sapuan halus pada pipi…”

Mei Lin menggeleng cepat. “Aku hanya ingin makan dengan tenang. Bila harus terus menegakkan punggung dan tersenyum sepanjang waktu, perutku bisa keram sebelum suapan kedua.”

Lian nyaris jatuh saking kagetnya. “Nyonya! Bersama Kaisar bukan sekadar makan. Ini kehormatan! Bahkan selir utama pun belum pernah diundang makan pagi seperti ini!”

Mei Lin menunduk, menyatukan kedua tangan. “Aku tidak meminta kehormatan. Aku hanya ingin tidak membuat aib.”

Paviliun Zhen Long, Kediaman Kaisar

Kaisar Liang Xu duduk tenang di kursi pernis hitam, jubah ungu kebesarannya terhampar rapi. Di depannya, meja panjang telah tertata indah. Namun ia tak menyentuh satu pun hidangan yang disajikan.

“Apakah Selir Mei Lin telah tiba?” tanyanya kepada kepala pelayan.

“Belum, Yang Mulia. Namun kami menerima kabar bahwa beliau sedang menyelesaikan persiapan di dapurnya sendiri.”

Kaisar menaikkan alis. “Dapur pribadi?”

“Ya, Yang Mulia. Beliau bersikeras ingin menyiapkan sarapan sendiri.”

Sebelum Kaisar dapat berkomentar, suara langkah tergesa terdengar. SMei Lin muncul dengan langkah agak kikuk, membawa nampan berisi dua mangkuk besar.

“Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba sedikit terlambat. Ini… bubur ayam kampung dan tumis tahu kecap yang sederhana. Semoga selera paduka tidak terganggu.” ujar Mei Lin

Kaisar menatap mangkuk itu dengan ketertarikan yang tak disembunyikan.

“Boleh aku mencicipinya?”

Mei Lin menyodorkan mangkuk pertama. “Tentu, Yang Mulia. Ini sendok bersih. Hamba telah memastikan rasa dan panasnya pas.”

Kaisar tersenyum. “Kau bahkan memeriksa suhunya? Cermat sekali.”

Mei Lin menunduk dalam. “Bukan karena cermat, melainkan karena... hamba sendiri mudah terkena sariawan bila terlalu panas.”

Kaisar terkekeh pelan. “Jawaban yang jujur. Menyenangkan.”

Keduanya duduk di meja yang sama. Mei Lin tak banyak bicara, hanya menunduk sembari menyantap bubur dengan tenang. Namun Kaisar tampak lebih santai dibanding biasanya. Ia mencicipi bubur perlahan, lalu mengangguk puas.

“Ini… memiliki rasa jahe yang ringan, dan daun jeruk di dalamnya menghangatkan perut.” ujar Kaisar Liang Xu

“Hamba menambahkannya agar tidak masuk angin, Yang Mulia. Udara pagi di istana terkadang menusuk meski matahari terlihat cerah.” jawab Mei Lin

Kaisar mengangguk pelan. “Apakah kau mempelajari pengobatan?”

Mei Lin terdiam sejenak. “Tidak secara resmi. Namun hamba banyak mengalami gangguan pencernaan dahulu, jadi belajar sedikit demi sedikit dari tabib desa.”

Kaisar menatapnya dengan pandangan hangat.

“Selir Mei Lin... engkau berbeda dari selir lainnya.” ujar kaisar

Mei Lin nyaris tersedak. “Maksud Yang Mulia?”

“Kebanyakan dari mereka sibuk mempercantik diri, menyusun puisi dan syair, atau belajar tarian baru. Tapi engkau... menyajikan bubur hangat dengan daun jeruk.” jawab kaisar

Mei Lin menunduk, wajahnya memerah. “Karena hamba tidak pandai menari. Hamba hanya ingin tidak kelaparan.”

Kaisar tersenyum, dan tak berkata apa-apa lagi.

Namun pagi itu, untuk pertama kalinya, ia menyelesaikan seluruh mangkuk sarapannya tanpa menyisakan satu butir pun.

Sementara Itu, di Paviliun Para Selir

Para selir murka. Paviliun bunga merah, anggrek emas, dan teratai ungu kini dipenuhi desas-desus yang tak sedap.

“Selir Mei Lin... lagi-lagi?” bisik Selir Hua dengan nada menahan amarah.

“Benar. Ia menyajikan sarapan pribadi untuk Kaisar. Dan... mereka duduk berhadapan di meja yang sama,” jawab Selir Min, cemburu.

“Aku mengirim lukisan bunga peony tiga hari lalu, tidak ada tanggapan sedikit pun. Tapi dia... cukup dengan bubur kampung?”

Selir Lin mengerutkan kening. “Apakah Kaisar lebih menyukai wanita sederhana?”

“Tidak mungkin. Ini pasti siasat. Kita tidak boleh diam saja.”

Para selir saling berpandangan.

Hari itu juga, diam-diam, niat untuk menjatuhkan Mei Lin mulai tumbuh dalam hati mereka. Namun tak satu pun dari mereka tahu bahwa Mei Lin... terlalu polos untuk dipancing dan terlalu jujur untuk dijebak.

Dan terkadang, justru itu yang paling membingungkan.

Pagi itu, langit istana tampak cerah. Embun di dedaunan masih belum mengering saat angin tipis menyapu halaman Paviliun Anggrek Putih, kediaman Selir Mei Lin. Gadis itu tengah duduk di beranda sambil menyeruput teh jahe buatannya sendiri.

“Teh ini rasanya nikmat sekali, nyonya” ucap Lian, pelayan setianya.

“Bukan karena tehnya,” jawab Mei Lin santai. “Tapi karena kita meminumnya dalam damai, tanpa saling sikut atau berebut perhatian.”

Lian terkekeh geli. “Tapi bukankah Paduka Kaisar telah mengundang Nyonya makan pagi dua kali berturut-turut? Itu tidak terjadi begitu saja.”

Mei Lin mengangkat bahu. “Mungkin beliau hanya lapar dan ingin makan bubur yang enak.”

Sementara itu, di tempat lain, para selir lain sudah seperti harimau kelaparan yang siap mencakar.

Paviliun Teratai Ungu

“Tidak bisa dibiarkan!” desis Selir Hua sambil membanting kipas sutranya ke meja.

“Tenanglah, Hua-jie. Jangan merusak kipas lagi, ini yang ketiga minggu ini,” ucap Selir Min lirih.

“Mei Lin itu hanya seorang selir tanpa latar belakang bangsawan. Ia bahkan tidak bisa menari atau bersyair dengan baik. Apa istimewanya?!”

Selir Lin duduk anggun sambil menyeruput teh. “Bisa jadi… justru karena ia tidak berusaha. Pria menyukai hal yang tak mengejar mereka.”

“Kalau begitu kita harus lebih tidak mengejar,” jawab Selir Hua ketus.

Min dan Lin saling pandang. “Tapi kalau kita tidak mengejar, bagaimana bisa bersaing?”

“Kita buat saja dia menyingkir,” gumam Hua sambil menyeringai.

Hari itu, Mei Lin mendapat undangan untuk menghadiri jamuan sore di Paviliun Seribu Bunga, tempat pertemuan antar selir yang digagas oleh kepala selir tertua. Padahal biasanya, hanya selir dengan gelar atau pengaruh tertentu yang diundang ke sana.

Mei Lin melangkah dengan hati-hati, mengenakan jubah hijau pastel yang sederhana namun bersih dan rapi. Lian Hua menyisir rambutnya dengan gaya sanggul sederhana, tanpa hiasan emas atau batu permata.

Sesampainya di sana, mata semua selir langsung tertuju padanya.

“Oh, jadi ini Selir Mei Lin yang terkenal itu?” ucap Selir Ming sambil tersenyum manis namun nadanya penuh sindiran.

Mei Lin membungkuk sopan. “Salam hormat. Hamba merasa terhormat bisa diundang.”

“Jangan terlalu rendah hati. Tidak semua orang bisa membuat Paduka menghabiskan bubur sampai tetes terakhir.”

Mei Lin hanya tersenyum, tak merasa perlu menanggapi.

Jamuan pun dimulai. Aneka kudapan dan sup hangat disajikan oleh para pelayan. Namun entah bagaimana, saat pelayan hendak meletakkan semangkuk sup jamur di depan Mei Lin, tiba-tiba—

Byuurrr!

Sup tumpah ke arah pangkuannya!

“Astaga!” Lian berteriak panik.

“Ya ampun!” seru Selir Min dengan senyum tertahan. “Pelayan, kau sungguh ceroboh!”

Pelayan itu gemetar. “A-ampun, hamba tak sengaja… kaki hamba tersandung, hamba benar-benar—”

Mei Lin menahan napas sejenak, lalu mengangkat rok bagian bawahnya yang basah.

“Tidak apa. Sup ini tidak terlalu panas. Lagipula, ini hanya pakaian. Masih bisa dicuci.”

Semua mata membelalak. Bahkan Selir Hua pun kehilangan kata-kata.

Bersambung

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 👍👍👍👏👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒐𝒌 𝒂𝒏𝒆𝒉 𝒚𝒂 𝒅𝒊 𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒆𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒈 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝑳𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 𝒊𝒕𝒖 𝑹𝒖𝒆 𝑭𝒆𝒏𝒈 𝒕𝒑 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒋𝒅 𝒀𝒖𝒏 𝒁𝒉𝒊 𝒅𝒏 𝒅𝒖𝒂"𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒕𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒋𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒊𝒔𝒂𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖 𝒕𝒑 𝒌𝒐𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒋𝒖𝒋𝒖𝒓 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒔𝒌𝒓𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒏𝒐𝒗𝒆𝒍 𝒆𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒃𝒖𝒏𝒈 𝒅𝒓 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒑𝒅𝒉𝒍 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒑𝒂𝒔 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒆𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒅 𝒃𝒊𝒌𝒊𝒏 𝒂𝒎𝒃𝒚𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒉 𝒃𝒂𝒄𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒉𝒓𝒔 𝒂𝒏𝒋𝒍𝒐𝒌 𝒈𝒂𝒓𝒂" 𝒆𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈 𝒚𝒈 𝒌𝒂𝒄𝒂𝒖 🤦‍♀️🤦‍♀️😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝑳𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒊𝒏 𝑹𝒖𝒆 𝑭𝒆𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒏𝒊𝒉 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑱𝒊 𝑭𝒆𝒏𝒈 𝒋𝒅 𝒎𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒏𝒊𝒉 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒍 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑 𝑳𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 𝒃𝒐𝒅𝒐𝒉 😒😒
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 𝒃𝒆𝒏𝒆𝒓" 𝒚𝒂 😄😄
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒌𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒚𝒈 𝒌𝒂𝒌𝒂𝒌 𝒊𝒕𝒖 𝑹𝒖𝒊 𝑭𝒆𝒏𝒈 𝒚𝒂 𝒌𝒐𝒌 𝒅𝒊 𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒊𝒏𝒊 𝒚𝒈 𝒌𝒂𝒌𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑳𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 🤔😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒊𝒓𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒓𝒊𝒑𝒍𝒆𝒕 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒏𝒚𝒂 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒚𝒂 😄😄
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒍𝒈 𝒏𝒊𝒉 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒄𝒊𝒓𝒊 𝒌𝒉𝒂𝒔𝒏𝒚𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒑𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑹𝒖𝒊 𝑭𝒆𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝑳𝒊𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒊𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 👍👍👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒉𝒆𝒃𝒂𝒕 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 👍👍👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒅𝒆𝒘𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 🤭🤭
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒑𝒖𝒕𝒆𝒓𝒊 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓' 𝒌𝒆𝒕𝒖𝒓𝒖𝒏𝒂𝒏 𝑴𝒆𝒊 𝑳𝒊𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒍𝒊𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒋𝒊𝒘𝒂" 𝒑𝒆𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!