NovelToon NovelToon
KEHUDUPAN KEDUA

KEHUDUPAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Seorang kultivator legendaris berjuluk pendekar suci, penguasa puncak dunia kultivasi, tewas di usia senja karena dikhianati oleh dunia yang dulu ia selamatkan. Di masa lalunya, ia menemukan Kitab Kuno Sembilan Surga, kitab tertinggi yang berisi teknik, jurus, dan sembilan artefak dewa yang mampu mengguncang dunia kultivasi.
Ketika ia dihabisi oleh gabungan para sekte dan klan besar, ia menghancurkan kitab itu agar tak jatuh ke tangan siapapun. Namun kesadarannya tidak lenyap ,ia terlahir kembali di tubuh bocah 16 tahun bernama Xiau Chen, yang cacat karena dantian dan akar rohnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri..
Kini, Xiau Chen bukan hanya membawa seluruh ingatan dan teknik kehidupan sebelumnya, tapi juga rahasia Kitab Kuno Sembilan Surga yang kini terukir di dalam ingatannya..
Dunia telah berubah, sekte-sekte baru bangkit, dan rahasia masa lalunya mulai menguak satu per satu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.4 JEJAK MASALALU DI SEKTE LANGIT PUTIH

Kabut tipis menutupi lereng Gunung Tianluo.

Di puncaknya, berdiri sebuah sekte besar dengan gerbang menjulang tinggi bertuliskan “Sekte Langit Putih” — huruf-hurufnya memancarkan cahaya spiritual lembut, pertanda tempat suci bagi para kultivator muda di negeri barat daya benua Xun.

Dari luar, sekte itu tampak megah dan damai.

Namun di mata Xiau Chen, yang kini berdiri di kaki gunung itu, auranya terasa… ganjil.

Seperti bunga indah yang tumbuh di atas kuburan.

“Tempat ini…” gumamnya pelan. “Dulu adalah Sekte Langit Suci—sekte yang kudirikan sendiri, seribu tahun lalu.”

Ia memandangi puncak gunung yang tertutup kabut.

Masih sama seperti dulu — bentuk lembah, letak batu, bahkan jalan setapak menuju gerbang utama tidak berubah.

Namun getaran spiritual yang dulu suci dan damai kini terasa kotor dan dingin.

“Waktu telah mengubah banyak hal,” bisik suara dari dalam Kitab Kuno di jiwanya.

“Namun jejakmu masih tertulis di tempat itu. Kau harus berhati-hati. Aku merasakan pengaruh Kitab Hitam yang kuat di dalam sekte itu.”

Xiau Chen mengangguk.

Ia menatap ke atas, lalu melangkah perlahan menaiki tangga batu panjang yang berkelok ke puncak gunung.

Setiap langkah terasa berat.

Bukan karena tubuhnya lelah, tapi karena kenangan masa lalu yang mengalir di setiap sudut tempat itu.

Ia masih ingat ketika dulu, para murid berlatih di sini dengan tawa gembira. Ia sendiri yang menanam pohon sakura di depan aula utama, dan di bawah pohon itu… ia sering duduk bersama murid termudanya, Lian Er, gadis ceria yang memanggilnya Guru Suci.

Namun kini, semua itu hanyalah bayangan.

Ketika ia tiba di depan gerbang besar sekte, dua penjaga berpakaian putih menyapanya dengan tatapan curiga.

“Berhenti di situ!”

Suara mereka tajam. “Sekte Langit Putih bukan tempat bagi pengelana. Siapa kau?”

Xiau Chen menunduk sedikit. “Aku seorang pengembara. Kudengar tempat ini adalah pusat pembelajaran jalan suci. Aku ingin bertemu dengan patriak sekte.”

Penjaga saling berpandangan. Salah satu tertawa pelan.

“Patriak? Kau pikir sembarang orang bisa menemuinya? Bahkan murid inti pun harus melalui ujian spiritual!”

Xiau Chen tersenyum tipis. “Jadi Sekte Langit Suci kini sudah menjadi seperti ini…”

Penjaga mengerutkan dahi. “Apa katamu? Sekte Langit Suci? Nama itu sudah lama punah. Jangan bicara sembarangan!”

Nada suaranya penuh amarah, tapi di saat yang sama, Xiau Chen hanya menatapnya dengan tenang—tatapan yang mengandung wibawa seorang guru sejati.

“Dulu,” katanya pelan, “di tempat kau berdiri itu… aku menanam pohon sakura dengan tangan ini.”

Kedua penjaga itu tertegun sejenak.

Entah kenapa, dada mereka terasa sesak, seperti mendengar suara dari masa lalu yang menggetarkan hati.

Namun sebelum mereka sempat berkata apa pun, sebuah suara lembut tapi berwibawa terdengar dari dalam gerbang.

“Biarkan dia masuk.”

Seorang wanita muda muncul dari dalam. Jubah putih panjangnya berkilau samar, wajahnya anggun, dan matanya memancarkan ketenangan yang dalam. Namun di balik kelembutan itu, Xiau Chen merasakan kekuatan spiritual tingkat tinggi—setara kultivator tahap Langit Jiwa Menengah.

Wanita itu menatap Xiau Chen dengan seksama.

“Kau bukan orang biasa. Aku bisa merasakan energi kuno di dalam dirimu. Namaku Yu Lingxi, salah satu Penatua Muda Sekte Langit Putih.”

Xiau Chen sedikit mengangguk. “Namaku… Xiau Chen.”

Nama itu membuat Yu Lingxi menatapnya lebih lama.

Ekspresinya sempat berubah, tapi segera ia sembunyikan dengan senyum sopan.

“Nama yang indah. Ayo, masuklah. Patriak kami mungkin ingin mendengar kedatanganmu.”

Aula utama sekte tampak megah. Pilar-pilar batu putih berdiri kokoh, dan di tengahnya tergantung lukisan raksasa bergambar sosok berjubah panjang memegang kitab bercahaya.

Namun begitu melihat lukisan itu, mata Xiau Chen menyipit.

Lukisan itu menggambarkan dirinya—Xiau Chen muda, Pendekar Berwajah Giok, sosok yang dulu dikenal sebagai Pendekar Suci.

Tapi ada yang salah.

Kitab yang digambarkan bukan Kitab Sembilan Surga yang suci dan bercahaya lembut… melainkan kitab berwarna hitam dengan mata di tengah sampulnya.

“Kitab Hitam Pemakan Jiwa…” suara kitab bergema pelan di pikirannya.

“Mereka menyembah kitab palsu itu… dengan wajahmu sebagai simbol kebesaran.”

Xiau Chen menggenggam tangannya erat.

Wajahnya tetap tenang, tapi amarahnya mendidih.

Seorang lelaki tua berambut perak duduk di singgasana tengah aula.

Tubuhnya tegap, matanya tajam, dan aura spiritual di sekelilingnya berputar dengan kekuatan besar.

Ia memandang Xiau Chen dari atas, lalu tersenyum ringan.

“Jadi ini tamu yang membuat Penatua Yu begitu sopan menyambut? Silakan maju.”

Xiau Chen melangkah pelan ke tengah aula.

“Apakah kau… patriak sekte ini?”

Lelaki tua itu mengangguk. “Benar. Aku Patriak Bai Heng, penerus ajaran Langit Putih. Namun, kalau kau tahu sejarah sekte ini, tentu kau tahu… ajaran aslinya sudah hilang. Kami hanya melanjutkan jalan kebenaran yang diwariskan para pendahulu.”

“Jalan kebenaran?” Xiau Chen menatap lurus. “Kebenaran macam apa yang membuat kalian menyembah kitab kegelapan dengan wajah orang suci?”

Patriak Bai Heng menatapnya tajam. “Hati-hati dengan ucapanmu, anak muda.”

Namun Xiau Chen tak bergeming. “Aku tidak berbicara sembarangan. Sosok dalam lukisan itu adalah aku. Pendekar Suci Xiau Chen. Kitab itu bukan kitab kebenaran, melainkan racun yang menghancurkan keseimbangan dunia.”

Ruangan seketika hening.

Beberapa penatua saling berpandangan, sebagian menahan tawa, sebagian lain menatap curiga.

Yu Lingxi menatap Xiau Chen, matanya bergetar. “Kau… mengaku sebagai Pendekar Suci dari legenda itu?”

Xiau Chen menatapnya lembut. “Aku tidak perlu mengaku. Alam ini sendiri mengenal jiwaku.”

Seketika, udara di ruangan berubah.

Cahaya keemasan samar mengalir dari tubuh Xiau Chen.

Lantai batu bergetar, dan lukisan besar di dinding memancarkan cahaya menyilaukan—lalu, tinta hitam pada kitab di lukisan itu tiba-tiba meleleh, berubah menjadi abu.

Seluruh aula terdiam.

Bai Heng bangkit dari duduknya.

Tatapannya kini berubah dingin. “Jadi benar… kau adalah jiwa dari masa lalu.”

Suara langkahnya bergema di aula. “Kalau begitu, kau musuh kami. Sebab sekte ini berdiri atas kehancuran ajaranmu. Dunia tak lagi butuh cahaya palsu dari Langit Suci. Kitab Hitam-lah yang membawa kekuatan sejati!”

Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Dari langit-langit, segel spiritual besar muncul, membentuk mata hitam raksasa yang berputar cepat.

“Bunuh dia!” teriak Bai Heng.

Belasan penatua dan murid tingkat tinggi melompat maju, mengeluarkan berbagai jurus. Pedang spiritual, tombak qi, dan mantra berwarna hitam memenuhi udara, menghantam ke arah Xiau Chen dari segala sisi.

Namun di tengah serangan itu, Xiau Chen hanya menghela napas.

“Bodoh.”

Dalam sekejap, tubuhnya memancarkan cahaya emas.

Sebuah simbol naga dan burung api muncul di belakangnya. Ia menggerakkan jarinya—satu kali.

Udara bergetar, dan semua serangan itu lenyap seperti debu tertiup angin.

Para penatua terpental ke dinding, pingsan.

Sementara Bai Heng terkejut, wajahnya berubah pucat.

“Itu… Teknik Segel Surga Tertinggi! Tapi teknik itu—sudah hilang bersama Xiau Chen ribuan tahun lalu!”

Xiau Chen menatapnya dingin. “Kau benar. Karena akulah Xiau Chen.”

Ia melangkah maju.

Setiap langkahnya membuat tanah bergetar pelan, aura tekanan spiritual memenuhi ruangan.

Bai Heng gemetar, tapi masih mencoba menahan diri.

“Jika kau benar Xiau Chen,” katanya bergetar, “mengapa kau kembali? Apa yang kau inginkan?”

“Menebus dosa dunia yang kalian kotori,” jawab Xiau Chen pelan. “Dan menghancurkan semua kitab palsu yang merusak keseimbangan langit.”

Bai Heng tertawa getir. “Terlambat! Patriak Mo Tian sudah menanamkan benihnya di seluruh sekte besar di benua ini. Kau sendirian tak akan bisa melawannya!”

Xiau Chen menatapnya lama, lalu berkata datar, “Kau benar. Aku sendirian. Tapi aku adalah satu-satunya yang masih mengingat langit yang asli.”

Cahaya keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk simbol naga di punggung.

Dalam sekejap, segel mata hitam di langit aula hancur berkeping-keping.

Suara guntur menggema dari langit di luar.

Awan hitam yang menggantung di atas Gunung Tianluo tersibak, dan cahaya matahari kembali menembus puncak gunung.

Yu Lingxi menatap pemandangan itu dengan mata berkaca-kaca.

“Dia… benar-benar Pendekar Suci yang bangkit…”

Sementara Bai Heng terjatuh di lantai, wajahnya pucat pasi.

Darah menetes dari bibirnya, tapi senyumnya justru melebar.

“Bahkan jika kau menang hari ini, Xiau Chen… Patriak Mo Tian sudah tahu keberadaanmu. Kau tak akan bisa sembunyi lagi.”

Xiau Chen menatapnya tanpa emosi. “Kalau begitu, biarkan dia datang. Dunia ini sudah terlalu lama tertidur.”

Ia berbalik meninggalkan aula, jubahnya berkibar pelan.

Sementara di belakangnya, pohon sakura tua yang dulu ia tanam perlahan kembali mekar—meski hanya beberapa kelopak.

Di puncak gunung, angin berhembus lembut.

Xiau Chen berdiri memandangi cakrawala, matanya penuh tekad.

“Bab kedua telah terbuka, dan kegelapan mulai bergerak,” bisik suara kitab dalam jiwanya.

“Langit akan menuntut keseimbangan. Dan kau… adalah penentunya.”

Xiau Chen mengangguk pelan.

“Kalau begitu, biarlah dunia ini melihat kembali arti dari nama Pendekar Suci Xiau Chen.”

1
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Bagus... walau dulu sektemu hancurkan saja kalau menyembah Iblis
Nanik S
Xiau Chen... hancurkan Mo Tian si Iblis pemanen Jiwa
Nanik S
Lebih baik berlatih mulai Nol lagi dan tidak usah kembali ke Klan
Nanik S
Hadir 🙏🙏
Girindradana
tingkatan kultivasinya,,,,,,,
Rendy Budiyanto
menarik ceritanya min lnjutin kelanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!