NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20 Langkah kaki

Langkah kaki menghentak mantap di atas marmer putih yang dingin. Suaranya menggema dalam rumah besar yang disambut dua asisten rumah tangga, “Selamat datang, Tuan Rudi,” ujar mereka serempak sambil menunduk.

Pria itu tahu, istrinya sudah berangkat bekerja. “Silakan, Soora. Anggap seperti rumah sendiri,” ucapnya lembut, memberi gestur seolah menyerahkan seluruh rumah pada wanita yang akan diajaknya tinggal bersama.

“Aku lihat Naru dulu, ya, Mama.” Naomi dengan percaya diri menapaki tangga menuju kamar Naru berada. Sesekali mengelus perutnya yang makin membesar.

Sementara itu, dari arah kamar mandi terdengar suasana gembira. Jeritan cerianya seakan menolak kenyataan pahit di lantai bawah. Nuha tertawa, menahan geli melihat tingkah Naru yang sedang memandikan Hana.

Ruangan dipenuhi aroma sabun bayi. “Ayolah, aunty Mama,” goda Naru, suaranya renyah. “Aku boleh lepas baju juga ya? Aku ‘kan juga masih kecil. Aku butuh mandi.”

"Hahaha..." Nuha hanya menertawai kekonyolannya, sampai tak tahu harus menanggapi dengan apa lagi. Tingkah Naru sering membuatnya sebal, tapi sekali pria itu ngelawak siapa juga yang nggak ketawa.

Suara hati Nuha, “Aku kadang lupa… lepas kendali tiap bersamanya. Aku bisa tertawa, marah, bahkan mungkin bisa menangis di hadapannya. Ini membuatku takut, takut terlalu membuka diri. Ini bukan seperti diriku sendiri."

Pandangan Nuha tertuju pada Naru yang kini dengan sabar menggosok lembut telinga kecil Hana. “Kata dia aku mengalami amnesia selektif. Aku mencoba mengingatnya tapi membuat kepalaku sakit. Kenapa aku bisa melupakan pria baik seperti dirinya?”

Naomi menaiki anak tangga terakhir. Senyumnya semakin mengembang, “Aku dengar dia udah nggak sama Nuha lagi,” bahagianya membuncah. “Aku kangen banget sama Naru. Kangen pelukannya.”

Tapi dari balik pintu kamar itu, terdengar suara tawa yang membuat tubuhnya menegang. Senyumnya hilang, gairahnya berganti dengan panasnya hati.

“Naru! Kamu terlalu banyak main sabun! Kena mataku nih!” Kekesalan Nuha membuat Hana tertawa riang. "Kyaaa!! Maa ma maa~"

“Tenang, aunty Mama. Itu cuma sabun bayi. Nggak bikin mata perih kok. Sini aku bersihin.”

Tawa itu...

hangat, tulus, dan nyaris sempurna.

Naomi mematung. “Nggak mungkin… cewek itu-- masih di sini?” tenggorokannya langsung kering.

Tawa Hana ikut mengalun, jernih dan polos.

“Suara bayi? Bayi siapa itu? Kenapa mereka terdengar seperti… keluarga bahagia?”

Dunia di dalam kamar itu seperti menamparnya dengan kenyataan yang tak ingin ia terima. “Harusnya Nuha sudah membenci Naru. Harusnya kata-kataku berhasil menghancurkan mereka. Tapi sekarang--”

Tawa itu pecah lagi, nyaring dan hidup.

“Naru, siram yang bersih! Bukan-- bukan aku. Mmooo kamu membuatku basah. Kenapa sih?! Uh! Nyebelin. Keluar sana kalo nggak bisa. Hahaha...”

Naomi menggertakkan giginya.

“Akan kuhancurkan kalian!”

Namun sebelum tangannya menyentuh gagang pintu, sebuah tangan lembut menahan bahunya.

“Jangan sekarang, sayang,” bisik Mamiya lirih. “Belum waktunya.”

"Tapi Mama..."

"Kita datang bukan untuk bertengkar, tapi menanam api pelan-pelan," bisik Mamiya. “Biarkan mereka tenang dulu, lalu kita rebut segalanya.”

"Aku nggak peduli dengan harta. Aku ingin Naru dan aku akan menghancurkan cewek itu!"

Mamiya akhirnya menarik putrinya pergi.

Hana selesai mandi. Dengan handuk melilit tubuh mungilnya. Nuha menjerit, "Kyaa!! Apa-apaan sih kamu! Kenapa lepas baju sekarang."

"Aku basah, Nara. Aku mau mandi sekarang." Pria itu malah menggosok dada bidangnya, seakan memamerkan hasil pahatan sang Pencipta.

"Lihat sikon, cungkring!"

"Cungkring?" Naru mencebik.

"Seenggaknya biarin aku dan Hana keluar dulu. Hih. Aarrgg!!" Nuha memukul-mukul udara lalu menunjuk, "Keluar dari sini!!"

"Iya iya." Naru nyerah dengan godaannya, "Sini, biar aku bawa Hana aja. Kamu mandi duluan." Ia meraih Hana, Hana malah mencubit puting dada bidang pamannya lalu menempelkan bibirnya.

Naru menahan geli dan pasrah, "Ugh! Aku bukan Mama, Hana. Harusnya tadi kamu nyusu sama auntymu itu. Lebih berasa pastinya."

"NAARUUU!!"

Nuha langsung melempar botol sabun.

"Ops! Nggak kena." Pria itu berhasil keluar. "Untung nggak kena kamu ya, cantik. Istriku itu emang suka banget ngamuk."

Nuha mengubah rencananya...

Ia ingin ke TK Bunda sebelum kencan. Nuha datang ke TK untuk memenuhi permintaan Bunda, yaitu merancang desain kostum untuk acara akhirussanah anak-anak.

Hana sedang bersama Bunda di kantor. Bahkan katanya diajak jalan-jalan sebentar. Sementara itu, Nuha sibuk memperhatikan anak-anak di kelas yang akan tampil. Ia mengamati dengan penuh konsentrasi, memperhatikan setiap gerak, ekspresi, dan postur tubuh mereka.

“Kostum bukan cuma soal bagus di mata orang dewasa,” pikirnya. “Tapi juga harus pas buat si kecil. Nyaman, dan sesuai dengan karakter mereka.”

Ia mencatat sesuatu di ponsel flip-nya, tersenyum ketika melihat salah satu bocah laki-laki berusaha menirukan gaya pahlawan nasional tapi malah jatuh terjengkang.

Tak jauh dari sana, Naru duduk di kursi teras kelas, pandangannya menatap jauh tapi tidak benar-benar fokus. Pesan di layar terus menyala karena jempolnya menekan.

'Tuan besar membawa Naomi dan Mamiya ke rumah.' Seperti itulah isi pesan dari pengawalnya.

Ia tahu...

Jika sampai bertemu Naomi, suasana hati Nuha akan berantakan. Ia menatap istrinya, “Piuhh…” berusaha terdengar santai. “Untung kita bisa keluar rumah dengan aman, sayang. Aku nggak mau kamu hancur lagi. Aku nggak mau kita bertengkar lagi.”

Ingatan itu datang...

Terbayang jelas di kepala Naru. Pesta pernikahan Asa yang digelar di Aula sekolah, sangat ia harapkan bisa memberikan nostalgia bagi Nuha. Menghidupkan kembali kenangan indah bersama yang terjalin selama satu tahun di masa putih abu-abu.

Momen yang seharusnya penuh kejutan dan kebahagiaan. Ia datang dengan niat tulus, ingin melamar Nuha, ingin menunjukkan bahwa setelah sekian lama di ibukota, hatinya tetap tertambat padanya.

Tapi yang ia dapat… bukan senyum, melainkan ledakan amarah. “Kenapa kamu datang sekarang?!” suara Nuha bergetar, “Kenapa justru muncul saat aku udah hancur, hah?!”

Naru tertegun. “Nuha, aku--”

“Kamu pembohong!” potong Nuha tajam. “Katamu Naomi bakal pulang ke Jepang, tapi nyatanya dia malah mengikutimu ke Jakarta!”

Naru menggeleng, berusaha menjelaskan, "Itu nggak seperti--" tapi Nuha tak memberi ruang.

“Kenapa kamu membelanya cuma karena dia anak sahabat bundamu. Kamu bilang dia anak yang baik. Padahal dia--” suaranya pecah, “dia merundungku, Naru. Dia hancurin mentalku, di depan para siswa. Di depan mereka!! Nyebut aku cewek nggak bermoral, perebut tunangan orang!”

Naru menelan napas berat. “Nuha...”

“Tapi kamu nggak pernah ngerasain sakitnya! Setiap kamu di Jakarta, dia terus kirim pesan ke aku. Ngejek, pamer kalau dia bahagia karena bisa nemenin kamu.”

Air mata Nuha jatuh di pipi, “Dan kamu tahu apa yang paling nyakitin?” suaranya bergetar penuh perih. “Kamu cuma bilang, ‘Tenang, Nuha. Jangan percaya dia. Aku cuma mencintaimu.' Itu Bullshit, Naru! Aku benci kamu!”

"Tiga tahun aku berjuang, menunggumu pulang dengan sabar. Tapi apa? Kamu malah bersenang-senang dengan dia!! Aku tertekan... Tertekan menahan rindu sendirian..."

Ia menatap lekat wajah serius Nuha yang sedang fokus mendesain. "Aku terima semua tuduhanmu padaku, Nuha. Aku juga menahan rindu waktu itu. Tapi, sepertinya kata-kataku udah nggak mampu menyentuhmu. Akan kubuktikan semua janjiku padamu kalo aku bener-bener sangat menyayangimu."

Meski pikirannya kalut, melihat Nuha seperti itu membuatnya merasa… rumah masih aman. Untuk sekarang... Ini momen paling menenangkan.

Senyum Nuha muncul perlahan. Nyaris tak kentara pada awalnya, hanya seulas lengkung kecil di bibir yang tampak malu-malu. Namun seiring matanya menatap Naru, lengkung itu tumbuh lembut dan tulus.

Senyum yang selama ini Naru tunggu-tunggu. Hangat, jujur, tanpa pura-pura. Senyum yang seolah mampu menghapus segala beban yang menumpuk di dada. Ia tersenyum seperti bunga yang baru mekar di musim semi, menyebarkan hangat tanpa perlu banyak kata.

Sedetik, Naru kehilangan napas. Ada sesuatu di dadanya yang bergemuruh. Hatinya bergetar, matanya panas, seolah kebahagiaan dan rasa sakit bertubrukan di satu ruang yang sama.

Ada ketulusan di baliknya, ada luka yang perlahan sembuh, ada cinta yang diam-diam tumbuh kembali tanpa izin. Bening mata Nuha tersenyum, hingga gigi taring manisnya terlihat menggemaskan. Seperti dulu saat mereka pertama kali saling menyapa.

Pelan, Naru berbisik hampir tanpa suara, “Nuha… aku nggak akan biarin senyuman itu hilang.”

Nuha mendekat, “Yuk, saatnya kencan.”

Nuha sudah berdiri di depan Naru, meraih tangannya dengan tatapan yang nyaris seterang matahari sore di balik jendela kelas.

Langkah mereka berpadu pelan.

.

.

.

. ~Bersambung...

1
Fing Fong
Gaun beludru merah marun itu jatuh lembut di bahunya, seakan ingin menutupi dosa yang berkilau di balik mutiara di lehernya. 👍
Fing Fong
Andai Naru ada di sini…
Fing Fong
ini kalimat indah banget, jangan ubah!
Fing Fong
Hah, serius dia mau selingkuh? 😨
Fing Fong: “Terpaksa aku harus cari wanita lain buat nemenin aku tidur malam ini.” katanya dengan nada sarkas. WKWKWK 🤣🤣
total 1 replies
Fing Fong
frustrasi tapi masih gemas itu chef’s kiss! 😆
Fing Fong: relatable and gold line! 👍
total 1 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Rudi, soora, naomi. licik. dilan?
kanaya tau kebusukan suami & sahabatnya, gak ya?
Miu Nuha.: Kanaya disini masih single kak 😝
total 1 replies
Destira Chan
Naomi, girl... take a seat !!! 😤kamu nggak lebih dari side character yang lagi overconfident.
Destira Chan
Nak Nuha, sabar ya, emak di belakangmu! Jangan kalah sama drama keluarga mertua, kau masih ratu di cerita ini!! 😍😍
Destira Chan
😱 Itu beneran atau cuma akal bulus aja, hah?? Kalo bener, emak sumpah bakal lempar sandal ke Naru !!!
Destira Chan
Naomi sama Mamiya 😤 Nih cocok jadi duo sinetron jam 8 malam. licik, pengen banget lempar sambel terasi biar sadar diri 😭🔥
Destira Chan
MASYAALLAH 😭💪
itu baru emak singa betina yang classy banget!! Bicaranya lembut, tapi nancep kayak belati dari sutra.
“Aku ada bersama mereka.”
langsung pengen slow clap di meja makan
👏👏👏
Destira Chan
Nuha nih strong banget 😭.
Pas diserang dari segala penjuru masih bisa bilang “Aku percaya sama Naru.” Uuuuhh, emak langsung pengen peluk dia sambil bilang, “Nak, sabar ya… dunia emang keras, tapi jangan kasih Naomi menang!” 😤😤😤
Destira Chan
WELADALAH KIRAIN 😑
Destira Chan
LAH NAK, ITU BUKAN SOLUSI, ITU TIKET MENUJU NERAKA EMOSI!! 😭🙄😤
Peter_33
pengen nyakar Naomi 😤
Peter_33
itu line paling powerful !!
chill naik sampe ubun-ubun, sumpah 🔥😱
Peter_33
😭😭😭 plss dia jahat banget.
Peter_33
OMG Nuha sendirian 😭
Peter_33
ihh lucu bngttt 😍😍
Ame Ricka
❤️‍🔥 LOVE MEMBARA BUNDAAA!!!
“She said: don’t mess with my daughter-in-law,, mother-in-law supremacy era!!! 👊👊👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!