Seorang wanita muda bernama Lydia dipaksa menikah dengan mafia kejam dan misterius, Luis Figo, setelah kakaknya menolak perjodohan itu. Semua orang mengira Lydia hanyalah gadis lemah lembut, penurut, dan polos, sehingga cocok dijadikan tumbal. Namun di balik wajah manis dan tutur katanya yang halus, Lydia menyimpan sisi gelap: ia adalah seorang ahli bela diri, peretas jenius, dan terbiasa memainkan senjata.
Di hari pernikahan, Luis Figo hanya menuntaskan akad lalu meninggalkan istrinya di sebuah rumah mewah, penuh pengawal dan pelayan. Tidak ada kasih sayang, hanya dinginnya status. Salah satu pelayan cantik yang terobsesi dengan Luis mulai menindas Lydia, menganggap sang nyonya hanyalah penghalang.
Namun, dunia tidak tahu siapa sebenarnya Lydia. Ia bisa menjadi wanita penurut di siang hari, tapi di malam hari menjelma sosok yang menakutkan. Saat rahasia itu perlahan terbongkar, hubungan antara Lydia dan luis yang bertopeng pun mulai berubah. Siapa sebenarnya pria di balik topeng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
Pagi itu, sinar matahari masuk lembut melalui jendela besar ruang kerja Allesandro di Milan. Di balik kaca bening, kota tampak sibuk dengan ritme kehidupan seperti biasa. Namun di balik ketenangan wajah sang pengusaha besar itu, tersimpan sebuah rencana yang akan mengubah kehidupan keluarganya.
Allesandro menutup map berlogo perusahaan, lalu memandang istrinya, Isabella, yang duduk anggun di sofa panjang. Rambut pirangnya sudah dihiasi helai putih, namun kecantikannya masih memancarkan wibawa seorang wanita bangsawan.
“Bella,” suara berat Allesandro memecah keheningan. “Aku sudah memutuskan. Kita akan memindahkan kantor pusat perusahaan ke kota yang sama dengan Lydia.”
Isabella menoleh cepat, sorot matanya penuh cahaya kejutan sekaligus kebahagiaan. “Kau serius, Ale? Kau sungguh-sungguh ingin meninggalkan markas besar di sini?”
Pria itu mengangguk mantap. “Ya. Perusahaan kita sudah cukup stabil untuk melakukan ekspansi besar. Dan Lydia… dia selama ini selalu jauh dari kita. Aku ingin ia benar-benar merasakan bahwa keluarganya ada di dekatnya.”
Isabella bangkit, mendekat, lalu menggenggam tangan suaminya. Ada kilatan haru di matanya. “Kau tahu, selama ini aku selalu dihantui rasa bersalah. Lydia mungkin tidak pernah mengatakannya, tapi aku tahu dia merasa sendirian… meski sebenarnya aku selalu menyayanginya.”
Allesandro menatap dalam ke mata istrinya. “Itulah sebabnya kita harus melakukan ini. Kita harus tunjukkan, dengan tindakan.”
Pintu ruang kerja terbuka pelan, menampakkan Matteo, kakak angkat Lydia, yang masuk sambil membawa map tebal. Wajahnya yang rupawan, perpaduan ketegasan sang ayah dan kelembutan sang ibu, kini tampak serius.
“Ayah, Ibu… semua dokumen sudah siap. Aku sudah koordinasi dengan tim legal. Perpindahan markas bisa dilakukan dalam waktu kurang dari sebulan. Semua fasilitas baru di kota Lydia juga hampir selesai direnovasi.”
Isabella menoleh pada putranya, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Matteo, kau bekerja begitu cepat. Kau benar-benar ingin ada di dekat adikmu, ya?”
Matteo terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Aku… memang bukan kakak yang baik untuk Lydia selama ini. Aku sering membiarkannya sendirian, sibuk dengan urusanku sendiri. Padahal dia selalu tersenyum setiap kali dia pulang.” Tatapannya meredup. “Aku ingin memperbaiki itu. Aku ingin jadi kakak yang sesungguhnya, bukan hanya dalam nama.”
Allesandro menepuk bahu putranya dengan bangga. “Kau sudah mengambil langkah tepat. Lydia tidak akan pernah melupakan ini.”
Mereka bertiga pun duduk mengelilingi meja besar, membicarakan detail rencana kejutan. Isabella mengusulkan agar kepindahan perusahaan diumumkan saat ulang tahun Lydia minggu depan. Matteo setuju, bahkan ia sudah menyiapkan presentasi singkat yang nantinya akan diputar di acara kecil bersama keluarga.
Di sisi lain, Lydia sendiri tidak tahu apa-apa.
Hari-harinya kini terasa lebih ringan, terutama setelah melihat perubahan besar pada Luis. Wajah pria itu kini kembali seperti dulu, tampan dengan garis rahang tegas dan mata yang penuh karisma. Meski begitu, Luis tetap membawa dirinya dengan wibawa yang dingin, hanya saja… kali ini ia lebih sering menatap Lydia dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
Pagi itu di ruang makan rumah utama, Lydia sedang menyusun beberapa catatan tentang penelitian terbaru. Luis duduk di seberangnya, mengenakan kemeja hitam sederhana tanpa jas. Rambutnya sedikit acak, membuatnya terlihat lebih muda.
“Aku tidak terbiasa sarapan di rumah,” ucap Luis tiba-tiba, suaranya berat tapi tenang. “Namun sejak ada kau… entah mengapa, aku ingin.”
Lydia menoleh, menahan senyum kecil. “Aku senang kalau begitu. Sarapan di rumah lebih menyehatkan daripada kopi dan rokok di kantor, bukan?”
Luis mengangkat alis, sedikit terhibur. “Sepertinya seseorang sedang mencoba mendidikku menjadi pria normal.”
“Tidak,” Lydia menggeleng pelan, matanya teduh. “Aku hanya ingin kau hidup lebih lama.”
Perkataan itu membuat dada Luis bergetar. Ia menunduk sebentar, menyembunyikan senyum samar. Rafael yang berdiri di sudut ruangan pura-pura tidak mendengar, sementara Ruisa yang kebetulan datang membawa laporan langsung menutup mulut menahan komentar sinisnya.
Sementara itu, persiapan besar masih berlangsung.
Matteo berdiri di ruang rapat besar perusahaan Allesandro. Ia memimpin puluhan staf yang bekerja menyiapkan proses relokasi. Di layar besar terpampang desain gedung baru di kota tempat Lydia kini tinggal. Modern, elegan, dan lengkap dengan fasilitas riset farmasi yang dikhususkan untuk Lydia.
“Ini akan jadi markas baru kita,” ujar Matteo tegas. “Aku ingin semua orang siap dalam waktu sebulan. Kita bukan hanya pindah markas kita pindah untuk sebuah alasan. Untuk keluarga.”
Seisi ruangan terdiam, lalu perlahan mengangguk. Mereka tahu, keputusan itu bukan hanya strategi bisnis, melainkan keputusan hati seorang ayah dan kakak untuk mendekat kepada putri yang dulu sering terabaikan.
Isabella masuk dengan langkah anggun, membawa kotak kecil berisi perhiasan. “Aku ingin memberikan ini pada Lydia saat kejutan nanti,” katanya sambil membuka kotak. Di dalamnya, sebuah kalung berliontin safir biru berkilauan. “Kalung ini milik ibuku. Seharusnya memang diwariskan pada putri kandungku. Dan Lydia adalah putriku, tidak peduli apa kata orang.”
Allesandro meraih tangan istrinya, menggenggamnya erat. “Kita akan membuatnya bahagia, Bella. Tidak ada yang lebih penting dari itu.”
Hari demi hari berlalu. Lydia sibuk dengan penelitian, Luis sibuk mengatur bisnisnya, dan Sofia sibuk menyusun rencana licik. Tidak ada yang menyadari bahwa kejutan besar sedang dipersiapkan.
Hingga tiba hari ulang tahun Lydia.
Pagi itu, rumah besar dipenuhi aroma bunga segar. Para pelayan menyiapkan kue sederhana sesuai permintaan Lydia ia tidak suka pesta besar. Luis hanya tersenyum samar, membiarkan istrinya menikmati hari dengan sederhana.
Namun tepat sebelum makan malam, bel pintu berbunyi. Lydia melangkah ke depan dengan penasaran. Saat pintu terbuka, matanya membelalak.
Di hadapannya berdiri tiga orang yang sangat ia kenal, Papa Allesandro, Mama Isabella, dan kakaknya Matteo. Mereka tersenyum lebar, membawa kue dan kotak hadiah.
“Selamat ulang tahun, putriku,” suara dalam Allesandro bergetar penuh haru.
Lydia menutup mulutnya, air mata langsung jatuh. “Papa… Mama… Matteo… apa… apa yang kalian lakukan di sini?”
Isabella meraih putrinya ke dalam pelukan hangat. “Kami pindah, sayang. Perusahaan kini ada di kota ini. Mulai hari ini, kau tidak akan sendirian lagi.”
Lydia menangis dalam dekapan mereka. Luis berdiri tak jauh, menyaksikan momen itu dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada rasa lega, bahagia, sekaligus aneh dalam dadanya melihat Lydia akhirnya mendapatkan kehangatan keluarga yang selalu ia butuhkan.
Matteo mengeluarkan map dari tasnya, lalu meletakkannya di meja. “Ini semua dokumen resmi. Perusahaan kini berada satu kota denganmu. Dan gedung riset barumu sudah siap kau tempati.”
Lydia menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. “Kalian… melakukan semua ini… untukku?”
Allesandro mengangguk. “Ya, Lydia. Untukmu. Karena kau adalah putri kami. Selamanya.”
Dan malam itu, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, Lydia merasakan sesuatu yang selama ini hanya ia lihat dari jauh: keluarga yang benar-benar hadir untuknya.
Bersambung
🤣🤣🤣🤣
ttp smngt dn d tnggu crta yg lainnya....
smngtttt....😘😘😘
jd ingt dlu pas luis msh kaku,glirn istrinya hmil mlah dia jd lebay....skrng pun mkin posesif aja sm ank2nya....
kira2 thn dpn ultah mreka temanya apa y????kn luis bkln ikutan jg pke kstum ky mreka....🤣🤣🤣
Slmt buat smuanya.....lega krn twins udh hdir d dnia....ga sbr nunggu mreka bkln mrip spa,misterius ky ortnya kah????
thor
Smngtt kk...