[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 19 - Aku Akan Membantumu
"Dengan Ibu siapa?"
"Saya Almahyra Dok, biasa dipanggil Alma."
"Kalau boleh tahu, apa hubungan Anda dengan pasien?"
"Saya istrinya Dok."
Dokter menatap Alma dalam-dalam.
Otak cerdasnya tampak berpikir. Setahu dia, Tuan Muda kedua dari Grup H belum menikah,
lalu mengapa ada seorang gadis yang mengaku-ngaku sebagai istri Tuan Daniel?
"Boleh Saya mengidentifikasi identitas Anda dengan bertanya pada keluarga dari
pasien?"
"Iya Dok, silakan."
Dokter meninggalkan Alma dan
mulai menelepon wali dari Daniel yaitu Mommy Kate. Sepuluh menit kemudian
dokter kembali datang dan menemui Alma. Senyum ramah tampak terlihat di wajahnya.
"Nona Alma, ada yang bisa Saya bantu?"
"Ini mengenai suami Saya Dok. Sebenarnya dia sakit apa Dok?"
"Tuan Daniel menderita ulkus peptikum yang serius,"
"Ma-maaf Dok? Maksudnya?"
"Ulkus peptikum atau lebih dikenal dengan tukak lambung. Dinding lambung pasien mengalami luka hingga menyebabkan pendarahan. Pasien di bawa kesini dalam kondisi pingsan."
"A-apa Dok?! Apa kondisi dia sangat serius? Apa bisa disembuhkan?" Mata Alma kembali berkaca-kaca.
"Saat ini kondisi pasien sudah mulai membaik. Tentu saja bisa disembuhkan, asalkan ada kemauan dari pasien dan dukungan dari keluarga terdekat."
"Apa penyebabnya Dok? Mengapa dia mengalami penyakit itu?"
"Sebenarnya penyakit ini disebabkan oleh beberapa hal. Bisa karena makanan, bakteri, obat-obatan, rokok, minuman alkohol bahkan juga stres. Untuk kasus Tuan Daniel, dia mengalami ini
karena stres dan terlalu banyak mengkonsumsi alkohol."
"Stres dan minuman alkohol Dok?"
"Iya. Saya harap, Anda sebagai istrinya bisa membantu beliau untuk mengurangi stres dan mencegahnya minum alkohol."
Alma terdiam. Daniel sakit
karena stres dan minum alkohol? Apa pria itu masih tidak bisa melupakan Nisha
hingga mengalihkan pikirannya dengan minum alkohol? Alma meremas-remas
tangannya. Menyalahkan diri sendiri. Mungkin Daniel tidak akan sestres ini bila
tidak menikahinya. Sedikit banyak dia sudah menambah beban pikiran Daniel.
"Iya Dok. Apa yang harus
Saya lalukan agar kondisinya cepat sembuh? Mungkin ada makanan dan kondisi
tertentu yang harus di hindari?"
"Ya, karena lambungnya luka
maka hanya makanan tertentu yang bisa di cernanya dengan baik. Tapi untuk
kondisi umum yang harus dihindarinya adalah dengan membatasi konsumsi minuman
keras, berhenti merokok, mengurangi konsumsi teh dan kopi, mengkonsumsi produk
berbahan dasar susu, seperti keju. Menghindari konsumsi makanan pedas atau
berlemak. Makan dengan porsi kecil, tapi lebih sering. Dan miliki berat badan
yang sehat dan ideal"
"Anda harus memperhatikan
hal-hal kecil seperti itu. Anda harus menjaga pola makannya. Penyakit ini akan terus kambuh bila pasien melakukan hal-hal yang dilarang."
"Baik Dok."
"Nona Alma, Saya harap Anda bisa lebih menjaga Tuan Daniel. Dia bukan pria biasa. Tubuhnya sangat berharga. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H. Tolong perlakukan dia dengan lebih
baik."
"Iya Dok." Meskipun Alma merasa disudutkan dengan perkataan Dokter yang seolah-olah menyatakan bahwa dia tidak merawat Daniel dengan baik, tapi Alma menerima perkataan itu.
Bagaimana pun juga, dia istri Daniel. Dia harus menjaga Daniel dengan lebih baik.
"Ada lagi yang mau Anda tanyakan?"
"Tidak ada Dok. Kalau begitu, Saya permisi dulu Dok."
Alma melangkah keluar dari ruang dokter. Dia kembali berjalan ke kamar Daniel.
Di dalam kamar, dia melihat Daniel tertidur dengan asisten Tito yang duduk tak jauh darinya.
"Mengapa Bapak tidak memberitahu Saya kalau dia sakit?"
"Maaf Nona. Tuan melarang
Saya untuk memberitahu Nona. Tuan tidak ingin Nona khawatir."
"Seperti apapun kondisi dia, Saya akan selalu mengkhawatirkannya Pak. Bapak boleh pergi, Saya yang akan menjaganya di sini."
"Tapi Nona, Tuan berpesan untuk menyuruh Nona segera pulang. Biarkan Saya yang berjaga di sini,"
"Saya istrinya. Saya yang akan menjaganya Pak."
"Tapi nanti Tuan akan marah,"
"Saya yang akan bertanggung jawab. Bapak tidak perlu khawatir."
"Apa Nona yakin?"
"Ya."
"Kalau begitu, Saya pamit undur diri. Saya harus kembali ke perusahaan."
"Baik Pak. Terima kasih atas bantuannya Pak."
Dan asisten Tito pun pergi. Hanya tinggal Alma dan Daniel di ruangan itu. Alma mengambil tempat duduk dan duduk di samping ranjang Daniel. Dia menatap wajah pucat itu dengan penuh cinta. Tangannya bergerak, menyentuh wajah Daniel dengan lembut. Menyusuri
rambut, mata, garis hidung dan bibirnya.
Alma mendekatkan wajahnya dan mencium kening Daniel dengan lembut.
"Sayang, kenapa Kamu sakit? Kamu tidak boleh sakit. Kamu harus selalu sehat. Pasti sangat tidak nyaman berada di sini. Kasihan sekali tanganmu harus di inject jarum seperti ini." Alma mencium tangan Daniel yang terpasang infus.
"Mengapa tidak menjaga tubuh? Mengapa masih tetap minum alkohol? Mengapa jarang makan? Mengapa masih stres? Apa melupakan Kak Nisha seberat itu?"
"Sayang, sekarang Aku yang
berada di sisimu. Tolong lupakan dia dan lihatlah Aku. Aku akan menyayangimu sebanyak rasa sayang yang Kamu berikan padanya. Kamu tidak perlu membalas perasaan ini. Yang Ku minta, cukup jaga dirimu dengan baik. Jangan sakiti
tubuhmu dengan melakukan hal-hal seperti ini. Karena melihatmu seperti ini sangat menyakiti perasaanku, hiks,"Alma kembali menangis. Dia mengambil tangan Daniel dan mencium buku-buku jarinya dengan lembut.
Lama Alma menatap Daniel dalam
diam. Sesekali dia menyibak rambut Daniel yang menutupi dahinya. Lambat laun
rasa kantuk mulai menyerangnya. Tanpa sadar Alma mulai tertidur di samping ranjang Daniel. Menjadikan tangan kirinya sebagai alas tidur, sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan Daniel dengan erat.
***
Daniel terbangun ketika hari
sudah menjelang siang. Entah karena pengaruh sakit, tubuhnya menjadi mudah
lelah dan mengantuk. Daniel bangun karena merasa ingin buang air kecil. Dia
melihat sekelilingnya. Tatapan matanya terkejut ketika melihat sosok gadis yang
terbaring di sisi ranjangnya.
Daniel menatap tubuh itu. Dia
juga menatap tangannya yang tengah berada di genggaman Alma. Perasaan Daniel
campur aduk melihat Alma di sampingnya. Dia sudah mengambil keputusan untuk
memperlakukan Alma sama seperti sebelumnya, yaitu memperlakukan Alma seperti
seorang adik. Tapi melihat Alma tidur dengan posisi duduk dan posisi tangan
menggenggam tangannya ini membuat Daniel bingung dan meragukan keputusannya
sendiri.
Rasa bingung Daniel segera
teralihkan dengan panggilan alam. Dia harus segera ke toilet. Pelan-pelan
Daniel melepaskan genggaman tangan itu dan beranjak duduk. Dia memegang tiang
penyangga infus, menjadikannya sebagai tumpuan. Pelan-pelan Daniel mencoba
untuk berdiri. Tiba-tiba sakit yang sangat tajam menyerang perutnya.
"Auwww!" Daniel memegang perutnya dan kembali terduduk. Mendengar erangan, Alma segera
terbangun.
"Kak! Kenapa Kakak bangun?!" Alma berdiri dan mendekati Daniel. Dia memegang tubuh Daniel
dengan bingung.
"Apanya yang sakit Kak? Aku panggilkan dokter dulu." Alma akan memencet tombol panggilan, namun kemudian Daniel meraih lengannya.
"Gak usah Al. Aku gak apa-apa,"
"Tapi Kakak kesakitan seperti itu. Aku panggilkan dulu Kak."
"Gak usah Al. Aku hanya mau ke toilet," Daniel menunduk. Ini sangat memalukan untuknya. Bagaimana tidak? Alma melihat bagian lain dari dirinya!! Bagian yang tidak keren, hah.
"Hah? Ke toilet Kak?"
"Iya." Daniel menjawab tanpa melihat wajah Alma. "Panggilkan perawat pria. Aku membutuhkan
bantuan mereka."
"Tidak perlu Kak. Biar Aku yang membantu Kakak!"
***
Happy Reading ^^