Aluna Maharani dan Reza Mahesa sudah bersahabat sejak SMA. Mereka kuliah di jurusan yang sama, lalu bersama-sama bekerja di PT. Graha Pratama hingga hampir tujuh tahun lamanya.
Kedekatan yang terjalin membuat Aluna yakin, perhatian kecil yang Reza berikan selama ini adalah tanda cinta. Baginya, Reza adalah rumah.
Namun keyakinan itu mulai goyah saat Kezia Ayudira, pegawai kontrak baru, masuk ke kantor mereka. Sejak awal pertemuan, Aluna merasakan ada yang berbeda dari cara Reza memperlakukan Kezia.
Di tengah kegelisahannya, hadir sosok Revan Dirgantara. Seorang CEO muda yang berwibawa dari perusahaan sebelah, sekaligus sahabat Reza. Revan yang awalnya sekadar dikenalkan oleh Reza, justru membuka lembaran baru dalam hidup Aluna. Berbeda dengan Reza, perhatian Revan terasa nyata, matang, dan tidak membuatnya menebak-nebak.
Sebuah kisah tentang cinta yang salah tafsir, persahabatan yang diuji, dan keberanian untuk melepaskan demi menemukan arti kebahagiaan yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DEBARAN YANG BERBEDA
Pukul 06.00 pagi. Aluna keluar dari kamar mandi dengan rambut masih setengah basah. Ia membuka lemari pakaian, lalu mulai memilih baju kerja.
Satu per satu ia ambil dan tempelkan ke tubuhnya di depan cermin.
"Hmm… nggak cocok," gumamnya, lalu ia lemparkan ke atas kasur. Begitu seterusnya, sampai kasurnya penuh dengan tumpukan pakaian.
Akhirnya, setelah cukup lama memilih, ia menemukan satu setelan yang pas. Ia pun tersenyum kecil pada pantulan dirinya di cermin, lalu duduk di meja rias untuk merapikan rambut dan memoles wajahnya dengan make up tipis.
Dalam hati, ada sedikit rasa berdebar. Ia memang cukup antusias karena hari ini Revan menjemputnya, tapi tidak seantusias saat dijemput oleh Reza, mungkin memang belum sepenuhnya ia membuang perasaan terhadap Reza.
Beberapa menit kemudian, ponsel Aluna berdering. Nama Revan muncul di layar.
Aluna buru-buru mengangkatnya.
📞 Aluna
"Halo."
📞 Revan.
"Halo, Na. Aku sudah di parkiran, nggak usah buru-buru, santai aja."
*📞*Aluna.
"Oke, sebentar lagi aku turun."
📞 Revan.
"Oke."
Aluna melirik sekilas ke cermin, memastikan make up-nya rapi, lalu cepat-cepat merapikan sisa baju yang berserakan di kasur sebelum mengambil tas kerjanya.
Dengan langkah tergesa namun tetap menjaga penampilannya, ia keluar dari apartemen menuju lift dan turun ke area parkiran.
****
Saat pintu lift terbuka di area lobby, Aluna sudah terlihat rapi dengan tas kerjanya. Begitu keluar, ia melihat Revan berdiri santai di samping mobil, menunggunya dengan wajah tenang.
"Pagi, Na." sapa Revan singkat.
"Pagi, Van. Nggak nunggu lama, kan?" balas Aluna sambil tersenyum tipis.
Revan menggeleng. "Nggak, baru aja sampai. Yuk, masuk."
Revan sigap membukakan pintu mobil untuk Aluna. Aluna hanya menampilkan senyum singkat, lalu masuk tanpa banyak kata.
Begitu pintu tertutup, Revan berlari kecil mengitari kap mobil dan masuk lewat sisi pengemudi. Ia sempat menoleh sebentar ke arah Aluna, senyum tipis terukir di wajahnya, sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil.
"Kita sarapan dulu, gimana?" ajak Revan sambil melirik sekilas ke arah Aluna.
Aluna buru-buru menggeleng. "Nggak usah, Van. Aku sarapan di kantor aja, lebih praktis."
Revan tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala.
"Nggak ada penolakan hari ini. Sekali ini aja, temenin aku sarapan, ya?"
Aluna menghela nafas pelan sebelum akhirnya melirik singkat lalu mengangguk dan tersenyum tipis.
"Ya sudah, kalau kamu maksa…"
Senyum Revan melebar, jelas senang dengan jawaban itu. Mobil pun melaju tenang menuju tempat sarapan yang ia tuju.
****
Setelah sarapan singkat di tempat sederhana itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kantor. Suasana di dalam mobil cukup tenang, hanya sesekali Revan membuka obrolan ringan, sedangkan Aluna lebih banyak menanggapi seperlunya.
Tak lama kemudian, mobil Revan tiba di depan gerbang kantor Aluna. Beberapa karyawan sudah mulai berdatangan, termasuk Reza dan Yuna yang baru saja turun dari kendaraan masing-masing.
Aluna membuka pintu mobilnya, lalu turun sambil merapikan tas di pundaknya. Revan pun ikut turun sebentar.
"Makasih ya udah nganterin."
Revan membalas dengan senyum hangat.
"Seharusnya aku yang berterima kasih karena nggak ditolak lagi."
Aluna terkekeh kecil, jemarinya refleks menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hehe, sorry ya, kalau kemarin aku..."
"Nggak apa-apa, Na. Jangan merasa nggak enak." potong Revan lembut, lalu dengan berani mengulurkan tangannya, mengusap sebentar rambut Aluna.
DEG!
Aluna menelan salivanya. Tangannya refleks menggenggam lebih erat tali tas yang menyilang di dadanya.
Ada debar berbeda yang baru pertama kali ia rasakan sejak bersama Revan singkat, tapi cukup membuatnya bingung.
Momen itu ternyata tidak luput dari perhatian Yuna dan Reza yang baru saja sampai. Dari kejauhan, keduanya jelas melihat bagaimana Revan mengelus rambut Aluna sebelum kembali masuk ke mobilnya dan pergi.
"OH. MY. GOD!" Yuna langsung menepuk bahu Reza dengan heboh. "Za, kamu liat tadi? Dia ngelus rambut Aluna! Rambut! Aluna!!"
Reza terkekeh kecil melihat Yuna, ekspresinya tenang. "Aku lihat, Yun."
"Sumpah! Kalau aku jadi Aluna, aku udah pingsan di tempat!" ujar Yuna dramatis sambil menempelkan tangan ke kepalanya sendiri.
Reza hanya menggeleng pelan, senyum geli terulas di wajahnya.
"Syukurnya Aluna nggak selebay kamu, Yun."
"Ha?!" Yuna melongo, lalu cepat-cepat mendecak kesal. "Dasar orang jahat! Andika aja nggak pernah bilang aku lebay!"
Reza terkekeh lagi, malas menanggapi lebih jauh. Ia melangkah lebih dulu masuk ke dalam kantor, sementara Yuna masih berdiri di belakangnya dengan wajah merengut, kesal sendiri karena ucapannya dianggap lebay.
Dengan langkah agak kesal, Yuna memasuki kantor. Wajahnya masih cemberut, sisa kekesalannya terhadap Reza. Saat tiba di ruangan, ia langsung menjatuhkan diri di kursi dan menaruh tas di atas meja.
Tak lama kemudian, Aluna duduk di sampingnya, sibuk mengeluarkan laptop dan menata berkas-berkas dari dalam tas. Tanpa aba-aba, Yuna memutar kursinya dengan dramatis, lalu menyeringai lebar kepada Aluna.
"Hai, nona manis yang baru dianterin pangeran tampan." ujarnya sambil memainkan satu alisnya.
Aluna menoleh, menatap Yuna dengan tatapan bingung bercampur malas.
"Yun, plis... jangan mulai."
"Mulai apaan sih, Na. Aku cuma kagum aja," Yuna mencondongkan tubuhnya, menurunkan suara seolah sedang membisikkan rahasia besar.
"Kamu sadar nggak, tadi Revan itu ngelus rambut kamu di depan umum? Di depan kantor! Persis kayak scene di drakor-drakor gitu!"
Aluna menggeleng cepat dan membuang muka ke arah laptop, pura-pura sibuk padahal jam kerja bahkan belum dimulai.
"I-itu… hal yang biasa kan?"
"Hal yang biasa!?" Yuna memotong cepat, matanya membesar dramatis. "Kalau aku yang ada di posisi kamu, sumpah aku udah pingsan di tempat!"
"Pfftt!" Aluna akhirnya tidak tahan, tawa kecil lolos dari bibirnya. "Untungnya aku nggak selebay kamu, Yun."
Sekejap wajah Yuna berubah. Ia berdiri dan langsung berkacak pinggang.
"Ya ampun! Nggak Reza, nggak kamu sama aja. Kalian berdua kompak banget bikin aku kesel, sumpah!"
Aluna menutup mulutnya menahan tawa, bahunya sampai berguncang. "Maaf, Yun. Tapi serius, kamu itu kadang drama banget."
Yuna mendengus keras, lalu duduk dan memutar kursinya kembali ke arah meja sendiri dengan gaya kesalnya.
"Hmph! Dasar rese. Cuma Andika yang nggak sejahat itu sama aku!"
Aluna hanya tersenyum geli sambil menatap layar laptopnya. Namun, di dalam hati, ia tahu Yuna benar, momen di mana Revan mengelus rambutnya memang tidak biasa.
****
Suasana kantor pun akhirnya riuh karena kesibukan karyawan akan pekerjaan masing-masing. Yuna pun sudah berhenti menggerutu setelah sibuk menatap layar komputernya, mengetik laporan yang harus disetor siang nanti.
Aluna pun larut dengan pekerjaannya, matanya fokus pada tumpukan berkas yang harus ia teliti.
Klik… klik… suara keyboard dan mouse mendominasi ruang itu. Sesekali terdengar helaan napas panjang, atau desahan kecil ketika menemui angka-angka yang tidak sesuai.
Hingga akhirnya, telinga Aluna menangkap suara riang yang familiar dari arah mesin print di dekat mejanya.
"Kak Rezaaa!"
...----------------...
Mohon maaf Yeorobun agak telat up nya, hari ini bakal triple update kok, tungguin yah.
Terus temenin Aluna dan Revan sampai akhir🥰
SARANGHAJA🌹
kebanyakan nonton Drakor lu lun..
kali dia emang mau ngasih duit segepok,tapi nyuruh jgn ninggalin anaknya
abis....takut belok beneran
ini mumpung ada betina yg mau dan khilaf🤣🤣🤣
yg penting pasangan perempuan..
seenggaknya lega euy,anak gw ga belok
abis ga pernah ketawan gandeng cewek
di ga tau aja,udah kyk soang anknya maen nyosor Mulu🤣🤣