Amanda Zwetta harus terjebak ke dalam rencana jahat sahabatnya sendiri-Luna. Amanda dituduh sudah membunuh mantan kekasihnya sendiri hingga tewas. Amanda yang saat itu merasa panik dan takut terpaksa harus melarikan diri karena bagaimana pun semua itu bukanlah kesalahannya, ia tidak ingin semua orang menganggapnya sebagai seorang pembunuh. Apalagi seseorang yang dibunuh itu adalah pria yang pernah mengisi hari-hari nya selama lima tahun. Alvaro Dewayne Wilson seorang CEO yang terkenal sangat angkuh di negaranya harus mengalami nasib yang kurang baik saat melakukan perjalanan bisnisnya karena ia harus berhadapan dengan seorang gadis yang baru ia temui yaitu Amanda. Amanda meminta Alvaro untuk membantunya bersembunyi dari orang-orang yang sudah berbuat jahat kepadanya. Akankah Alvaro membantu Amanda? Atau justru Alvaro akan membiarkan Amanda begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifafkryh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PANGGIL AKU ALVARO
Alvaro kini baru saja tiba di depan mansionnya. Ia lebih memilih untuk pulang dari pada harus berlama-lama di kantor karena pastinya Clara akan terus mengganggunya.
"Tuan ... Tidak biasanya Tuan pulang jam segini." Ucap Nora saat melihat Alvaro sudah berada di dalam mansion.
"Dimana Amanda?" Tanya Alvaro.
Nora terlihat kesal saat Alvaro tidak menjawab pertanyaannya dan malah mencari keberadaan Amanda.
"Nona Amanda sedang berada di halaman belakang, Tuan. Dia sedang membersihkan kolam renang." Jawab Nora.
Tanpa merespon ucapan pelayannya itu, Alvaro segera berjalan menuju halaman belakang. Di sana ia melihat Amanda sedang berada di pinggiran kolam renang. Wanita itu sedang membersihkan kolam renang.
Alvaro berjalan mendekati Amanda. Saat sudah berada di belakang Amanda, Alvaro langsung memegang bahu Amanda bermaksud menyadari Amanda bahwa ada dirinya di belakang wanita itu.
Tetapi sayangnya, tindakan Alvaro barusan malah membuat Amanda terkejut. Tubuhnya hampir saja jatuh ke dalam kolam.
"Aaaa ... " Teriak Amanda.
Dengan gerakan cepat Alvaro langsung menarik tangan Amanda dan langsung menahan tubuh wanita itu agar tidak terjatuh. Tangan kekarnya berada di bagian perut Amanda untuk menahan tubuh wanita itu.
Amanda benar-benar terkejut. Ia takut jatuh ke dalam kolam karena Amanda tidak bisa berenang sama sekali.
Merasakan tubuh Amanda bergetar ketakutan membuat Alvaro langsung membawa Amanda menjauh dari kolam.
Amanda langsung berbalik menghadap Alvaro dengan raut wajah takutnya. "Kenapa kau selalu mengejutkanku, Tuan?" Tanya Amanda.
Tanpa sadar air mata Amanda menetes begitu saja. Dia benar-benar ketakutan karena dulu Amanda pernah terjatuh ke dalam kolam renang dan hampir kehilangan nyawanya. Untung saja saat itu Ayah Damar langsung menolongnya.
Amanda menangis bukan hanya ketakutan saja tetapi ia juga teringat ayahnya. Jika dia jatuh ke dalam kolam tidak akan ada lagi ayahnya yang menolongnya.
Melihat Amanda menangis pun membuat rasa bersalah muncul dalam diri Alvaro. Ia tidak mengatakan apapun saat melihat Amanda menangis. Alvaro benar-benar bingung kenapa Amanda sampai menangis.
"Bagaimana jika aku terjatuh ke dalam kolam? Kenapa kau suka sekali membuatku terkejut?" Tanya Amanda yang sudah emosi.
Tanpa menunggu jawaban Alvaro, Amanda langsung pergi meninggalkan Alvaro menuju kamarnya.
Melihat kepergian Amanda membuat Alvaro langsung mengikuti wanita itu. Alvaro terus mengikuti Amanda yang masih menangis.
"Maaf ... " Ucap Alvaro saat mereka sudah tiba di kamar Amanda.
Amanda langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara Alvaro.
"Kenapa kau ada di kamarku?" Tanya Amanda sambil mengusap air matanya.
"Ini rumahku. Jadi aku bebas pergi kemana pun aku mau." Balas Alvaro.
"Isshh ... "
"Kenapa kau menangis seperti itu hanya karena ketakutan?" Tanya Alvaro.
"Aku menangis karena mengingat ayahku, Tuan. Saat itu aku pernah jatuh ke dalam kolam renang. Aku tidak bisa berenang. Dan saat itu ayahku langsung menyelamatkanku. Dan saat tadi, aku benar-benar takut terjatuh lagi ke dalam kolam karena sekarang tidak akan ada lagi yang akan menolongku." Jawab Amanda.
Setelah mendengar jawaban Amanda, perlahan Alvaro berjalan mendekati wanita itu. Amanda yang sedang menunduk pun tidak menyadari bahwa saat ini Alvaro sudah berada di hadapannya.
Tanpa ia duga, Alvaro langsung memeluknya. "Maaf karena aku membuatmu takut." Ucap Alvaro lembut.
Amanda benar-benar terkejut saat Alvaro memeluknya seperti ini. Jantungnya langsung berdegup kencang.
Astaga ... Kenapa Alvaro tiba-tiba memelukku seperti ini? Dan kenapa jantungku berdegup kencang seperti ini? Batin Amanda.
"Ti-Tidak apa-apa, Tuan." Ucap Amanda terbata.
Entah kenapa Alvaro sangat ingin memeluk Amanda saat melihat wanita itu menangis ketakutan. Dan entah kenapa saat memeluk Amanda, perasaan Alvaro sangat nyaman. Jantungnya pun langsung berdegup kencang saat merengkuh tubuh mungil Amanda.
Perlahan Alvaro melepaskan pelukan itu dan langsung menatap Amanda.
"Jangan panggil aku Tuan. Panggil aku Alvaro, karena aku bukan majikanmu." Ucap Alvaro.
"Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa aku pelayan? Itu artinya aku harus memanggilmu Tuan." Balas Amanda.
"Aku tidak serius mengatakan itu. Mulai hari ini panggil aku Alvaro." Ucap Alvaro tak terbantahkan.
"Bersiaplah. Aku tunggu di bawah." Lanjut Alvaro sambil berlalu pergi meninggalkan Amanda.
Amanda benar-benar dibuat kebingungan dengan perubahan sikap Alvaro. Padahal kemarin pria itu masih bersikap menyebalkan kepadanya. Tetapi kenapa sekarang tiba-tiba saja dia bersikap baik kepadanya.
Tak mau dibuat pusing dengan perubahan sikap Alvaro, akhirnya Amanda memutuskan untuk mengganti pakaiannya. Ia mencoba memilih pakaian yang ia bawa.
"Huffft ... Aku tidak membawa banyak pakaian." Gumam Amanda sambil melihat-lihat pakaiannya.
Sesampainya di lantai bawah, Alvaro langsung menghubungi Dennis.
"Dennis."
"Ya, Tuan?"
"Kosongkan pusat perbelanjaan yang ada di dekat kantorku."
"Baik, Tuan. Apakah anda akan berkunjung kesana?"
"Aku ingin membawa Amanda kesana. Jadi pastikan tidak ada pengunjung disana karena aku tidak ingin ada pembicaraan tentang diriku di media."
"Baik, Tuan. Apakah aku perlu menemanimu?"
"Tidak, Dennis. Nanti jika aku sudah selesai aku akan menghubungimu."
"Baik, Tuan."
Alvaro langsung mematikan sambungan telfon itu secara sepihak. Ia lebih memilih duduk di sofa yang ada di ruang tengah sambil menunggu Amanda selesai.
Di dalam kamar, Amanda akhirnya memilih dress berwarna putih tanpa lengan yang ia bawa dari rumahnya. Setelah selesai mengganti pakaian dan merias sedikit wajahnya, Amanda segera turun ke lantai bawah untuk menghampiri Alvaro yang sedang menunggunya.
"Sebenarnya kau akan membawaku kemana?" Tanya Amanda saat melihat Alvaro sedang duduk di salah satu sofa.
Alvaro langsung mendongak untuk menatap Amanda. Saat melihat Amanda, Alvaro langsung terpaku. Satu kata untuk Amanda, 'Cantik' tetapi Alvaro tidak berani mengatakannya karena rasa gengsi nya yang teramat besar.
"Kenapa lama sekali?"
"Maaf." Ucap Amanda.
Lihat kan? Sikapnya berubah lagi. Batin Amanda.
"Ayo." Ucap Alvaro sambil berlalu meninggalkan Amanda yang masih terdiam.
Melihat Alvaro sudah pergi meninggalkannya membuat Amanda sedikit berlari untuk menyusul Alvaro. Walaupun kakinya masih terasa sakit Amanda berusaha menahannya.
"Masuklah." Ucap Alvaro menyuruh Amanda untuk segera masuk ke dalam mobilnya.
Amanda pun langsung menuruti ucapan Alvaro. Amanda duduk tepat di sebelah Alvaro yang sudah berada di balik kemudi.
"Sebenarnya kita akan pergi kemana, Tuan?" Tanya Amanda.
Alvaro langsung memberikan tatapan tajamnya kepada Amanda. Menyadari apa kesalahannya membuat Amanda gelagapan.
"Ma-maaf ... Sebenarnya kita akan pergi kemana, Alvaro?" Tanya Amanda sekali lagi.
"Nanti kau akan mengetahuinya. Jadi jangan banyak bertanya." Jawab Alvaro tanpa menatap Amanda.
Amanda pun langsung terdiam saat mendengar ucapan Alvaro barusan. Perlahan senyum tipis Alvaro terukir saat melihat raut wajah Amanda yang terlihat sedikit kesal saat mendengar jawabannya barusan. Wanita itu tidak menyadari bahwa Alvaro sedang tersenyum karena saat ini Amanda sedang menatap lurus ke depan.
Tiba-tiba saja Amanda teringat ucapan Alvaro yang memintanya untuk tidak keluar rumah. Amanda langsung menatap Alvaro yang sedang fokus menyetir.
"Bukankah kau mengatakan bahwa aku tidak boleh keluar rumah? Lalu kenapa sekarang kau membawaku keluar dari rumah?" Tanya Amanda.
"Kau tidak boleh keluar jika tidak bersamaku." Jawab Alvaro tanpa menatap Amanda.
Amanda kira Alvaro akan meralat kata-katanya yang menyuruhnya untuk tidak keluar rumah. Tetapi ternyata dugaan Amanda salah.
Tak lama, mereka akhirnya tiba di salah satu pusat perbelanjaan yang berada di dekat kantor Alvaro.
Alvaro langsung keluar dari mobilnya dan memberikan kuncinya kepada petugas valet. Amanda segera bergegas keluar dari mobil dan langsung berjalan menghampiri Alvaro.
"Kenapa kau membawaku ke pusat perbelanjaan seperti ini?" Tanya Amanda.
"Aku tahu kau hanya membawa sedikit pakaian. Jadi sekarang kau pilih pakaian mana yang kau mau." Jawab Alvaro.
"Ta-Tapi ... "
"Ingin membantah?" Ucap Alvaro.
"Baiklah."
Amanda tadinya ingin menolak karena bagaimana pun ia sadar dia hanya menumpang di rumah Alvaro. Sudah diberi tempat tinggal saja Amanda sudah sangat berterima kasih. Apalagi sekarang Alvaro akan membelikannya pakaian, Amanda rasa itu terlalu berlebihan.
Akhirnya, mau tidak mau Amanda melangkah menyusuri mall tersebut untuk memilih beberapa pakaian. Saat sedang berjalan, Amanda merasa bahwa mall yang ia datangi sangat sepi. Tidak ada pengunjung satu orang pun. Hanya ada para pekerja yang berada di mall tersebut.
"Alvaro ... Kenapa tempat ini sangat sepi? Bukankah seharusnya tempat ini ramai?" Tanya Amanda.
"Itu karena aku sudah mengosongkan tempat ini. Aku tidak ingin ada orang yang mengetahui bahwa aku datang kemari bersama wanita asing." Jawab Alvaro datar.
Tak sadarkah Alvaro bahwa ucapannya barusan sangat menyakiti Amanda? Tadi pria itu bersikap baik kepadanya tetapi kenapa dalam waktu sekejap pria itu berubah lagi? Amanda berusaha terlihat baik-baik saja saat mendengar ucapan Alvaro barusan.
Akhirnya setelah kurang lebih satu jam Amanda berbelanja, kini mereka sudah selesai. Amanda membawa banyak paper bag yang berisikan pakaian. Sebenarnya Amanda ingin membeli sedikit saja tetapi Alvaro memaksanya untuk membeli banyak. Karena tak ingin berdebat, Amanda pun mengikuti apa yang Alvaro inginkan.
Saat ini mereka sudah berada di loby. Dennis yang sebelumnya sudah di hubungi oleh Alvaro sudah berada di loby.
"Sudah selesai, Tuan?" Tanya Dennis.
"Kau antarkan Amanda pulang karena aku harus kembali ke kantor." Jawab Alvaro datar.
"Baik, Tuan." Balas Dennis.
Alvaro segera berjalan menuju mobilnya yang sudah berada di hadapannya. Saat hendak masuk ke dalam mobil, suara Amanda menahannya.
"Alvaro tunggu." Panggil Amanda.
Alvaro langsung menatap Amanda dengan tatapan penuh tanya nya seakan-akan pria itu bertanya 'Ada apa?'
"Terima kasih." Ucap Amanda sambil tersenyum.
Alvaro tak menanggapi ucapan Amanda barusan. Dia lebih memilih masuk ke dalam mobil dan segera pergi menuju perusahaannya.
Tak tahu kah Amanda bahwa saat ini jantung Alvaro berdegup kencang hanya karena melihat senyuman Amanda barusan.
"Ada apa dengan diriku?" Gumam Alvaro.
"Tidak mungkin perasaan aneh itu muncul secepat ini. Bahkan aku belum mengetahui siapa wanita itu sebenarnya." Ucap Alvaro.
Berbeda dengan Alvaro yang sedang kebingungan dengan perasaannya sendiri, Amanda justru merasa sangat kesal karena Alvaro mengabaikannya.
"Biar aku simpan barang-barang anda, Nona."
Ucapan Dennis membuat Amanda tersadar. Ia langsung menatap Dennis.
"Ah ya ... Terima kasih, Dennis." Ucap Amanda sambil memberikan paper bag yang ia bawa kepada Dennis.
Setelah menyimpan barang-barang Amanda ke dalam bagasi, Dennis langsung membukakan pintu mobil untuk Amanda.
"Silahkan masuk, Nona." Ucap Dennis.
"Terima kasih, Dennis. Seharusnya kau tidak perlu memperlakukanku seperti itu. Aku bukan bos-mu." Balas Amanda merasa tidak enak karena Dennis membukakan pintu mobilnya.
Amanda segera masuk ke dalam mobil. Dennis pun segera menyusul Amanda dan duduk di balik kemudi dan mulai melajukan mobilnya.
Di dalam mobil, Amanda mencoba mengajak Dennis berbicara. "Dennis ... Bolehkah aku bertanya sesuatu?" Tanya Amanda.
"Tentu saja, Nona." Jawab Dennis yang masih fokus mengemudi.
"Sebenarnya siapa Alvaro?" Tanya Amanda.
"Apa maksud, Nona? Tanya Dennis tidak mengerti.
"Maksudku, siapa Alvaro itu? Karena tadi dia mengatakan bahwa dia sengaja mengosongkan mall itu karena tidak ingin orang-orang melihatnya sedang bersama diriku." Jawab Amanda.
Pertanyaan itu sebenarnya sudah muncul di benak Amanda saat Alvaro mengatakannya tadi. Amanda tidak berani bertanya kepada Alvaro karena ia takut pria itu marah nantinya.
"Bisakah kau menjelaskan siapa Alvaro sebenarnya, Dennis?" Tanya Amanda.
"Baiklah, Nona. Aku akan memberitahumu siapa Tuan Alvaro sebenarnya." Jawab Dennis.
Amanda langsung bersiap untuk mendengarkan apa yang akan diucapakan oleh Dennis.
"Tuan Alvaro adalah seorang pengusaha sukses di bidang properti. Di usia nya yang masih dua puluh delapan tahun, dia berhasil mengembangkan perusahaan keluarganya sendiri. Dan kini, perusahaannya sudah memiliki beberapa cabang yang tersebar di berbagai negara. Dan pusat perbelanjaan yang tadi Nona datangi adalah salah satu properti yang Tuan Alvaro miliki." Jelas Dennis.
"Itu artinya beberapa hari yang lalu saat di Indonesia, apakah Alvaro sedang melakukan perjalanan bisnis?" Tanya Amanda.
"Benar, Nona. Perusahaan Tuan Alvaro yang berada di Indonesia mengalami sedikit masalah jadi selama satu minggu kemarin Tuan Alvaro harus berada di Indonesia." Jawab Dennis.
"Kalau aku boleh tahu, properti apa saja yang dimiliki oleh Alvaro?" Tanya Amanda.
"Pusat perbelanjaan dan perkantoran, Nona. Tetapi sekarang Tuan Alvaro akan mencoba mengembangkan perusahaannya di bidang perhotelan juga." Jawab Dennis.
"Apakah Nona benar-benar tidak mengetahui siapa Tuan Alvaro?" Tanya Dennis.
Dennis merasa heran karena baru kali ini ada orang yang tidak mengetahui siapa bos nya. Padahal nama Alvaro bahkan wajah bos nya itu sering muncul di media dan majalah.
"Tidak, Dennis. Aku saja baru tahu siapa Alvaro setelah kau menjelaskannya kepadaku. Itu artinya Alvaro seorang miliarder? Dan aku sekarang menumpang di rumah seorang pengusaha terkenal dan sukses?" Tanya Amanda dengan wajah terkejutnya.
*****
To be continue ...