Niatnya ingin bertemu teman lama, Anne malah salah masuk kamar. Bukan bertemu teman malah bertemu lawan.
Sky dalam pengaruh obat merasa tenang saat seorang wanita masuk ke kamarnya. Ia pikir wanita ini telah di atur oleh asistennya untuk melepaskan hasratnya.
Anne memberontak saat Sky menarik dan menciumnya secara paksa. Tenaganya jelas tidak sebanding dengan pria ini. Sekuat tenaga memberontak pada akhirnya Anne hanya bisa pasrah. Kesuciannya diambil oleh orang yang sangat ia benci.
**
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Apa yang akan Sky lakukan saat tahu Anne hamil anaknya? Menikah atau ada opsi lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SKY : Baik, Aku akan mencontoh Papa!
Malam begitu dingin karena hujan turun cukup deras bersama dengan angin kencang. Namun tidak menghalangi Sky untuk tetap datang ke rumah utama. Ia ingin menemui ibunya dan bicara kembali membahas pernikahannya.
"Sky, kenapa hujan begini datang kesini? Kamu nanti sakit, nak." Indira terlihat khawatir melihat kedatangan Sky. Tidak seperti biasanya anak ini mau datang saat hujan. Pasti ada sesuatu yang mengganjal pikiran Sky.
"Tidak apa ma, aku kuat." jawab Sky dengan senyum sedikit di paksakan. "Ibu mana?" lanjutnya bertanya.
"Ada di kamar, hari ini sibuk membujuk Lilia yang kesal kamu tinggalkan. Mau mama panggilkan?" tawar Indira namun segera Sky menolaknya.
"Tidak usah, ma. Biar aku saja mendatanginya. Aku ke atas dulu ya."
Indira hanya mengangguk setuju meski dalam hati ragu.
"Pa, ayo susul Sky. Perasaan mama mendadak tidak tenang dibuatnya." Ajak Indira merasa was-was.
"Biarkan saja, ma. Mungkin Sky perlu bicara dari hati ke hati dengan ibunya. Sky tidak mungkin berbuat macam-macam pada Sania, meski aku tahu kecewa yang dirasakan anak itu sangat dalam." kata Gleen sangat memahami kondisi anak bungsunya.
TOK TOK TOK
Sky mengetuk pintu kamar yang ditempati ibunya dan Lilia. Cukup lama menunggu akhirnya pintu terbuka. Terlihat wajah ibunya terkejut melihat keberadaannya.
"Sky, kamu datang kesini." kata Sania, lalu wajahnya menunjukkan senyum senang dan menoleh ke dalam.
"Lilia, lihat siapa yang datang. Sky datang, dia pasti mengkhawatirkan kamu." teriaknya begitu antusias.
"Ayo masuk sini, Sky. Bantu ibu membujuk Lilia yang tengah kesal karena tadi pagi kamu meninggalkannya." Sania menarik tangan anaknya masuk, menghampiri Lilia yang tengah duduk di balkon.
Tampak wanita itu ikut senang melihat kedatangan Sky, bahkan tanpa ragu memeluknya.
"Jangan seperti ini, Lilia. Aku tidak nyaman." tolak Sky melepaskan diri dari Lilia.
"Tidak apa, nak. Toh kalian sebentar lagi juga akan menikah. Lilia hanya rindu denganmu, jadi wajar dia bersikap seperti ini." Sania selalu membela Lilia, tidak peduli apa yg dilakukan Lilia pantas atau tidak. Selagi Lilia senang, ia tidak masalah.
"Bu, walaupun akan menikah tetap harus jaga batasan. Ini juga demi kebaikan bersama. Lilia seperti ini seperti wanita agresif saja." ujar Sky merasa semakin tidak suka dengan Lilia.
Wajah Lilia jelas tampak kecewa dan mendadak murung. Dia segera mendekati Sania dan berlindung dibelakangnya.
"Ya sudah kali ini maafkan Lilia, dia anak yang polos jadi terlalu berlebihan dalam mengekspresikan rasa senangnya saat bertemu denganmu." jawab Sania sembari mengusap tangan Lilia.
"Oh ya, ada apa kamu kesini? Mau mengajak Lilia keluar?" tanya Sania dengan penuh harap. "Ibu tahu kamu pasti merasa bersalah padanya kan? Lihat Lilia, apa kata ibu tadi. Sky pasti akan datang mencari mu." Sambung wanita ini membuat wajah Lilia tersimpu malu.
"Tidak, akun datang kesini ingin bicara berdua dengan ibu. Bukan mengajak dia pergi." kata Sky membuat raut wajah dia wanita ini mendadak tegang.
"Ada apa? Mau membahas pernikahan mu dan Lilia?" tanya Sania mencoba menebaknya.
Sky diam sejenak, mencoba mencari jawaban yang tepat agar tidak memancing emosi ibunya.
"Ya, ada hubungannya dengan pernikahan." jawabnya terdengar ragu.
"Ya sudah bicara saja, tidak masalah Lilia ikut disini mendengarnya. Yang akan menikah itu kalian, jadi tidak boleh ada rahasia di di antara kalian berdua."
Sky berpikir sejenak bagaimana baiknya. Niatnya ingin bicara berdua dengan ibunya agar tidak terpengaruh dengan tatapan memelas Lilia. Sky benar-benar merasa tidak nyaman dengan wanita itu. Tapi sepertinya akan sulit untuk ibunya setuju.
"Baik, kita bicara disini." Dengan terpaksa Sky mengalah.
Wajah Sania dan ibunya tampak kembali tenang. Mereka saling melirik dan tersenyum lalu duduk di ranjang.
"Ada masalah dengan persiapan pernikahan?" tanya Sania mencoba mengawali pembicaraan.
Sky menatap wajah ibunya, mencoba melihat apakah di mata wanita ini ada terlihat rasa sayang untuk dirinya. Sejak kecil Sky tidak mengenal Sania. Hanya tahu dari foto yang mama dan papanya tunjukkan. Serta sepenggal cerita masa lalu mereka.
Dan kini ibunya datang dengan membawa seorang wanita yang wajib ia nikahi. Sangat tidak manusiawi.
"Sky, kenapa diam saja? Ada apa? Apa ada masalah dengan persiapan pernikahan mu dan Lilia?" tanya Sania mengulang pertanyaannya.
Sky menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan hati untuk bicara pada ibunya.
"Bu, sejujurnya yang bermasalah itu hatiku. Belum siap menikahi Lilia, bahkan sepertinya tidak pernah siap." katanya mulai bersuara.
"Apa maksudmu?" Sania mendadak berdiri dan bicara deh nada tinggi. "Jangan main-main, Sky. Kamu sudah berjanji pada ibu untuk menikahi Lilia. Atau jika tidak... "
Sky ikut berdiri, membuat ibunya tidak melanjutkan ucapannya.
"Aku tidak akan lupa dengan janjiku. Hanya saja aku ingin menegaskan, jika pernikahan tetap terjadi, jangan pernah paksa aku untuk mencintai anak kesayangan ibu."
Sania menggeleng, tidak terima dengan permintaan Sky. "Ibu yakin kamu bisa mencintainya, Sky. Contoh papamu, dia bisa menikahi mamamu tanpa ada rasa cinta. Hingga memiliki anak dan sampai sekarang tetap bertahan pernikahan mereka."
"Kenapa ibu membuat perbandingan dengan mengambil contoh pernikahan mama dan papa? Jelas itu berbeda." ujar Sky merasa alasan yang digunakan ibunya tidak masuk. "Mama dan papa menikah atas kesadaran diri masing-masing. Sama-sama belum ada perasaan sehingga tidak berat sebelah. Sedangkan kami berbeda bu. Lilia tampak nyaman denganku, dan aku tidak. Itu saja sudah berat sebelah. Jadi jangan minta aku mencontoh pernikahan mama dan papa. Itu sangat berbeda."
Sania berniat menjawab perkataan Sky kembali, namun Sky mengisyaratkan ibunya untuk diam dulu.
"Aku tidak akan lupa janjiku bu, tapi aku juga tidak akan memaksakan hatiku. Ibu ingin aku menikahinya kan?" tunjuk Sky pada Lilia. "Akan aku nikahi. Demi ibu yang katanya ingin balas budi."
"Sky, jangan bicara seperti itu. Ibu yakin kamu bisa seperti papamu."
"Ibu ingin aku seperti papa?" sahut Sky menunjukkan senyum mencurigakan. "Baik, baik, aku akan mencontoh papa. MEMILIKI DUA ISTRI!"
Tercengang Sania mendengarnya, begitu juga dengan Lilia. Tidak pernah terpikir oleh mereka jika Sky berani mengatakan hal ini.
"Sky, bukan begituu." teriak Sania marah.
"Bu, aku hanya menuruti keinginan mu. Jadi jangan salahkan aku." kata Sky tersenyum manis memandang dua wanita di depannya lalu melangkah pergi meninggalkan kamar ini.