NovelToon NovelToon
Kos Murah Dengan Hutang Nyawa Setiap Malam

Kos Murah Dengan Hutang Nyawa Setiap Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Kutukan / Hantu
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: ittiiiy

DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏

Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.

Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.

Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.

Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.

Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20 : Mencari Kamar Rahasia

Shavira tiba-tiba tersungkur ke lantai seperti terlihat lemas atau sebenarnya sedang ngambek tapi tentu saja Calista tidak akan bisa melihat dari sudut pandang itu dengan penampilan Shavira, "Kau baik-baik saja? Apa kau lapar? Ya sudah makan saja dulu. Aku bisa menunggu!" Calista juga masih sedang mempersiapkan mentalnya untuk memulai misi penyelamatannya. Calista yang menyuruh makan seakan lupa kalau Shavira itu makan apa.

"Lihat apa yang kau lakukan dengan istanaku?!" Shavira mengamuk dengan menggunakan kepalanya menggedor-gedor dinding.

"Hah, kau masih saja sebal soal itu?! Lebih baik kau mengajarkanku hal penting sebelum masuk ke loker eh istana Zivana ...." Calista menyadari harus mulai terbiasa dengan sudut pandang hantu disana dan mulai memilih menggunakan kata yang cocok sesuai hantu disana bukan karena pendapat pribadinya.

Shavira tiba-tiba tersenyum, "Apa? Kau mau menakutiku? Supaya mengembalikan semua rambut kesayanganmu itu?!" Calista seperti sudah tahu isi pikiran Shavira tanpa harus masuk ke dalam pikirannya seperti yang selalu Shavira lakukan padanya.

Shavira menutup giginya dan mengurungkan niatnya menakut-nakuti Calista, "Sudah kubilang segala hal berubah-ubah disini. Tidak ada yang abadi disini, bahkan jika kau tahu peraturannya. Satu-satunya cara hanyalah agar kau menjalaninya dan belajar saat pengalaman itu sedang dalam proses. Kita hanya bisa mencari tahu solusi setelah menjalaninya. Menghadapi hantu butuh kemampuan berpikir yang cepat dan bakat improvisasi. Tidak akan pernah ada persiapan matang untuk melawan hantu, kau akan selalu kalah apapun yang terjadi."

"Okey, baiklah! Ayo kita berangkat kalau begitu!" Calista merasa sudah terlalu lama mengulur waktu dan keberaniannya tidak akan bisa setinggi sekarang jika menunda lebih lama lagi, "Sekarang adalah waktu yang tepat! Tapi bisa tidak kau menyemangati sedikit, yang kau lakukan hanya terus membuat keberanianku mengecil."

"Apa yang kau harapkan dari hantu? Kau berharap aku memberimu ceramah motivasi? Jangan bercanda ... Angkat tanganmu!" Shavira membantu mengangkat kaki Calista dengan menggunakan lehernya sebagai pijakan agar tangan Calista bisa sampai di dalam lubang atap. Shavira tidak tahu harus berapa kali meyakinkan Calista soal dirinya yang hantu.

"Kau tidak apa-apa? Tunggu ...." Calista merasa tidak enak dengan bantuan Shavira terlebih lagi kini dia hampir jatuh.

"Tidak usah banyak bicara! Lakukan saja yang benar, cepat!" bukti bahwa leher Shavira begitu panjang karena setelah melilit kedua kaki Calista dengan lehernya untuk bisa seimbang berdiri, kepala Shavira masih bisa menyamai ketinggian Calista dan mengomelinya tepat di depan wajahnya.

Perlahan darah mulai mengalir lagi di lantai membuat Shavira senang melihatnya karena ternyata Calista mulai kembali takut.

Calista merasakan tangannya begitu dingin seperti memasuki kulkas saat tangannya melewati atap tempat Shavira yang dilubangi tadi. Kulit jari yang dipegangnya perlahan bergerak menutulpi tangan Calista hingga sampai ke kaki dan Shavira melepaskan lehernya karena Calista sudah terangkat sendiri ke atas. Wujud Shavira tidak terlihat tapi Calista merasakan kalau Shavira memegang bahunya untuk memberitahu bahwa dia ada disana.

"Meski aku bisa menemanimu! Aku tidak bisa selalu berbicara, hanya saat penting saja. Karena bagaimanapun ini tempat orang lain." Shavira dengan suara begitu pelan seperti berbisik.

"Kau ada disini saja aku sudah lega ...." Calista tidak mempermasalahkan soal batasan itu meski sebenarnya Calista berharap Shavira mengatakan itu sebelumnya agar dia bisa memikirkan strategi. Tapi benar yang dikatakan Shavira, proses adalah pelajaran hidup. Saat berada di dalam badai lah solusi cepat didapatkan. Meski menyiapkan payung, tapi kita tidak tahu badai apa yang ada di depan. Bisa saja payung yang disiapkan hanya akan menjadi senjata untuk balik melukai.

"Hah?!" Calista menutup mulut dan punggungnya terbentur di dinding karena kaget melihat cermin yang menampilkan wajah yang asing, "Kenapa wajahku ...."

"Itu wajah orang pemilik jari itu, ingat dengan kau tidak boleh bersentuhan langsung saat berada di tempatku?" karena suasana baru disana, Calista menjadi takut dan suara Shavira kembali terdengar menakutkan terlebih lagi dengan cara berbisik. Bayangkan mendengar suara hantu dengan menggunakan earphone denga volume maksimal begitulah yang dirasakan oleh Calista.

"Makanya aku dilapisi oleh tubuh orang lain?" Calista memandang sosok yang ada di cermin. Perempuan yang terlihat lebih muda darinya, Calista sangat menyayangkan bagaimana orang itu bisa terjebak disana.

"Lebih tepatnya kulit ...." Shavira di dalam pikirannya sendiri menghemat informasi pada Calista.

"Harusnya kau membiarkannya selamat, dia masih sangat muda ...." Calista tahu jari itu adalah korban Shavira. Dia tahu kalau Shavira tidak akan menjelaskan meski pasti sudah kesal karena merasa tidak adil dengan dia yang sebagai hantu ya makananya hanya itu.

Shavira membayangkan bagaimana dia sudah membiarkan orang yang melapisi wujud Calista sekarang itu lari berulang kali tapi tetap saja dia berakhir kembali di kamarnya. Saat tubuh dan jiwa terpisah, Shavira tidak mungkin menyia-nyiakan makanan di depan matanya.

Meski terlihat dengan wujud yang berbeda tapi Calista tetap merasa tidak ada yang berbeda dengan tubuhnya. Dia mulai menyadari jika tidak berada di dalam tubuh seseorang tapi dia hanya dilapisi agar tidak langsung menyentuh apapun yang ada disana. Seperti baju besi untuk memasuki area peperangan.

Tidak seperti tempat Shavira, disana terlihat begitu bersih dan familiar. Desain disana layaknya berada di dalam rumah yang nyaman, "Oh iya, dia hantu manusia kan ...." Calista mengingat soal fakta itu.

Calista yang melihat tangga tapi lebih memilih mengelilingi lantai satu dulu. Semuanya seperti rumah pada umumnya, yang aneh adalah tidak ada jendela dan pintu utama. Calista mencoba melihat keluar dan mencari pintu keluar tapi keduanya tidak ada. Yang ada hanya pintu ke ruangan lain di dalam rumah itu.

"Bagaimana mencari cara untuk keluar kalau tidak disediakan pintu atau apapan itu ...." Calista mengeluhkan soal desain tempat Zivana yang terlihat sangat curang.

"Kau harus mencari jalan keluar diluar dari yang kau ketahui. Kau harus berpikir berbeda dari yang biasanya." akhirnya setelah sekian lama Calista kesepian sendirian dia bisa mendengar suara Shavira lagi dengan nasehat pertamanya.

"Jadi, aku harus berpikir secara tidak biasa ya ...." Calista mengerti apa yang dimaksud Shavira, "Apa karena aku yang sedang tidak takut atau tempat ini memang seperti ini?" Calista masih belum menemukan hal yang membuatnya merinding.

Disana tetap ada lampu gantung dengan model kuno sesuai dengan pakaian yang dipakai Zivana. Tidak terlihat seperti pakaian anak jaman sekarang. Lampu yang terus meredup selama Calista berada disana. Seakan Calista mengisap baterai lampu itu dengan kehadirannya.

Calista memandang tangga yang telah dihindarinya dari tadi, "Sepertinya aku memang harusnya naik saat pertama melihatnya ...." meski begitu Calista bisa lebih tenang karena mengulur waktu untuk naik tangga yang membuat Calista memiliki perasaan tidak enak.

Calista meraba bahunya dan Shavira yang melihat itu tahu kalau Calista mencarinya. Calista berhasil memegang tangan Shavira dan mulai berjalan menaiki tangga. Tangan Shavira yang menyeramkan dan sangat tidak nyaman disentuh berubah menjadi tangan yang membuat Calista tenang. Karena dia tahu dia tidak berjalan sendirian dalam kegelapan itu.

"Jangan berbalik! Saat kau merespon sesuatu itu akan menarik perhatian." Shavira memegang kepala Calista agar tidak menoleh saat lampu di lantai satu tiba-tiba mati. Kini jalan dihadapan Calista begitu gelap, dia mungkin jatuh jika tidak dibantu Shavira.

"Untuk masuk ke kamar Shavira tadi, lantai tiba-tiba saja miring dan menjadi perosotan. Aku tidak bisa menyamakannya tapi aku tahu kalau aku perlu mencari sesuatu yang janggal, yang bisa membawaku ke tempat rahasia dimana Elvara ditahan." Calista menekan-nekan lantai dengan pelan dan memukul-mukul dinding mencari jalan masuk rahasia. Shavira merasa bangga dengan pendekatan Calista yang semakin baik dalam menganalisa.

Keanehan di lantai dua tempat itu tidak ada kamar sama sekali. Tidak ada juga ruangan dan perabotan. Semuanya begitu kosong disana seakan menandakan bahwa yang kau cari tidak ada disana.

"Aku yakin disini!" Calista melihat tangga lainnya tapi dia tidak merasakan perasaan aneh saat kembali melihat lorong di lantai dua tempatnya saat ini, "Bagaimana Amara bisa mengenal Elvara dan menirunya berarti mereka berdua bertemu. Bisa saja Elvara yang berusaha kabur dari sini dan bertemu Amara atau Amara yang masuk kedalam tempat rahasia kamar 2013." Calista merasa jika Amara bisa menemukan jalan maka dia juga bisa dan jika Elvara yang berusaha keras maka tindakannya yang penuh resiko itu tidaklah sia-sia.

...-BERSAMBUNG-...

Alhamdulillah, sudah memasuki chapter 20. Ternyata kemampuan menulis dan imajinasiku semakin tumpul teman-teman sekalian😅 harus mulai banyak membaca lagi dan belajar kosa kata serta cara penulisan yang tiba-tiba terlupakan karena tumpukan berbagai macam penelitian dan referensi penyusunan tesis kemarin yang menjadikan bagian otak penulis fantasi tiba-tiba amnesia😂

Karena chapter ini ditulis 1 september dan terbitnya sekitar 6 september mungkin, maka masih perlu beberapa hari lagi untuk bisa diajukan kontrak. Doakan yang terbaik ya!☺️

1
@Reeartha1231
Ceritanya menarik.
ittiiiy: Terimakasih banyak🙏🥺✨
total 1 replies
🏡s⃝ᴿ ❤️⃟WᵃfSHanum
murah banget sewa kosan nya
❤️⃟Wᵃf Nesia
lanjut
Wanita Aries
Agak puyeng bacanya
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap
Wanita Aries
Mampir thor
SENJA
buset dah serem amat nih anak kecil 😱
SENJA
udah kejadian! nyesel juga percuma sekang pikir caranya supaya survive ✊🏼
SENJA
nah ini bener ini
" di setiap ada kesulitan , pasti ada kemudahan"
Arin
lajut terus kak
ㅤ ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ.ᵒⁿ
lanjutkan kak
❤️⃟Wᵃf Nesia
loh loh
SENJA
wah kok bisa gitu 😳
Jan
chapter 2 mau coba baca malam, biar terasa sensasinya
aurel
hai Thor aku sudah mampir, jangan lupa mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku "
Arin: hai aku udah mampi. semangat kak
total 1 replies
sasip
sudah mampir untuk kasih semangat.. 💪🏻
luvminsung
SEMANGATTTTT
@Risa Virgo Always Beautiful
lanjut up
Manusia
Kos mana masalahnya yg 100rb😭😭calista jangan mau nak, jangan tergoda dngn harga murce
🥑⃟🟢☘𝓡𝓳 Lucia Navaro🔰π¹¹
lanjuttt kaaaa penasaran ma kejadian selanjutnya
❤️⃟Wᵃf Nesia
Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!