NovelToon NovelToon
Surga Lain Pernikahanku

Surga Lain Pernikahanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:42.4k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

"Apa yang sebenarnya membuat Mas enggan menyentuhku? Mas bahkan selalu menghindar jika aku membicarakan hal itu. Apapun jawaban Mas, aku akan berusaha ikhlas. Setidaknya Mas bicara. Jangan diam seolah-olah hubungan kita itu normal seperti pasangan suami istri yang lain.”

Banyu mengangkat wajahnya. Tanpa bicara apapun, ia segera meraih jas yang ia letakkan di kursi makan lalu melangkah pergi meninggalkan Haura.

***
Pernikahan yang Haura harapkan bisa mendatangkan kebahagiaan itu nyatanya tidak seindah yang gadis itu harapkan. Banyu, lelaki yang enam bulan ini menjadi suaminya nyatanya masih enggan memberikan nafkah batin kepadanya. Lelaki itu terus menghindarinya jika gadis itu mengungkit masalah itu.
Tentu saja itu menjadi pertanyaan besar untuk Haura. Apalagi saat perdebatan mereka, Haura tidak sengaja menemukan sebuah kalung indah berinisial 'H'.

Apakah itu untuk dirinya? Atau apakah kalung itu menjadi jalan jawaban atas pertanyaan besarnya selama i

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KHAWATIR

"Kita sudah bahas ini sebelumnya, Ra. Keputusan saya sudah bulat. Kamu jangan keras kepala."

"Aku udah sehat banget ini. Mas nggak udah berlebihan gini dong."

Banyu menghentikan langkahnya membuat Haura yang berusaha menyamai langkahnya jadi menabrak punggung tegap lelaki itu. Haura mengusap keningnya yang terasa cukup sakit itu.

"Lain kali kalau mau berhenti kasih aba-aba!" gerutu Haura. Suasana hatinya sangat buruk sejak sore tadi.

"Berlebihan kamu bilang? Kamu istri saya. Mana bisa saya membiarkan kamu kerja keras di saat sakit begini. Lagipula itu hanya sementara. Sampai nanti kamu sudah lebih sehat."

"Bukan karena Mas tidak percaya kepadaku?" tuding Haura menatap Banyu tajam. "Mas hanya percaya kepada Hania, kan? Memangnya aku sebodoh itu sampai tidak boleh menyelesaikan pekerjaan ku sendiri?"

Rasanya Haura ingin Banyu yang dulu. Sekarang lelaki itu sangat membatasi dirinya. Alasan Banyu adalah sakit perut Haura. Hanya saja sakit perutnya yang sekarang tidak sesakit hatinya yang mendengar cibiran rekan kerjanya tentang keistimewaan yang ia dapat karena ia adalah istri seorang Banyuadjie.

Banyu mengamati wajah istrinya. Sejak mereka pulang sore tadi, tidak ada senyuman yang ia lihat dari Haura. Padahal biasanya gadis itu sangat sering tertawa atau mengeluarkan celotehan lucu. Namun, hingga mereka selesai makan malam, Haura lebih banyak diam lalu tiba-tiba menyatakan bahwa ia sudah lebih sehat dan siap melanjutkan pekerjaannya itu.

"Kamu kenapa? Ada yang mengganggu kamu terkait ini?" tanya Banyu lebih pelan.

Haura mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Ditatap begitu dalam oleh Banyu membuatnya ingin menangis. Akhirnya ia menunduk. Mencoba menenangkan hatinya agar jangan terlihat lemah di depan Banyu. Bisa-bisa ia kembali Banyu bandingkan dengan Hania. Cukup rekan-rekan kantornya yang melakukan itu, jangan suaminya sendiri.

Tangan Banyu mengangkat dagu Haura. Sekali tatap Banyu bisa menebak bahwa perkataannya memang benar.

"Siapa?"

Haura memasang wajah kesal. "Apanya?"

Kedua tangan Banyu ia masukkan ke saku celana. "Siapa yang bicara bukan-bukan tentang kamu?"

Mana mau Haura menyebutkan nama dua perempuan biang gosip tadi. Lagipula jika ia menyebutkan nama mereka, lalu Banyu marah justru itu akan membuat dirinya terlihat buruk.

"Tapi yang mereka bilang itu benar. Aku memang nggak cocok sama Mas. Mas pintar. Sedangkan aku nggak. Kalau Mas tiba-tiba meminta Hania menggantikan aku mengerjakan proyek itu, ya sama aja Mas meragukan kemampuan aku. Lagipula aku juga nggak mau hanya karena sakit perut ini, Mas terlihat mengistimewakan aku."

"Kenapa tiba-tiba arah bicara kamu jadi tidak jelas seperti ini?" Banyu memperhatikan wajah Haura.

Haura diam. Ia memainkan ujung piyamanya, memilih untuk menatap lantai. "Pokoknya kalau Mas serahin pekerjaan aku ke Hania, aku lebih baik pindah departemen aja."

Banyu tidak langsung menjawab. Ia menatap istrinya dengan tatapan bingung. Beban seperti apa yang ditanggung istrinya ini sehingga wajahnya semuram ini?

"Kita sudah sepakat soal itu. Saya juga sudah mengabulkan permintaan kamu. Uangnya juga saya transfer sesuai kesepakatan. Kenapa tiba-tiba begini?"

"Aku nggak butuh uangnya. Aku bisa transfer balik ke Mas saat ini juga asal Mas bisa bantu aku untuk pindah."

"Saya jadi beban kamu, ya?"

Demi melihat wajah Banyu, akhirnya Haura mengangkat wajahnya.

"Kenapa bicaranya begitu?"

Banyu mengangkat bahunya. "Tebakan saya benar?"

"Nggaklah."

"Jadi menikah sama saya itu anugerah buat kamu?"

"Hah?"

Banyu terkekeh. Ia lalu menarik Haura ke pelukannya. "Saya tidak pernah meragukan kamu. Sebagai pimpinan kamu, saya bisa melihat dan mengevaluasi kinerja kamu. Hanya saja, kondisi tubuh kamu sekarang kurang fit. Menggantikan kamu dengan Hania itu hanya sementara. Dia hanya menghandel itu saat kamu istirahat."

Haura mengendorkan pelukannya dari Banyu, tetapi tangannya masih melingkar di pinggang lelaki itu. Ia kemudian menatap Banyu. "Tapi aku udah sehat. Kalau kamu berlebihan seperti ini, aku bisa dianggap memanfaatkan situasi sebagai istri bos."

Banyu menyentil kening Haura pelan. "Saya tidak berlebihan karena kamu istri saya. Kepada staf lain juga begitu. Ullya saja pernah saya suruh pulang saat sakit di hari pertama ia haid. Ingat?" Haura mengangguk pelan. "Saya tidak mungkin memaksa kamu masuk kantor dengan kondisi kamu sekarang. Belum terlalu malam saja, kamu sudah beberapa kali bolak-balik masuk kamar mandi. Yang ada nanti malah merepotkan di kantor."

Haura terdiam. Hatinya perlahan menghangat mendengar penjelasan Banyu. Kalau begini, ia bisa-bisa semakin mengagumi suaminya sendiri.

"Tatapan kamu sangat memperlihatkan betapa kamu mengagumi saya" goda Banyu membuat Haura mendengus kesal.

Lelaki itu kemudian melangkah lebih dulu ke kamar. Sementara Haura menatap suaminya itu dengan kesal sekaligus malu.

...***...

"Haura kamu kasih uang belanja berapa, Bro?"

Banyu yang sedang makan itu menatap Daffa tidak mengerti. "Kenapa memang?"

"Hania bilang dia sedang membelikan Hania dan Ullya barang-barang mahal. Tidak hanya itu, Hania juga bilang kalau dia membeli banyak barang lainnya bersama Ullya. Tumben banget si Haura belanja segitu banyaknya."

"Ikut saya, Daf." Banyu menyudahi makannya dan langsung pergi setelah itu.

"Loh kemana?" Daffa bahkan belum menyentuh makanannya saat Banyu sudah berjalan jauh dari kursi mereka. Namun, sebagai asisten ia harus mengikuti Banyu kemanapun ia pergi.

Mereka pun sudah sampai di parkiran dan segera masuk ke mobil. Daffa menoleh ke belakang dan mendapati Banyu sedang mengetik sesuatu di ponselnya. Dalam hati Daffa merutuki kebodohannya karena keceplosan mengatakan itu kepada Banyu.

Ia mengenal baik Banyu. Walaupun dari keluarga terpandang dan dianugeragi materi yang berlebih, Banyu bukanlah tipikal orang yang suka menghambur-hamburkan uang. Ia adalah tipikal orang yang baru akan membelikan sesuatu jika memang butuh.

"Jalan, Daf! Ke tempat Haura sekarang." Raut serius Banyu seakan mengingatkan Daffa bahwa lelaki itu sedang serius.

"Tapi sebentar lagi kita ada pertemuan dengan calon investor, Bro."

"Mereka bisa menunda hingga beberapa jam ke depan. Sekarang langsung ke tempat Haura."

Daffa mengangguk cepat. Jika Banyu sudah bicara seperti itu, maka ia tidak bisa melakukan tawar menawar lagi Daffa harus segera menuju tempat Haura sekarang.

Perjalanan terasa begitu lama. Apalagi macet yang menambah lamanya mereka di perjalanan. Dari kaca spion, Daffa bisa melihat betapa gusarnya Banyu saat ini. Beberapa kali ia meletakkan ponsel di telinga. Namun, wajah kesal dengan desisan emosi membuat Daffa mengetahui bahwa Haura sedang tidak bisa dihubungi.

"Jangan marah begitu. Haura mungkin memang belanja kebutuhan kalian. Kan kamu sendiri yang bilang kalau dia jarang banget belanja."

"Fokus ke depan saja, Daf. Sejak tadi Haura susah sekali saya hubungi."

Hampir satu jam akhirnya mereka pun sampai di pusat perbelanjaan tempat Haura dan Ullya berada. Banyu memilih untuk keluar di depan pintu masuk, sementara Daffa ke tempat parkiran. Bersamaan dengan dirinya yang baru masuk, matanya menangkap sosok yang membuatnya hampir gila itu.

Gadis itu dengan wajah lelah tetapi tawa yang sangat lepas membawakan banyak belanjaan di tangan. Sementara Ullya yang berjalan di sampingnya, tampak tidak kalah lelahnya dengan Haura.

"Ra!" panggil Banyu membuat Haura dan Ullya kompak melihat ke sumber suara.

Banyu berjalan lebih cepat hingga akhirnya ia pun sampai di depan Haura yang kini justru menampilkan senyum canggung. Mata Banyu mengamati banyaknya kantong belanjaan di tangan Haura dan juga Ullya.

"Jangan marahi Ullya. Dia aku yang ajak."

Rahang Banyu mengetat. Jantungnya masih memburu cepat karena menahan amarah. Banyu lalu mengambil alih kantong belanjaan di tangan Haura. Matanya lalu menatap tajam gadis itu.

"Ikut saya!"

"Bukannya katanya aku bebas belanja, ya. Tapi kenapa dia bisa semarah ini? Kan uangnya masih banyak." batin Haura bingung

*

*

*

Terima kasih sudah mampir. Mohon dukungannya ya semuanya.

1
Anna
alahh-alahhh .... 🤭🤭
Anna: Haisttt .. tertangkap basah ibu Author. Kaabbooorrrrrr 🚀🚀🚀
total 2 replies
Teti Hayati
Rugi bgt kan Mas Air kalo gak diapa-apain.. 🤣🤣
dah lah bahagia kalian berdua,..
dan buat para pengganggu.. enyah saja yg jauh kalian... 😂
Edelweis Namira: Keras kepala mereka itu sudah cukup jadi alasan buat mereka berantem terus🤣
total 1 replies
Anna
Aku suka keributan ... 👊👊👊
Edelweis Namira: by Tuan Muda😄
total 1 replies
Cookies
haura hamil kah
EembuL
😂😂😂 si Haura bikin jantungan bae dh
mely: hamil mungkin
total 2 replies
Teti Hayati
Entah siapa yang salah.. ku tak tahu.
😂

Berantem aja terooosss.....
sama-sama merasa benar sendiri... 🤭
Edelweis Namira: Gini nih kalo batu ketemu batu
total 1 replies
Cookies
kpn baiknya kalian, ada aja mslh ny, bs ga ego ny di buang dl
Rochma: membosankan🙏
total 2 replies
Anna
Gubrakkk banget yaa mas Banyu ini 🤣🤣🤣
Edelweis Namira: Lebih gubrak akunya gak sih🤣
total 1 replies
Cookies
haura pusing ngadepin model suami ky bayu🤣
Edelweis Namira: HAHAHA... Tiba-tiba banget malah bakarin jas orang kan🤣
total 1 replies
EembuL
Ilham lgi yg kena batux 😆😆😆😆😆😅
EembuL
😃😃😃 tegang gk tuuuu 😉
EembuL
kalau tentang Hania zu'udzon melulu diriku 😆😆😆😆✌
Jeng Ining
gongnya Haura mantab😂😂😂😂
Edelweis Namira: Padahal guyon sebenarnya🤣
total 1 replies
Bunda
om...wkwk...om.ga tuh
Edelweis Namira: Dia marah-marah mulu soalnya
total 1 replies
Teti Hayati
Jujur Ra... jangan ada yg dititupin.. In syaaAllah Mas Air mu pasti ngerti ko... 🤭
Teti Hayati
Diiiiih Ka.. makin males aja sama Sagara, ngeyeeeel bgt.... lebih tepatnya Bebel. Kalo Haura single sih terserah.. lah ini udh punya Suami. Dia juga tau kalo suaminya cemburuan..
Edelweis Namira: Dia tuh kadang emang sengaja buat mancing-mancing Banyu. Kan dia tau kesabaran sepupunya itu kayak sehelai tissu dibagi 7
total 1 replies
Teti Hayati
Good job Ivana....
Teti Hayati
Elaaaaah masih aja ni orang, sampe kapan sih sadaaar nya..??
apa perlu kejedoot dulu, atau kita karungin aja ka..?? 🤣
Sri Sugiyanti
alur cerita bagus rekomendasi untuk dibaca sampai selesai
Edelweis Namira: Terima kasih, Kak
total 1 replies
Teti Hayati
Pengen ngetawaain Sagara dg puas boleh....?? 🤭
Teti Hayati: Boleh ka.. Ikhlas ridho saya... 🤣
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!