Ternyata Dia Adalah Aku

"Buk.. ibu.. " panggil Vino pada Merida yang terus melihat ke arah Siska.

"Ehh iya.. ada apa sayang, ?" tanya Merida.

"Ibu kenapa malah melamun, ?" tanya Vino.

"Tidak apa-apa sayang, " jawab Merida yang menyembunyikan perasaan nya.

"Ibu liat kan Siska seperti apa, ? dia sama ibu aja berani bersikap seperti itu, " ujar Nadia memanas-manasi Merida dia berbicara dengan nada yang dia buat seakan bersedih.

" Udah lah Nad.. sebaiknya kita pulang sekarang dan kamu punya hutang penjelasan kepada ibu, " ujar Merida dengan dingin.

"Ibu itu buk...

"Pulang Nadia, " bentak Vino memotong perkataan Nadia yang sedari tadi sudah menahan rasa kesalnya kepada Nadia.

"Apaan sih kak dari tadi bentak-bentak terus, ?" tanya Nadia yang masih pura-pura polos.

"DIAM, " bentak Merida.

"Nadia ikut pulang dan jelasin semua di rumah, " ujar Merida lagi tanpa ingin di bantah.

Tak ada pilihan lain untuk Nadia selain mengikuti sang ibu untuk pulang bersamanya, karna terlihat raut wajah sang ibu yang sangat marah jadi terpaksa Nadia pulang bersama.

Selama di perjalanan satu orang pun tak ada yang berbicara, mereka seakan sibuk dengan lamunan mereka masing-masing.

"Kenapa rasanya sakit sekali saat Siska panggil gue tuan, " ujar Vino dalam hatinya.

"Tuhan.. apakah semua yang ku lihat tadi itu benar, ?" tanya Merida bergumam dalam hatinya.

"Sialan.. kenapa harus kesebar sih itu vidio, dan siapa coba yang udah berani-beraninya nyebarin vidio gue, ?" ujar Nadia yang terus merutuk dalam hatinya.

Di dalam mobil itu tak ada suara sama sekali, di luar sunyi tanpa ada nya suara.. namun di dalam hati mereka sama-sama bergumam dengan pertanyaan mereka masing-masing.

Setelah beberapa saat akhirnya mobil itu sampai di kediaman Wicaksana, namun satu pun dia antara mereka belum ada yang tersadar dari lamunan nya.

"Nyonya, nyonya, " panggil sang supir pada Merida tapi tak ada tanggapan.

Dengan ragu supir itu menepuk pelan pundak sang majikan, berharap sang majikan dapat mendengar nya.

"Nyonya, " panggil supir itu kembali sambil menepuk pelan tangan Merida.

"Ehh iya ada apa mang Tono, ?" tanya Merida setelah sadar dari lamunan nya.

"Kita sedah sampai nyonya, " ujar mang Tono.

"Astaga.. ya udah makasih mang, " ujar Merida sambil keluar dari dalam mobil, Nadia dan Vino pun mengikuti dari belakang.

"Cepat jelaskan semuanya Nadia, " perintah Merida setelah mereka memasuki ruang tengah di mansion Wicaksana.

"Ibu itu beneran bukan Nadia, " ujar Nadia.

"lalu kenapa wajahnya sama persis seperti kamu, ?" tanya Merida.

"Sekarang kan banyak editan ibu.. bisa saja itu ulah seseorang yang benci sama kita, " ujar Nadia membela diri. Merida memang mudah di kelabui jadi dia pasti akan percaya, namun tidak dengan Vino dia tau akan kebenaran vidio itu.

"Elo jangan anggap gue bodoh Nad, ibu bisa lo bohongin tapi enggak dengan gue, " ujar Vino dingin.

"Kak kenapa sih kamu kasar terus, " ujar Nadia berteriak seakan-akan disini dia telah di sakiti oleh Vino.

Teriakan Nadia pun terdengar oleh bi Ipah, dan bi Ipah segera datang menghampiri.

"Kenapa nyonya kok nona Nadia nangis, apa ada yang jahatin nona lagi, " tanya bi Ipah yang langsung nimbrung.

"Bibi.. " rengek Nadia sambil menghambur ke pelukan bi Ipah.

Bi Ipah reflek merentangkan tangan nya, dam dengan lembut memeluk Nadia menepuk-nepuk punggungnya berharap Nadia berhenti menangis.

"Bi Ipah kenapa kamu selalu memanjakan Nadia, ?" tanya Merida sambil nenatap ke arah bi Ipah. sebenarnya Merida selalu merasa curiga terhadap bi Ipah, karna bi Ipah selalu bersikap lembut pada Nadia layaknya pada anak sendiri.

"Nyonya.. kan saya mengurus nona Nadia sedari kecil, jadi saya sudah menganggap nona Nadia seperti anak saya sendiri. dan naluri saya sebagai seorang ibu tak bisa melihat nona Nadia menangis karna mengingatkan anak saya yang di kampung, " jawab bi Ipah memberi alasan.

Merida langsung percaya begitu saja, karna memang benar bi Ipah telah mengurus Nadia sedari kecil. namun berbeda dengan Vino, setiap gerak-gerik bi Ipah dia perhatikan.

"Untuk sekarang bi Ipah jangan terlalu memanjakan Nadia, karna Nadia akan saya hukum, " ujar Merida.

"Bu gak bisa gitu dong, " ujar Nadia tak terima.

"Menurut lah Nadia.. selama masalah ini belum selesai jangan harap kamu bisa keluar rumah, " ujar Merida tegas.

"Bi Ipah bawa Nadia ke kamar nya.. dan ingat jangan biarkan dia keluar rumah, " ujar Merida lagi tanpa mau di bantah.

"Baik nyonya, " jawab bi Ipah sambil mengandeng Nadia untuk di bawa ke kamarnya.

"Bu ada yang mau Vino omongin, " ujar Vina.

" sebaik nya kita ke kamar ibu, " ujar Merida.

………

"Mbok Jum.. Siska pulang, " teriak Siska setelah sampai di mansion nya.

"Jangan teriak-teriak lah non nanti tenggorokan nya sakit, " ujar mbok Jumanah sambil menghampiri Siska.

"Hehehee.. gak seru kalo. manggil mbok gak teriak, " ujar Siska sambil nyengir kepada mbok Jumanah.

"Ada-ada aja non ini, " ujar mbok Jumanah.

"Nih mbok, Siska bawain gorengan tempe kesukaan mbok, " ujar Siska sambil menyodorkan satu kantong kresek ngoreng tempe renyah pada mbok Jumanah.

"Wahh.. non tau aja kalo mbok lagi pengen makan gorengan tempe, " ujar mbok Jumanah dengan tersenyum bahagia.

"Ya udah.. di makan gih.. oh iya mbok, abis mandi Siska mau langsung berangkat kerja lagi ya, " ujar Siska meminta ijin.

"Gak makan di rumah dulu non, ?" tanya mbok Jumanah.

"Gak mbok kan makan malam nya masih lama.. nanti Siska makan di tempat kerja aja seperti biasa, " ujar Siska.

"Tapi janji ya harus makan tepat waktu, " ujar mbok Jumanah.

"Siap komandan, " ujar Siska sambil meberikan tanda hormat.

Mbok Jumanah hanya terkekeh saja, dia sudah merasa tak aneh dengan tingkah nona nya itu yang memang akan selalu bersikap ceria saat bersamanya.

"Ya udah mbok gorengan nya di makan, Siska langsung pamit aja ya takutnya nanti mbok pas di belakang, " ujar Siska.

"Baik non, " jawab mbok Jumanah.

…………

"Sudah sadar kamu boy, ? tanya pak Wibowo pada sang putra.

"Daddy.. " ujar sang putra dengan nada lemah.

"Kamu harus banyak lagi berlatih boy, agar tak mudah di kalahkan oleh para cecurut itu, " ujar pak Wibowo pada sang putra.

Ya dia adalah pria yang di tolong oleh Siska, setelah beberapa hari tak sadarkan diri akhirnya dia sadar. Dia adalah putra satu-satunya pak Wibowo yang baru menyelesaikan kuliahnya nya di luar negri, namanya Albian Pramana penerus satu-satunya keluarga Pratama.

"Dad dimana orang yang udah nolong Al, " tanya Albian pada sang daddy.

"Dia udah pergi boy, " jawab tuan Wibowo pada sang putra.

"Kenapa daddy tak tahan dia, ?" tanya Albian.

"Dia punya kesibukan sendiri Al, " jawab tuan Wibowo.

"Tapi Al mau ngucapin makasih dad, " ujar Albian.

"Nanti kita cari dia boy, " ujar tuan Wibowo.

"Tapi dad...

BERSAMBUNG.