NovelToon NovelToon
One Night Stand

One Night Stand

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Fatzra

Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Julian masih memikirkan perkataan Aruna. Ia membanting ponselnya ke atas kasur, lalu merebahkan tubuhnya. Kenapa Kata-kata wanita itu terasa menyakitkan. Harusnya tidak jadi masalah besar jika mereka tidak saling bertemu lagi.

"Sial!"

"Untuk saat ini, aku tidak akan menemui mereka lagi," gumamnya, lalu memejamkan matanya. Namun, bayang-bayang Aruna terus melintasi pikirannya. Ia kembali duduk, merencanakan sesuatu.

Tangannya terulur ke arah ponsel, ia mengetikkan sesuatu di sana, berencana menyelidiki Aruna diam-diam. rasa penasarannya masih belum terbayarkan. Banyak sekali hal yang ia rasa di tutup-tutupi oleh wanita itu.

Bukan tentang mengapa Aruna ingin dia menjauhinya. Namun, pria itu masih bertanya-tanya yang terjadi malam itu, lima tahun silam. Lalu, siapa sebenarnya ayah kandung Raven, kenapa teman-temannya merundungnya sebagai anak haram. Ia makin curiga kalau anak itu mungkin darah dagingnya.

Di tempat lain Aruna merasa sangat stres. Raven terus merengek minta agar ibunya itu menelpon Julian. Namun, ia tidak menuruti kemauan anaknya itu. Ia tidak ingin melihat mereka lebih akrab lagi. Cukup hari ini saja mereka menghabiskan waktu bersama.

"Mama, Aku mohon, ayo telpon paman tampan itu," rengek Raven, membuat Aruna semakin emosi.

"Cukup, Raven! Kau tidak boleh keterlaluan!" bentak Aruna dengan mata melotot.

Raven ketakutan, lalu air matanya luruh membanjiri pipi. "Mama, aku bukan penjahat, tapi kau memarahiku seperti ini, Mama tidak adil!" Ia semakin terisak.

"Raven! Mulai sekarang kau tidak perlu bertemu orang itu. Jangan menyinggung soal dia lagi di rumah ini!" ucap Aruna dengan nada bergetar. Ia tak kuasa menahan air matanya, lalu pergi meninggalkan kamar Raven.

Kebetulan sekali, Charles datang berkunjung ia langsung memeluk Raven. Ia bingung harus bagai mana, anak kecil itu merasa terluka. Ia tidak tahu awal mula mereka berdebat hingga berakhir seperti ini.

Dengan telaten pria itu menenangkan, bahkan menggendong Raven. Hingga akhirnya tertidur nyenyak dalam gendongan nyaman Charles. Ia tidak tega melihat keponakannya yang masih begitu kecil, menjadi korban ego orang tuanya.

Sementara Aruna masih terdiam di kamarnya. Ia tak berhenti menyalahkan diri sendiri. Namun, mau bagaimana lagi ia tidak ingin Julian tahu tentang Raven. Karena ia begitu membenci pria itu setelah malam itu.

Charles mengetuk pintu kamar Aruna beberapa kali. "Aruna, ayo bicara," ucapnya, tangannya masih mengetuk pintu.

Aruna menghapus air matanya, lalu membuka pintu. Ia masih tidak menatap Charles, perasaannya masih kacau balau. Akhirnya pria itu menarik lengan tangannya menuju ruang tamu.

"Kau masih menyayangi Raven?" tanya Charles seraya menatap tajam ke arah wanita itu.

"Kenapa pertanyaanmu begitu, kau tahu dia adalah separuh nyawaku," jawab Aruna dengan wajah datar. Namun, air matanya menggenang di pelupuknya.

"Kalau begitu, kenapa kau tega melukai perasaan anak itu? Selama ini kau sudah egois memisahkan dia dari ayah kandungnya, dan hari ini, kau berhasil melukai hatinya!" ucap Charles meninggikan akhir kalimatnya. Ia emosi melihat keponakannya di perlakukan seperti itu.

Aruna menangis sesenggukan, yang dikatakan Charles memang benar. Ia merutuki dirinya di dalam hati. "Aku memang ibu yang tidak berguna,"

Melihat Aruna seperti itu Charles tidak tega. Ia tahu betapa susahnya di hadapkan dengan situasi yang tidak enak. Pria itu menyandarkan kepala Aruna di bahunya, lalu mengusapnya perlahan.

"Bersabarlah, aku yakin suatu hari nanti kau akan bahagia," ucap Charles, bagai mana pun dia tidak bisa marah dengan Aruna.

Dua orang asing bersiap di halaman rumah Aruna, mereka bersembunyi di antara semak-semak, mengintai kegiatan Aruna pagi ini. Mereka melihat wanita itu keluar dari rumah dengan anaknya dan juga Charles yang mereka kira sebagai suami Aruna.

Aruna dan Charles mengantarkan Raven pergi ke sekolah. Semenjak kejadian kemarin wanita itu mencemaskan putranya jika harus berangkat sekolah sendirian. Walaupun jarak ke sekolah tidak jauh dari rumahnya. Namun, apapun bisa terjadi saat ia lengah mengawasi putranya.

"Belajar yang semangat, Raven," ucap Charles seraya tersenyum, lalu melambaikan tangan.

Raven membalas lambaian tangan Charles, lalu masuk ke dalam kelas. Walaupun wajahnya masih agak sedikit kusut akibat di marahi ibunya kemarin.

Charles menoleh ke arah Aruna. "Jangan terlalu keras dengannya, bagai manapun dia anak yang baik, selama ini dia mengerti keadaanmu," ucapnya.

Aruna menganggukkan kepalanya. "Ya. Selama ini aku memang bersalah," ucapnya, menyadari kesalahannya.

Dua orang asing suruhan Julian masih mengikuti Aruna. Namun, wanita itu masuk ke dalam mobil Charles dan melaju pergi, orang-orang itu berlari ke mobilnya, lalu mengejar mobil pria itu.

Charles mengantarkan Aruna terlebih dahulu, sebelum pergi ke kantor. Walaupun restoran belum buka, para pelanggan sudah berdatangan untuk mengambil pesanannya.

Diam-diam Julian sudah sampai di restoran Aruna, ia menyamar menjadi orang asing, lalu masuk ke dalam restoran. Ia pura-pura memesan makanan seraya mengamati situasi sekitar.

Hari ini Aruna tidak seperti biasanya, ia tampak murung, dan tidak bersemangat. Duduk sendirian di pojok ruangan, ia membiarkan para karyawan yang bekerja. Biasanya ia aktif membantu para pegawainya itu.

secangkir kopi yang di pegangnya utuh, wanita itu terus melamun memandang ke luar jendela. Julian mencoba mendekatinya, lalu duduk di sebelahnya. "Maaf kursinya sudah penuh, aku boleh duduk di sini?" tanyanya dengan logat bicara yang berbeda.

Wanita itu hanya mengangguk tanpa menoleh. Banyak sekali benang kusut di kepalanya, membuatnya tidak perduli dengan keadaan sekitar. Entah kenapa rasanya sulit baginya untuk memaafkan diri sendiri setelah memarahi Raven semalam.

Julian menatapnya dengan perasaan bingung, apa yang sebenarnya wanita itu pikirkan pagi-pagi sudah melamun. "Kau melamun saja, kopimu dingin," ucap Julian mencoba berinteraksi.

Aruna menyeruputnya sedikit, "Kau benar, bahkan rasanya sudah berubah," ucapnya dengan wajah datar.

"Kenapa melamun?" tanya Julian penasaran.

Aruna menoleh, mengamati lebih dekat wajah pria itu, "Astaga, kau pelanggan baru, ya. Aku baru melihatmu," ujarnya.

Julian menganggukkan kepalanya. "Ya, bisa di bilang begitu,kalau tidak keberatan kau bisa berbagi cerita, dari pada melamun terus," ucapnya, lalu tersenyum ke arahnya.

"Kau baik sekali, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit masalah dengan anak-anak. akhir-akhir ini dia sering protes," ujar Aruna. Namun justru mengundang banyak pertanyaan untuk Julian.

Julian menundukkan kepalanya, lalu tersenyum. "Maklum saja, namanya juga anak-anak. Kadang ia hanya ingin merasakan kasih sayang orang tuanya,"

Aruna tersenyum masam. "Ya, mungkin dia merindukan ayahnya," ucapnya.

Julian cukup terkejut, bukanya ayah Raven ada di rumah, "Ayahnya? Memang pergi ke mana ayahnya?" tanyanya penasaran.

Aruna tersenyum, lalu menatap ke luar jendela. "Bagiku ayahnya sudah, mati."

1
Fatzra
Halo semuanya, terima kasih yang sudah membaca cerita ini. jangan lupa follow + like+ komen, ya. biar Author semangat updatenya 🥰
Terima kasih.
Ritsu-4
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
Sterling
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
Murasaki Kuhouin
Jauh melebihi harapanku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!