Pangeran Dari kerajaan Vazkal tiba-tiba mendapatkan sistem auto pilot saat kerajaannya diserang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ke guild pasukan bayaran
Pangeran Sekya, yang kini memegang erat gulungan perkamen berisi sketsa senjata canggih yang baru saja ia buat, segera bergegas menuju bengkel pandai besi kerajaan. Di sana, ia menemukan Master Durga, pandai besi terhebat di Kerajaan Vazkal, sedang sibuk memukul besi panas dengan palu besar yang berulang kali menghantam, menciptakan percikan api yang beterbangan di sekelilingnya, menerangi sudut-sudut bengkel yang gelap.
Pangeran Sekya menyerahkan sketsa itu kepada Master Durga, menjelaskan setiap detail dengan antusiasme yang membara, seolah-olah ia sendiri yang merancang setiap lekukan dan bilah senjata yang rumit itu.
Master Durga, dengan mata tuanya yang tajam namun penuh pengalaman, menatap gambar-gambar itu dengan takjub yang mendalam, alisnya terangkat tinggi, menyadari bahwa ini adalah mahakarya yang belum pernah ia lihat seumur hidupnya.
"Ini... ini sungguh luar biasa, Yang Mulia," gumamnya, suaranya penuh kekaguman yang tulus, "sebuah desain yang melampaui segala pemahaman kami tentang pembuatan senjata. Tapi, material apa yang akan kita gunakan untuk mewujudkan semua ini? Dan bagaimana kita bisa membentuknya dengan presisi yang begitu sempurna seperti yang tergambar di sini?"
Pangeran Sekya tersenyum tipis, sebuah senyuman penuh rahasia yang tersimpan rapat, dan menjelaskan tentang material langka yang baru saja ia temukan, serta bagaimana ia akan memandu setiap langkah Master Durga dengan instruksi yang sangat presisi, memastikan setiap senjata tercipta dengan sempurna tanpa cela.
Namun, setelah Master Durga mempelajari setiap garis sketsa dan menghitung perkiraan biaya yang dibutuhkan, wajahnya berubah muram dengan cepat. Ia menatap Pangeran Sekya dengan tatapan khawatir yang jelas terlihat.
"Yang Mulia," kata Master Durga, suaranya terdengar ragu dan sedikit berat, "material langka ini memang luar biasa dan memiliki potensi besar, tetapi untuk menyatukannya menjadi senjata yang sempurna seperti yang tergambar di sini, kita membutuhkan material pendukung lain yang sangat mahal dan sulit didapat di pasaran."
"Kas kerajaan kita... saya khawatir tidak akan cukup untuk menanggung semua biayanya," tambahnya, menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.
Pangeran Sekya mengernyitkan dahi, dahinya berkerut dalam, menyadari masalah baru yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia tahu betul, tanpa material pendukung itu, senjata-senjata impiannya tidak akan pernah terwujud menjadi kenyataan.
Pangeran Sekya kembali ke kamarnya, mengunci pintu kayu yang berat dengan suara berderit pelan, dan menjatuhkan dirinya ke kursi yang nyaman di samping jendela. Pandangannya menerawang jauh ke luar, menatap langit yang mulai gelap dan diselimuti awan.
Masalah biaya yang baru saja diungkapkan Master Durga kini menjadi beban pikiran utamanya yang tak kunjung hilang. Ia harus menemukan cara untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar secepat mungkin, karena setiap detik yang terbuang berarti penundaan dalam mewujudkan pasukan yang tak terkalahkan, dan yang lebih penting lagi, menunda kepulangannya Eliana yang sangat ia rindukan.
Keesokan harinya, saat fajar menyingsing dan cahaya matahari mulai menyelinap masuk melalui celah jendela kamarnya, Pangeran Sekya menatap kosong ke langit yang perlahan terang. Ada beban berat yang terasa di pundaknya, namun tekadnya tak goyah sedikit pun.
"Aku butuh uang, dan aku butuh cepat," bisiknya dalam hati, suaranya nyaris tak terdengar, namun penuh desakan yang kuat. "Jumlahnya harus sangat besar, cukup untuk semua yang kita perlukan agar proyek ini berjalan lancar."
Sebuah suara datar, tanpa emosi, namun sangat jelas, terdengar langsung di benaknya. {Analisis data keuangan kerajaan menunjukkan defisit signifikan untuk proyek ini, Pangeran Sekya. Sumber daya yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhanmu.}
Pangeran Sekya menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. "Lalu, apa solusi paling cepat yang bisa kita ambil? Aku tidak punya banyak waktu yang tersisa."
{Solusi paling efisien untuk mendapatkan dana cepat adalah melalui misi berisiko tinggi dengan imbalan besar}, suara itu merespons, nadanya tetap tenang, seolah menyampaikan fakta yang tak terbantahkan.
"Misi berisiko tinggi?" Sekya mengulang, matanya menyipit, sebuah kilatan penasaran muncul di sana. "Maksudmu... aku harus menjadi pasukan bayaran?"
{Benar, Pangeran Sekya. Kemampuanmu saat ini, yang telah dioptimalkan secara sempurna, memberimu peluang keberhasilan yang sangat tinggi dalam misi-misi yang dianggap mustahil oleh orang lain. Ini akan menarik bayaran yang sangat besar, sesuai dengan tingkat kesulitan dan risiko yang dihadapi.}
"Apakah itu aman untukku?" Sekya bertanya, sedikit keraguan terselip dalam suaranya. "Bagaimana jika ada yang mengenali identitasku sebagai pangeran? Itu bisa memicu masalah diplomatik yang besar dan rumit."
{Risiko dapat diminimalisir dengan penyamaran yang tepat dan pemilihan misi yang tidak melibatkan kerajaan tetangga secara langsung. Fokuslah pada target yang terisolasi atau kelompok yang tidak memiliki hubungan politik yang rumit. Dengan demikian, identitasmu akan tetap terjaga dengan aman.}
Sekya menghela napas panjang, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. Senyum itu bukan lagi senyum putus asa, melainkan senyum tekad yang membara. "Baiklah. Cari misi paling sulit, yang bayarannya paling tinggi. Aku akan melakukannya, apa pun risikonya. Ini demi kerajaan, demi masa depan Vazkal yang lebih baik, dan yang terpenting, demi Eliana yang harus kubawa pulang."
{Misi sedang diidentifikasi, Pangeran Sekya. Siapkan dirimu. Perjalanan ini akan menguji batas kemampuanmu, namun imbalannya akan sepadan dengan usaha dan risiko yang kau ambil}, suara itu merespons, nadanya tetap datar namun penuh kepastian, seolah mengukir takdir di benak sang pangeran.
"Jadi, langkah pertama apa yang harus kulakukan?" tanya Pangeran Sekya dalam hati, suaranya penuh antisipasi.
{Langkah pertama adalah pendaftaran}, jawab suara itu tanpa jeda. {Pengguna harus mendaftarkan diri ke guild pasukan bayaran terdekat dengan identitas samaran yang telah disiapkan.}
"Guild pasukan bayaran?" Sekya mengulang, membayangkan tempat itu. "Bagaimana aku harus bersikap di sana?"
{Memasuki bangunan kumuh yang dipenuhi suara gaduh, aroma keringat, dan dentingan pedang, pengguna harus meyakinkan pihak guild bahwa ia adalah seorang prajurit bayaran berpengalaman yang siap menghadapi misi apa pun. Jangan sedikit pun menunjukkan identitas aslimu sebagai seorang pangeran dari Kerajaan Vazkal. Penyamaranmu harus sempurna.}
Siang hari itu juga, Pangeran Sekya sudah tidak sabar untuk segera bertindak. "Baiklah, Sistem," katanya dalam hati, suaranya penuh tekad. "Tunjukkan padaku di mana guild pasukan bayaran terdekat berada. Aku akan pergi sekarang juga."
{Lokasi guild terdekat telah diunggah ke dalam benakmu, Pangeran Sekya. Pastikan penyamaranmu tidak mencurigakan. Setiap detail kecil dapat membahayakan misimu}, suara itu merespons, nadanya datar namun penuh peringatan.
Pangeran Sekya segera mengganti pakaiannya dengan jubah lusuh berwarna gelap yang menutupi seluruh tubuhnya, lengkap dengan tudung yang menaungi wajahnya agar tidak mudah dikenali. Ia menyembunyikan pedang kesayangannya di balik jubah, memastikan tidak ada yang melihatnya, lalu diam-diam menyelinap keluar dari istana, menyusuri jalan-jalan kota yang ramai, berbaur dengan kerumunan warga biasa yang sibuk dengan aktivitas mereka.
Perjalanan menuju guild pasukan bayaran terasa cukup jauh, melewati gang-gang sempit yang dipenuhi aroma aneh dan bangunan-bangunan tua yang menjulang tinggi. Akhirnya, ia tiba di depan sebuah bangunan kumuh yang tampak mencurigakan, dengan papan nama usang bertuliskan "Guild Bayaran" yang nyaris tak terbaca. Suara gaduh dari dalam, dentingan gelas, dan tawa keras langsung menyambutnya, menegaskan bahwa ia telah sampai di tempat yang tepat.