Kisah Iyan yang terpuruk karena ayahnya pergi dan meninggalkan banyak hutang,sedangkan Iyan masih SMA,iya pun menjadi tukang ojek untuk membayar hutang tersebut.iyan menemukan system tukang ojek tanpa sengaja bagaimana kisah selanjutnya silahkan dibaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alijapul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Mendaftar Kuliah di Sempoerna Universitas Internasional Jurusan IT
Setelah kesuksesan festival di sekolah, Iyan merasakan semangat dan harapan baru dalam hidupnya. Dengan sedikit uang yang berhasil ia kumpulkan, dia mulai berpikir tentang masa depannya dan keputusan besar selanjutnya, kuliah. Nuxee, sistem tukang ojeknya, memberikan informasi penting.
“Iyan, jangan lupa untuk mempertimbangkan mendaftar di Sempoerna Universitas Internasional! Mereka memiliki program yang sangat bagus, dan kamu bisa mendapatkan beasiswa!” suara Nuxee berkumandang di pikiran Iyan.
Iyan langsung bersemangat. “Beasiswa? Konsekuensinya apa, Nuxee?”
“Kalau kamu lulus dengan baik, kamu bisa mendapatkan kesempatan untuk berkarier di perusahaan internasional! Ini adalah langkah awal yang luar biasa!” Nuxee memotivasi.
Setelah mengecek syarat pendaftaran dan tanggal yang mendekat, Iyan merasa perlu untuk memberi tahu teman-temannya. Di sekolah, Iyan mengumpulkan mereka di kafe kecil saat jam istirahat. “Teman-teman, ada kabar baik! Aku berencana mendaftar di Sempoerna Universitas!”
“Sempoerna? Apakah itu nama tempat pizza baru?” Udin bertanya dengan wajah bingung.
“Bukan! Itu universitas! Aku berharap bisa mendapatkan beasiswa di sana, agar bisa melanjutkan pendidikan!” Iyan menjelaskan dengan semangat.
“Jadi, kita semua harus belajar di kampus?Mendaftar di sana” Joko bertanya lucu, membuat semua orang tertawa
“Iya begitu! Kita juga harus ingat pentingnya belajar! Tapi kita bisa sesekali mengajak mereka untuk studi sambil nyemil pizza!” Mira menjawab, sambil setuju dengan gagasan.
“Satu-satu, biar kita tidak tertinggal!” Encep menambahkan dengan nada dramatis. “Saya tidak ingin jadi pengantar pizza seumur hidup, biar ada harapan!”
“Saya lebih suka nganter pizza daripada kuliah! Mungkin pizza bisa menjadi objek penelitian!” Sari bercanda, membuat Iyan tertawa lagi.
Iyan menjelaskan tentang proses pendaftaran dan semua yang bisa mereka lakukan agar dapat diterima. “Jadi kita bisa ikut waktu pendaftaran besok!” katanya bersemangat.
“Besok? Apakah kita harus latihan sambil nyanyi dan improvisasi?” Udin kembali bercanda. “Kalau mereka tanya pengalaman kita, kita bisa bilang tentang perjalanan kita ke Gunung Ceria!”
“Hanya mengingat perjalanan kita saja sudah bikin semangat! Kita akan membuat presentasi luar biasa untuk memenangkan beasiswa itu!” Joko menanggapi dengan nada optimis.
“Ya! Jika kita semua bersatu, tanpa diragukan, peluang kita menjadi terbayang!” Iyan bersemangat, merasakan dukungan yang menguatkan darinya.
Keberanian Iyan pun semakin menguatkan dirinya. Sorenya, dia terus mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk pendaftaran. Dia mencari tahu tentang persyaratan, mengisi formulir secara online, dan menyiapkan dokumen-dokumen yang diminta.
Keesokan harinya, bersama teman-teman, mereka pun pergi ke Sempoerna Universitas Internasional. “Oke, ini dia!” Iyan berbisik, nervus sekaligus bersemangat.
Saat mereka melangkah masuk, Udin memandang sekeliling. “Kapasitas kafe pizza ini? Banyak yang datang untuk mencicipi!” sambil sesekali memperhatikan suasana kampus.
Saat pendaftaran dimulai, Iyan dan teman-teman dikenakan pertanyaan-pertanyaan seputar motivasi mereka untuk kuliah. Tanpa percaya diri, Iyan mulai menjawab pertanyaan dengan tepat dan semangat, dan dia merasa dukungan teman-temannya membuat segalanya lebih mudah.
“Saya harus jadi saksi! Di suatu tempat, Iyan pasti akan mengantarkan pizza ke seluruh dunia!” Encep berteriak dengan lapang dada, menyebabkan tawa di antara semua pengunjung.
Ketika tur ini berlangsung, mereka juga berkeliling kampus, melihat fasilitas yang ada. “Kedai kopi mereka tidak kalah menarik dengan kafe kita!” Sari mengeksplorasi, sedangkan Joko berpose dengan gaya konyol di depan gedung.
Di tengah perjalanan, Iyan pun melihat papan pengumuman yang mencantumkan tawaran beasiswa tambahan. “Wah, ada beasiswa tambahan untuk siswa berprestasi! Itu bisa jadi kesempatan!” Iyan mengamati, terinspirasi oleh semua yang dia lihat.
Akhirnya,proses registrasi selesai.
Dengan bersemangat, Iyan kembali ke sekolah setelah proses pendaftaran di Sempoerna Universitas Internasional. Ia tak sabar untuk memberitahu teman-temannya tentang kabar baiknya. Di kantin, Iyan berkumpul dengan Mira, Joko, Udin, Sari, dan Encep.
“Iya, teman-teman! Kalian tidak akan percaya! Aku resmi diterima di Sempoerna Universitas Internasional, dan aku akan kuliah jurusan IT!” Iyan berkata sambil menggenggam secangkir minuman.
“IT? Wow! Itu hebat, Iyan! Sungguh cepat sekali!” Udin menyahut dengan ekspresi terkesima. “Jadi kamu akan menjadi raja teknologi, ya?”
“Raja? Atau mungkin presiden komputer? Pastikan kamu tidak menghabiskan waktu untuk memperbaiki printer di semua kantor!” Encep menambahkan sambil melambai-lambaikan tangannya.
“Apa kamu akan menciptakan aplikasi untuk memesan pizza?” Joko bertanya sambil tersenyum nakal.
“Iya, dan itu akan menjadi aplikasi terlaris! Setiap kali seseorang memesan pizza, aku akan mengirimkannya dengan Ojek Asyik!” Iyan menjawab dengan bersemangat.
“Jangan lupa, jika kau pakai Ojek Asyik, kita harus membayar diskon!” Mira menambahkan lucu, mengundang tawa dari semua orang.
Saat berbincang, mereka mulai merencanakan kehidupan kuliah. “Jadi, apa yang akan kamu pelajari di jurusan IT?” Sari penasaran.
“Aku akan belajar tentang pengkodean, pengembangan perangkat lunak, dan tentunya… menciptakan robot pemesan pizza!” Iyan menjawab dengan percaya diri.
“Robot pemesan pizza? Itu bisa gagal saja menjadi eksperimen!” Udin berkomentar dengan gaya peraganya, sambil meringis.
“Jangan khawatir. Aku bisa belajar untuk memperbaiki robot itu setelah membuatnya!” Iyan membuka sayap imajinasinya. “Tapi, aku ingin kita semua memiliki pengalaman ini!”
“Oh tidak! Kita akan mendapatkan robot pengantar pizza yang melanggar hukum! Mengapa kita memungkinkan pizza terbang?” Encep bercanda.
Mendengar semua lelucon dan dukungan itu, Iyan merasa semangatnya semakin membara. Dia tahu bahwa masa depan bukan hanya tentang tanggung jawab dan tekanan dari hutang ayahnya, tetapi juga tentang kesempatan baru dan harapan.
Keesokan harinya, ketika Iyan melanjutkan kegiatan di pangkalan ojek, Nuxee menyapanya kembali. “Iyan, bagaimana persiapannya untuk kuliah?”
“Menarik sekali, Nuxee! Aku benar-benar tidak sabar untuk belajar semua hal baru yang bisa kutemukan!” Iyan menyatakan dengan penuh semangat.
“Pastikan kamu memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Ini adalah langkah ke arah yang lebih baik, tidak hanya untuk dirimu tapi juga ibu dan teman-temanmu,” jawab Nuxee.
Malam harinya, Iyan duduk di atas kasur, merenungkan apa yang telah dicapainya. Dia merasa beruntung memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya, meskipun mereka tidak tahu rahasianya tentang sistem yang membantunya.
Keesokan harinya di rumah Iyan berkumpul teman-temannya, Iyan mulai menjelajahi informasi tentang teknologi, pemrograman, dan algoritma. Dia merasa terpesona dengan semua hal baru yang dibaca. “Wow, ini akan sangat berguna!” dia berbisik.
Saat istirahat, Iyan berbagi cerita dengan teman-temannya tentang kuliahnya. “Kalau aku belajar cara kerja komputer, kita bisa membuat sistem pemesanan pizza yang lebih efisien!”
“Adakah pilihan cadangan jika robot itu rusak?” Udin menatapnya serius. “Bagaimana jika kita harus menggunakan pengantar pizza biasa?”
“Tidak akan ada pengantar pizza biasa! Ojek Asyik akan selalu siap!” Iyan menjawab senang, membayangkan bagaimana semua sistem ini bisa saling melengkapi.
Di sisi lain, Encep menggoda. “Kalau robot itu pintar, jangan sampai dia jatuh cinta pada pizza! Itu akan jadi kisah romantis sertanya!”
“Judulnya ‘Cinta di Atas Pizza’! Siapa yang bisa jadi penulis?” Joko menambahkan, membuat semua orang tertawa.
hari itu diakhiri dengan suasana yang ceria. Iyan pulang ke rumah dengan rasa bangga dan semangat baru untuk belajar. Dia tahu bahwa dia memiliki banyak hal yang harus dipersiapkan, tetapi dengan dukungan sistem dan teman-temannya, dia siap menghadapinya.
Bersambung..